Deretan Emiten yang Potensial Cuan di Tengah Konflik Iran-Israel

Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar modal dalam negeri diprediksi mendapatkan dampak dari konflik yang terjadi antara Iran dan Israel. Pengamat pasar modal dari Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada pun menyarankan kepada para pelaku pasar termasuk investor maupun trader untuk mencermati sejumlah berita-berita global yang dapat mempengaruhi kondisi dalam negeri dan market.
Kendati begitu, Reza tidak berani menjanjikan sektor mana saja yang akan memberikan cuan pada minggu depan maupun hingga kuartal-II 2024. Namun, jika dilihat berdasarkan pengalaman historis bahwa eskalasi ketegangan geopolitik kerap menjadi berkah tersendiri bagi emiten di industri pertambangan.
"Jika terjadi peningkatan ketegangan geopolitik maka harga komoditas logam yang biasanya akan mengalami peningkatan akibat terapresiasinya dolar AS. Maka dari itu, bisa saja dipertimbangankan untuk emiten-emiten yang yang memiliki penghasilan dolar AS dan emiten yang bergerak di industri komoditas logam antara lain emas, nikel, dan timah," papar Reza kepada IDN Times, Senin (15/4/2024).
1. Saham pilihan di tengah ketegangan geopolitik

Reza lantas menyebutkan sejumlah saham pilihan dari sektor-sektor tersebut yang terdapat dalam indeks LS-27 (indeks acuan Reliance Sekuritas Indonesia).
Saham-saham tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
- PT ABM Investama Tbk (ABMM)
- PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR)
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
- PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
- PT Rukun Raharja Tbk (RAJA)
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)
- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
2. Pelaku pasar perlu memperhatikan berita terkini

Reza pun mengungkapkan, aksi korporasi emiten dan berita-berita makroekonomi bakal jadi sentimen utama yang jadi perhatian para pelaku pasar.
"Ini pun bisa saja mempengaruhi pergerakan IHSG secara mingguan di mana pelaku pasar begitu masuk ke hari trading tentunya akan mencermati berbagai macam sentimen. Saat ini posisi IHSG secara mingguan masih konsolidasi di area tengah Bollinger band. Ibaratnya, IHSG ada di persimpangan maka bisa saja melanjutkan pelemahan jika sentimen yang ada kurang kondusif," tutur Reza.
3. Ketegangan Iran dan Israel bisa memicu kenaikan harga

Lebih lanjut Reza mengatakan, imbas dari ketegangan yang terjadi antara Iran dan Israel serta kemungkinan merembet ke negara-negara lainnya dapat memengaruhi harga komoditas seperti migas yang menjadi lebih mahal.
Hal itu kemudian bisa jadi pemicu kenaikan sejumlah harga logistik, pangan, dan lainnya yang berujung pada peningkatan inflasi global, peningkatan permintaan aset safe heaven, dan membuat rencana pemangkasan suku bunga jadi tertunda.
"Hal yang mengkhawatirkan ialah dapat memicu resesi global yang bisa saja berimbas pada kondisi makroekonomi di dalam negeri, terutama pada nilai tukar rupiah. Aliran outlflow pun dimungkinkan, tapi saya melihat bukan outflow penarikan secara besar-besaran melainkan bisa saja shifting atau pindah instrument investasi. Mungkin yang tadinya ada di saham, terus keluar pindah ke bonds atau ke forex karena melihat potensi pergerakan dolar AS lebih menarik di tengah kondisi geopolitik saat ini," tutur Reza.