Bencana Sumatra Diprediksi Pangkas PDB Nasional 0,3 Persen

- Bencana alam di Sumatra menurunkan belanja masyarakat secara signifikan di beberapa provinsi utama, seperti Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diproyeksikan berada di bawah target pemerintah sebesar 5-5,1 persen.
- Konsumsi rumah tangga memiliki porsi dominan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah bencana, yang berpotensi memberi efek berantai terhadap pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional.
Jakarta, IDN Times – Ekonom David Sumual memproyeksikan bencana alam yang terjadi di Sumatra berpotensi mengoreksi PDB nasional sekitar 0,3 persen atau setara Rp18,58 triliun secara nominal pada kuartal IV 2025. Koreksi tersebut dipicu oleh menurunnya konsumsi masyarakat serta terganggunya aktivitas produksi di daerah terdampak.
“Jadi kita melihat dampaknya sekitar 0,3 persen dari PDB. Penurunan ini bisa terjadi akibat konsumsi yang menurun, produksi yang ikut menurun, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang terdampak,” ujar David dalam Bincang Bareng BCA, Senin (15/12/2025).
1. Bencana alam turun signfikan

Dalam paparannya, ia menjelaskan bencana alam di Sumatra menyebabkan penurunan signifikan pada belanja masyarakat di beberapa provinsi utama. Belanja masyarakat di Sumatra Barat tercatat turun sebesar 25,53 persen atau sekitar Rp3,8 triliun, sementara Sumatra Utara mengalami penurunan 22,31 persen atau setara Rp11,8 triliun. Adapun belanja masyarakat di Aceh menurun sebesar 23,92 persen atau sekitar Rp2,8 triliun.
Kontribusi daerah terhadap PDB nasional juga menjadi faktor penting dalam perhitungan dampak ini. Aceh menyumbang sekitar 1,16 persen terhadap PDB nasional, Sumatra Utara sebesar 4,85 persen, dan Sumatra Barat sebesar 1,49 persen pada kuartal III 2025.
2. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diproyeksikan 5-5,1 persen

Lebih rinci, David memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di bawah target pemerintah 5,4 persen. Dengan mempertimbangkan berbagai indikator, ia memproyeksi realisasi pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya bisa pada level 5 persen sampai 5,1 persen.
"Dengan bencana ini mungkin akan ada sedikit ada pengaruh ya, pasti akan pengaruh. Secara nasional mungkin jadi lebih sedikit, karena agregat ada beberapa daerah yang juga lagi meningkat. Jadi saya pikir masih bisa lah 5-5,1 persen, tapi nggak mungkin 6 persen,," ucap David.
3. Konsumsi rumah tangga diproyeksi turun di wilayah bencana

Kemudian dari sisi struktur ekonomi daerah, konsumsi rumah tangga memiliki porsi dominan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Konsumsi rumah tangga menyumbang 54,13 persen dari PDRB Aceh, 49,63 persen dari PDRB Sumatra Utara, dan 47,94 persen dari PDRB Sumatra Barat.
Kondisi ini membuat pelemahan konsumsi pascabencana berpotensi memberi efek berantai terhadap pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional. Di wilayah Sumatra, misalnya, pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya berada di kisaran 4 persen berpotensi terkoreksi sekitar 0,2–0,3 persen.
“Dengan adanya bencana ini tentu ada pengaruh. Agak aneh kalau tidak ada dampak sama sekali. Jadi tidak mungkin pertumbuhan ekonomi (nasional) tiba-tiba tumbuh 6 persen,” jelasnya.
Namun secara nasional, dampak tersebut diperkirakan lebih terbatas karena adanya faktor agregasi serta pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga di beberapa wilayah lain.


















