Ford Batalkan Kontrak Baterai Kendaraan Listrik Rp108 T dengan LG

- Pembatalan kontrak baterai senilai Rp108,7 triliun dengan LG Energy Solution terjadi karena Ford menghentikan produksi sejumlah model EV.
- Ford Motor Company mencatat kerugian sebesar Rp325,6 triliun dan membatalkan produksi beberapa model EV sebagai respons terhadap kebijakan pemerintahan Trump serta menurunnya permintaan global terhadap EV.
- Saham LG Energy Solution melemah 0,6 persen setelah kabar pembatalan kontrak dengan Ford, berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan setelah 2027 dan tekanan terhadap industri baterai dan kendaraan listrik secara keseluruhan.
Jakarta, IDN Times - LG Energy Solution asal Korea Selatan mengumumkan Ford Motor membatalkan kontrak pasokan baterai kendaraan listrik (EV) senilai sekitar 9,6 triliun won (Rp108,7 triliun). Pembatalan ini berkaitan dengan perubahan strategi bisnis Ford di sektor EV.
Perusahaan otomotif Amerika Serikat (AS) itu memutuskan untuk menghentikan produksi beberapa model EV. Langkah tersebut diambil karena adanya perubahan kebijakan internal dan penurunan proyeksi permintaan pasar terhadap kendaraan listrik.
1. Latar belakang kontrak yang dibatalkan
LG Energy Solution menyampaikan dalam laporan regulasinya, pembatalan kontrak terjadi setelah Ford mengumumkan keputusan untuk menghentikan produksi sejumlah model EV. Kontrak tersebut awalnya ditandatangani pada Oktober 2024 untuk pemasokan baterai EV di pasar Eropa mulai 2026 dan 2027. Perjanjian itu mencakup penyediaan sel dan modul baterai untuk kendaraan komersial.
LG Energy Solution menjelaskan, nilai kontrak mencapai 9,6 triliun won atau sekitar 28,5 persen dari total pendapatan tahunan perusahaan, sehingga pembatalan ini memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan mereka. Dari total kontrak, bagian sebesar 75 GWh yang dijadwalkan untuk periode 2027 hingga 2032 dibatalkan, sementara pasokan sebesar 34 GWh untuk 2026 hingga 2030 masih akan dilanjutkan sesuai rencana.
“Pembatalan ini mengikuti keputusan Ford untuk menghentikan produksi model EV tertentu akibat perubahan kebijakan dan pergeseran prakiraan permintaan EV,” tulis LG Energy Solution dalam pengajuan regulasinya, dilansir Bloomberg.
2. Alasan strategis Ford di balik pembatalan
Ford Motor Company mengumumkan pada Senin (15/12/2025), perusahaan diperkirakan mencatat kerugian sebesar 19,5 miliar dolar AS (Rp325,6 triliun) serta membatalkan produksi beberapa model EV, termasuk truk pick up listrik generasi terbaru “T3” dan van komersial listrik. Keputusan ini mencerminkan respons industri otomotif terhadap kebijakan pemerintahan Trump serta menurunnya permintaan global terhadap EV.
Produsen mobil yang berkantor pusat di Dearborn, Michigan, tersebut kini mengalihkan fokusnya ke pengembangan kendaraan hibrida dan mobil listrik berdaya jangkau panjang hingga 700 mil, sebagai bagian dari penyesuaian strategi bisnis di tengah tingginya biaya produksi EV. Sebelumnya, Ford telah memesan hingga 109 GWh baterai dari LG Energy Solution untuk periode hingga tahun 2032, jumlah yang diperkirakan cukup untuk memproduksi sekitar satu juta EV.
3. Dampak finansial bagi LG Energy Solution
Saham LG Energy Solution ditutup di level 415.500 won (Rp4,7 juta) pada Rabu (17/12/2025), melemah 0,6 persen setelah sehari sebelumnya sempat anjlok hingga 6 persen akibat kabar pembatalan kontrak dengan Ford. Kontrak tersebut merupakan yang terbesar di antara enam pesanan yang diterima Saham LG Energy Solution di kawasan Eropa selama 18 bulan terakhir, dan bertujuan untuk meningkatkan tingkat utilisasi pabriknya di Polandia.
Pembatalan ini diperkirakan akan berdampak pada penurunan pendapatan Saham LG Energy Solution setelah 2027, mengingat baterai untuk kontrak tersebut diproduksi di fasilitas perusahaan di Wrocław yang menyuplai pasar Eropa. Selain itu, perlambatan penjualan kendaraan listrik di AS dan Eropa diprediksi akan berlanjut hingga paruh pertama 2026, menambah tekanan terhadap industri baterai dan kendaraan listrik secara keseluruhan.
“Masalah ini menyangkut keputusan mitra dagang untuk menghentikan produksi model EV tertentu karena perubahan kebijakan terkini dan pergeseran prakiraan permintaan EV,” sebut LG Energy Solution dalam laporan regulasinya, dilansir Korea JoongAng Daily.



















