China Turunkan Suku Bunga Acuan demi Genjot Ekonomi

- Bank Sentral China memangkas suku bunga pinjaman acuan satu tahun menjadi 3,0 persen dan lima tahun menjadi 3,5 persen.
- Pemotongan suku bunga ini termasuk dalam paket stimulus untuk merespons lemahnya konsumsi, krisis properti, dan ketidakpastian perdagangan.
Jakarta, IDN Times – Bank Sentral China (PBOC) memangkas suku bunga pinjaman acuan satu tahun menjadi 3,0 persen dari sebelumnya 3,1 persen. Sementara itu, suku bunga pinjaman lima tahun dipotong menjadi 3,5 persen dari 3,6 persen.
Pemangkasan ini merupakan level terendah sejak skema loan prime rate (LPR) diperkenalkan.
Kedua suku bunga tersebut mempengaruhi pinjaman korporasi dan rumah tangga, dengan LPR lima tahun menjadi acuan utama untuk kredit perumahan. Langkah ini termasuk dalam paket stimulus yang diumumkan awal Mei guna merespons lemahnya konsumsi, krisis properti, dan ketidakpastian perdagangan.
Langkah ini juga disertai pemangkasan suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 10 basis poin (bps) dan penurunan rasio cadangan wajib bank (RRR) sebanyak 50 bps, dikutip dari Euro News, Selasa (20/5/2025).
1. Bank-bank besar dan lembaga perumahan ikut memangkas bunga

Sejumlah bank komersial milik negara menurunkan suku bunga simpanan hingga 25 bps pada Selasa (20/5) pagi. Kebijakan ini dilakukan untuk melindungi margin bunga bersih dan memberi ruang bagi penurunan suku bunga pinjaman. Di sisi lain, lembaga dana perumahan pemerintah juga menurunkan suku bunga KPR sebesar 25 bps.
Tujuannya adalah meringankan beban bunga perusahaan dan rumah tangga yang memiliki utang besar, serta menurunkan biaya pinjaman baru. Namun, beberapa analis menilai efeknya masih terbatas.
“Pemangkasan suku bunga yang moderat saja tidak cukup untuk mendorong permintaan pinjaman atau aktivitas ekonomi secara signifikan,” kata Zichun Huang dari Capital Economics, dikutip dari CNBC International, Selasa (20/5).
Ia memperkirakan ada potensi pemangkasan tambahan sebesar 40 basis poin hingga akhir tahun.
2. Analis sebut langkah ini belum cukup dongkrak kepercayaan pasar

Meski indeks Hang Seng sempat melonjak 1,3 persen saat pembukaan pasar di Hong Kong, para analis menilai dampaknya ke pasar saham bersifat sementara. Diperlukan langkah lanjutan agar efeknya terasa lebih kuat.
David Scutt dari StoneX menyebut, pemangkasan suku bunga mungkin hanya menjadi dorongan kecil untuk saham. Ia mengatakan, kepercayaan pasar tetap lemah dan masih membutuhkan stimulus fiskal yang lebih kuat untuk mendorong permintaan.
Allan von Mehren dari Danske Bank merevisi target 12 bulan yuan offshore menjadi 7,15 dari 7,35. Ia mengaitkan perubahan ini dengan meredanya ketegangan dagang dan upaya China menjaga stabilitas mata uang.
3. Data ekonomi terbaru China campur aduk di tengah risiko baru

Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 5,4 persen pada kuartal I-2025, melampaui ekspektasi pasar. Output industri pada April juga naik 6,1 persen secara tahunan, didorong lonjakan ekspor ke Asia Tenggara dan Uni Eropa. Namun, ekspor ke Amerika Serikat anjlok 21 persen.
Sementara itu, sektor konsumsi dan properti menunjukkan kelemahan yang berlanjut. Penjualan ritel hanya tumbuh 5,1 persen, di bawah ekspektasi. Harga rumah baru turun di 67 dari 70 kota utama, dan investasi properti merosot 10,3 persen.
Kabar positif datang dari tingkat pengangguran yang menurun menjadi 5 persen pada April 2025. Meski begitu, tekanan deflasi masih kuat, dengan harga grosir mencatat penurunan terbesar dalam enam bulan dan indeks harga konsumen turun untuk bulan ketiga berturut-turut.