China Serang Kesepakatan Li Ka-shing di Terusan Panama

- China kritik CK Hutchison terkait penjualan aset pelabuhan di Terusan Panama
- Kritik Beijing menyentuh aspek patriotisme dan agenda transaksi bisnis
Jakarta, IDN Times – China semakin mengintensifkan kritik terhadap CK Hutchison, perusahaan konglomerasi Hong Kong milik keluarga taipan Li Ka-shing, terkait kesepakatannya menjual aset pelabuhan di Terusan Panama kepada konsorsium yang dipimpin perusahaan investasi Amerika Serikat (AS), BlackRock. Media pemerintah China menuduh langkah tersebut sebagai tindakan yang tidak patriotik.
Surat kabar Ta Kung Pao, yang berafiliasi dengan pemerintah pusat China, menerbitkan opini pada Sabtu (15/3/2025) dengan judul “Pebisnis hebat adalah patriot ulung”. Artikel ini menyoroti pentingnya perusahaan-perusahaan China bersatu menghadapi hegemoni dan perundungan Amerika Serikat, dan menyampaikan siapa pun yang menyerah demi keuntungan sesaat akan dikenang sebagai aib sejarah.
1. Beijing pertanyakan motif di balik transaksi

Kritik dari Beijing tidak hanya menyoroti aspek patriotisme tetapi juga mempertanyakan apakah kesepakatan ini murni transaksi bisnis atau ada agenda lain di baliknya.
“Siapa pun yang tunduk pada perilaku hegemonik dan perundungan demi keuntungan sesaat akan dikenang dalam sejarah dengan aib,” tulis Ta Kung Pao, dikutip dari Asia Nikkei.
Artikel tersebut juga mengangkat tokoh-tokoh bisnis China yang dianggap berjasa bagi negara, seperti pendiri Huawei, Ren Zhengfei, dan pengusaha Hong Kong Henry Fok Ying-tung, yang tetap memprioritaskan kepentingan nasional dalam bisnis mereka.
Selain itu, pemerintah China menyoroti aset yang akan dijual mencakup 90 persen kepemilikan CK Hutchison di Panama Ports Company serta kendali atas 43 pelabuhan di 23 negara dengan nilai total 22,8 miliar dolar AS (sekitar Rp372 triliun).
2. Saham CK Hutchison terperosok

Pasar bereaksi negatif terhadap tekanan Beijing. Saham CK Hutchison dan tiga anak usahanya, yaitu CK Assets Holdings, CK Infrastructure Holdings, dan Power Assets Holdings jatuh tajam, kehilangan nilai pasar lebih dari 20 miliar dolar Hong Kong atau sekitar Rp42 triliun pada Jumat (14/3).
Kekhawatiran investor meningkat setelah artikel Ta Kung Pao diunggah ulang oleh Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, memperjelas posisi Beijing dalam menentang kesepakatan tersebut.
Analis politik Hong Kong, Johnny Lau Yui-siu, menilai kritik dari Beijing adalah sinyal untuk menggagalkan transaksi ini.
“Anda bisa menafsirkannya sebagai pengingat atau bahkan peringatan langsung,” ujarnya kepada Asia Nikkei.
Namun, Lau menambahkan bahwa CK Hutchison memiliki pilihan terbatas.
“Menghadapi realitas yang ada, CK Hutchison tidak memiliki opsi lain selain menjual ke konsorsium ini,” ujarnya, seraya menilai kecil kemungkinan adanya pembeli alternatif dari China.
3. Terusan Panama: panggung baru ketegangan AS-China

Kesepakatan ini semakin memperuncing persaingan geopolitik AS-China. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menuduh bahwa Beijing memiliki kendali atas Terusan Panama melalui CK Hutchison dan berjanji akan merebutnya kembali.
Pemerintahan Trump bahkan meminta Pentagon menyiapkan opsi militer untuk memastikan akses penuh AS ke Terusan Panama. AS juga mempertimbangkan tarif hingga 1,5 juta dolar AS (sekitar Rp24,5 triliun) bagi kapal buatan China yang berlabuh di pelabuhan Amerika, sebagai bagian dari strategi meningkatkan industri kapal domestik.
Di sisi lain, CK Hutchison bersikeras bahwa transaksi ini murni bisnis dan tidak berkaitan dengan dinamika politik.
“Saya ingin menekankan bahwa transaksi ini murni bersifat komersial dan sama sekali tidak berkaitan dengan pemberitaan politik baru-baru ini mengenai Panama Ports,” kata Frank Sixt, Co-Managing Director CK Hutchison, dikutip dari The Guardian.
Saat ini, CK Hutchison masih dalam negosiasi eksklusif selama 145 hari dengan konsorsium BlackRock. Namun, dengan meningkatnya tekanan Beijing, nasib kesepakatan ini masih belum pasti.
China terus memperlihatkan ketegasannya dalam menghadapi transaksi bisnis yang dinilai mengancam kepentingan nasional. Dengan tekanan yang terus meningkat, CK Hutchison kini berada dalam situasi yang tidak mudah, di antara kepentingan bisnis dan tekanan geopolitik yang semakin kompleks.