Inflasi Konsumen China Kembali Turun Setelah 13 Bulan

- Inflasi konsumen China turun 0,7 persen pada Februari dibandingkan tahun sebelumnya.
- CPI inti yang tidak mencakup harga makanan dan energi mengalami penurunan 0,1 persen.
- Harga di tingkat produsen terus melemah selama 29 bulan berturut-turut.
Jakarta, IDN Times – Inflasi konsumen China kembali mencatat penurunan tahunan untuk pertama kalinya sejak Januari tahun lalu. Data Biro Statistik Nasional China yang dirilis Minggu (9/3/2025) itu, menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) turun 0,7 persen pada Februari dibandingkan tahun sebelumnya.
Dilansir dari CNBC Internasional, angka ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan kontraksi 0,5 persen. Secara bulanan, CPI juga melemah 0,2 persen setelah naik 0,7 persen pada Januari.
1. Tekanan deflasi belum mereda

Turunnya CPI menunjukkan tekanan deflasi yang masih membayangi perekonomian China.
“Ekonomi China masih menghadapi tekanan deflasi. Permintaan domestik tetap lemah,” kata Zhiwei Zhang, Presiden dan Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management, dikutip dari Hindustan Times.
Selain itu, CPI inti yang tidak mencakup harga makanan dan energi mengalami penurunan 0,1 persen. Ini menjadi penurunan pertama sejak 2021 dan hanya yang kedua dalam lebih dari 15 tahun. Sementara itu, harga di tingkat produsen terus melemah selama 29 bulan berturut-turut.
2. Dampak musiman dan target inflasi baru

Menurut Biro Statistik Nasional China, penurunan inflasi sebagian dipengaruhi oleh perbedaan waktu perayaan Tahun Baru Imlek. Pada 2024, liburan ini berlangsung penuh di Februari, sedangkan tahun ini dimulai lebih awal, dari 28 Januari hingga 4 Februari.
Setelah disesuaikan dengan faktor musiman, inflasi konsumen sebenarnya meningkat 0,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, pemerintah China telah menurunkan target inflasi tahun ini menjadi sekitar 2 persen. Angka tersebut merupakan level terendah dalam lebih dari dua dekade, turun dari target sebelumnya yang mencapai 3 persen atau lebih.
3. Strategi pemerintah dalam mendorong pemulihan

Pemerintah China terus berupaya mengatasi perlambatan ekonomi dengan kebijakan stimulus. Beijing telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen untuk 2025 dan berencana meningkatkan konsumsi dalam negeri sebagai langkah pemulihan.
“Data inflasi Februari yang lebih lemah dari perkiraan menyoroti lemahnya permintaan dan perlunya langkah stimulus segera. Tanpa dorongan fiskal dan moneter yang kuat, tekanan deflasi akan terus membebani ekonomi,” kata David Qu, ekonom dari Bloomberg Economics.
China kini menghadapi risiko periode penurunan harga terpanjang sejak 1960-an. Sementara itu, sektor properti yang belum menunjukkan pemulihan semakin memperberat tantangan ekonomi negara tersebut.