Ekonomi di Kuartal III dan IV Diprediksi Lebih Berat, Ini Alasannya

Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai tantangan ekonomi yang sebenarnya baru akan dirasakan Indonesia pada kuartal III ke III dan IV tahun 2024.
Tantangan yang semakin berat ini didukung oleh data Purchasing Manufacturing Index (PMI) pada Juli yang kontraksi dan berada di level level 49,3. Artinya sektor industri sedang mengehentikan (rem) pembelian bahan baku/ekspansi.
"Di kuartal kedua 2024 pertumbuhan ekonomi 5,05 persen, itu sebenarnya tantangan belum terlihat. Tantangan justru muncul di kuartal ketiga dan kuartal keempat. Kenapa? Karena tekanan-tekanan ekonomi ini mulai kelihatan di kuartal ketiga. Salah satunya Purchasing Managers' Index manufaktur yang sudah terlihat dalam kondisi tidak ekspansif atau di bawah angka 50," ujar Bhima, Sabtu (10/8/2024).
1. Tidak ada event besar untuk dongkrak konsumsi rumah tangga dan daya beli

Selain itu ada juga faktor lesunya daya beli dan konsumsi rumah tangga, mengingat tidak ada lagi agenda besar yang mampu mendorong konsumsi rumah tangga seperti momen besar keagamaan Ramadan dan Lebaran.
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyokong pertumbuhan ekonom terbesar dari sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen (yoy). Bahkan Kontribusi konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 adalah 54,53 persen dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II.
2. Populasi kelas menengah terus susut sejak 2018

Laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI menunjukkan populasi kelas menengah terus menurun sejak 2018. Hal ini terungkap dari riset LPEM FEB UI Indonesia Economic Outlook 2024
"Porsi populasi rentan meningkat dan kelas menengah menyusut, yang mengindikasikan adanya pergeseran dari individu yang sebelumnya merupakan kelas menengah ke calon kelas menengah atau bahkan rentan," ucap laporan tersebut
3. Konsumsi kelas menengah menurun dalam 5 tahun terakhir

Berdasarkan data LPEM, pada 2023, total konsumsi dari kelompok calon kelas menengah dan kelas menengah adalah 82,3 persen dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia.
Dengan rincian, calon kelas menengah menyumbang 45,5 persen dan kelas menengah menyumbang 36,8 persen peningkatan dari tahun 2014.
"Namun, tren ini mengalami perbedaan dalam lima tahun terakhir," jelas laporan tersebut.
Pada 2023, kelas menengah di Indonesia mencakup sekitar 52 juta jiwa dan mewakili 18,8 persen dari total populasi. Namun, jumlah penduduk kelas menengah baru-baru ini mengalami penurunan.
Kelas menengah memegang peran penting bagi penerimaan negara, menyumbang 50,7 persen dari penerimaan pajak. Sementara calon kelas menengah menyumbang 34,5 persen. Kontribusi ini penting untuk mendanai program pembangunan publik, termasuk investasi infrastruktur dan sumber daya manusia.