BTN Gaungkan KPR Subsidi Berkelanjutan di Forum UNEP-FI Asia Pasifik

- BTN memberikan KPR Subsidi kepada 90% masyarakat berpenghasilan rendah
- 61% debitur KPR BTN tinggal di daerah pinggiran, menunjukkan inklusi keuangan
- BTN kembangkan manajemen risiko adaptif dan rumah rendah emisi untuk keberlanjutan
Jakarta, IDN Times - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau dengan memperkenalkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi di Indonesia pada ajang United Nations Environment Programme-Finance Initiative (UNEP-FI) Regional Roundtable on Sustainable Finance Asia Pacific yang diselenggarakan di Suzhou, China.
Dalam forum keuangan berkelanjutan tersebut, KPR Subsidi di Indonesia disampaikan sebagai solusi yang memberikan manfaat luas sekaligus mendorong pertumbuhan kinerja keuangan yang berkelanjutan.
1. Sebanyak 90 persen kredit masyarakat diakses masyarakat berpenghasilan rendah

Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menyampaikan BTN merupakan bank yang memiliki karakteristik unik di Indonesia. Pasalnya, BTN tidak hanya mengemban misi penting dalam pemenuhan kebutuhan perumahan yang terjangkau sesuai program Perumahan Nasional milik Presiden Prabowo Subianto, tetapi juga tetap mampu memberikan imbal hasil yang berkelanjutan.
Ia menjelaskan, dari sekitar 70 persen portofolio kredit konsumer BTN, sebesar 90 persennya merupakan kredit KPR yang diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
"KPR Subsidi BTN di Indonesia tidak hanya menjadi solusi atas tantangan kepemilikan rumah yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Bagi BTN, KPR Subsidi juga menjadi salah satu motor penggerak bisnis. Ini membuktikan bahwa nilai sosial dan profitabilitas dapat berjalan beriringan,” ujar Setiyo dalam forum UNEP-FI Regional Roundtable on Sustainable Finance di Suzhou, dalam keterangan tertulis, Jumat (20/6/2025).
2. Sebanyak 61 persen debitur KPR BTN tinggal di daerah pinggiran

Setiyo menambahkan, KPR Subsidi yang disalurkan BTN memiliki dampak sosial yang nyata. Produk ini menjadi sarana inklusi keuangan bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Selain itu, dari total debitur KPR BTN, sebanyak 61 persen tinggal di daerah pinggiran dan luar kota. Sekitar 68 persen merupakan kelompok usia produktif 30–60 tahun, sementara 31 persen merupakan perempuan—menunjukkan komitmen BTN dalam mendorong pembiayaan yang inklusif dan berkeadilan gender.
3. BTN kembangkan praktik manajemen risiko yang adaptif

Menurut Setiyo, pengelolaan portofolio secara cermat menjadi kunci dalam menjawab tantangan ganda antara profit dan dampak sosial. BTN terus mengembangkan praktik manajemen risiko yang adaptif, terutama menghadapi peningkatan risiko iklim seperti banjir dan kebakaran.
“Kami terus mengoptimalkan portofolio agar tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga memperkuat kontribusi sosial dan meminimalkan risiko iklim. Profit dan impact harus berjalan beriringan,” jelasnya.
4. Rumah rendah emisi beri solusi terhadap krisis iklim

Transformasi BTN dalam keuangan berkelanjutan telah dimulai sejak 2023. Inisiatif ini diawali dengan penerapan Impact Analysis berdasarkan UNEP FI Principles for Responsible Banking (PRB) dan dilanjutkan dengan pembangunan kerangka kerja Environmental, Social, and Governance (ESG) yang komprehensif. Tujuannya agar pertumbuhan bisnis BTN sejalan dengan prinsip keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Melalui langkah strategis ini, BTN menjadi bank BUMN pertama di Indonesia yang menandatangani UNEP FI PRB dan secara terbuka melaporkan perkembangan tanggung jawab perbankan. Di bawah kerangka tersebut, BTN mulai mengembangkan program Rumah Rendah Emisi sebagai bagian dari upaya memperkecil jejak karbon di sektor perumahan.
"Melalui Rumah Rendah Emisi, BTN berupaya memberikan solusi terhadap krisis iklim, memenuhi mandat sosial, sekaligus menjaga keberlanjutan bisnis,” tutur Setiyo.