China-Rusia-Iran Bakal Bertemu Jumat Depan, Bahas Apa?

- China, Rusia, dan Iran akan membahas masalah nuklir dalam pertemuan pada Jumat mendatang.
- Iran dan Rusia semakin dekat sejak perang Ukraina, dengan perjanjian kerja sama strategis ditandatangani pada Januari lalu.
- Pertemuan tersebut menyusul pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai perluasan persediaan uranium Iran yang mendekati tingkat senjata.
Jakarta, IDN Times - China akan mengadakan pertemuan dengan Rusia dan Iran pada Jumat mendatang. Mereka akan membahas masalah nuklir dan mengirimkan para wakil menteri luar negeri mereka.
Hubungan antara Iran dan Rusia telah semakin dalam sejak dimulainya perang Ukraina pada 2022. Perjanjian kerja sama strategis juga ditandatangani pada Januari lalu.
Kedua negara itu memiliki hubungan baik dengan China, sebagaimana diberitakan Channel News Asia, Rabu (12/3/2025).
1. Dipimpin Wamenlu China

Wakil Menteri Luar Negeri China Ma Zhaoxu akan memimpin pertemuan tersebut, seperti dikonfirmasi juru bicara Kemlu China, Mao Ning.
Pertemuan tersebut akan menyusul pertemuan tertutup Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada hari yang sama mengenai perluasan persediaan uranium Iran yang mendekati tingkat senjata.
2. Rusia Bantu AS berhubungan dengan Iran

Minggu lalu, Rusia mengatakan Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov membahas upaya internasional menangani program nuklir Iran dengan duta besarnya, Kazem Jalali, setelah laporan bahwa Rusia setuju membantu pemerintahan Presiden AS Donald Trump dalam berkomunikasi dengan Iran.
Teheran telah lama membantah ingin mengembangkan senjata nuklir. Namun, pengawas atom PBB IAEA telah memperingatkan bahwa mereka "secara dramatis" mempercepat pengayaan uranium hingga kemurnian 60 persen, mendekati tingkat tingkat senjata sekitar 90 persen.
3. Kesepakatan nuklir Iran yang gagal

Iran mencapai kesepakatan, Rencana Aksi Komprehensif Bersama, dengan Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat pada tahun 2015, yang mencabut sanksi terhadap Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Namun, Washington keluar dari rencana tersebut pada 2018 selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump. Iran mulai menjauh dari komitmen terkait nuklirnya.
China mengatakan bahwa pihaknya mendukung Iran dalam melindungi hak-haknya yang sah dan menyerukan dimulainya kembali perundingan nuklir Iran.