Hal Tersulit Membangun UMKM Versi Erick Thohir

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyatakan membangun bisnis atau usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) tidaklah mudah, terlebih di era seperti saat ini.
"Saya percaya hal tersulit dalam membangun UMKM atau dunia usaha adalah market (pasar)," kata Erick di Rumah BUMN, Tangerang Selatan, Kamis (7/9/2023).
Erick mengungkapkan, jalan pintas untuk dapat dengan mudah membangun UMKM adalah dengan saling mendukung antar brand. Maksudnya?
1. Kolaborasi jadi kunci

Maksud Erick adalah setiap brand kini bisa berkolaborasi. Belakangan, memang terjadi saling dukung antar brand, entah lewat media sosial, atau secara luring melalui event-event tertentu. Menurut Erick, kolaborasi antara UMKM bisa menjadi kunci agar usaha-usaha milik masyarakat bisa berkembang dengan baik.
"Banyak sekarang yang kolaborasi dan itu jadi tren baru," kata Erick.
2. Syarat UMKM agar bisa maju

Selain berkolaborasi, Erick juga meminta UMKM tidak terlanjur puas dengan produk-produk yang dihasilkan. Erick meyakini, dengan begitu UMKM bisa maju di era seperti sekarang.
"Saya berharap UKMM yang mau maju harus berani introspeksi diri produknya. Jangan falling in love sama produknya sendiri," kata dia.
3. KUR UMKM tanpa agunan

Presiden Joko "Jokowi" Widodo pun ingin UMKM lebih maju. Salah satunya dengan mendorong sistem penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) berdasarkan penilaian kredit atau credit scoring. Artinya, tidak perlu menggunakan agunan dalam penyaluran kredit.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam sambutannya di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ke-XVIII di ICE, BSD City, Tangerang, Kamis (31/8/2023).
Dia memastikan sistem ini bisa diterapkan. Saat ini, kata dia, sudah ada 145 negara yang menerapkan credit scoring untuk memberikan pembiayaan pada pelaku UMKM.
"Saya masih mendorong terus kepada Menteri, OJK, kepada BI agar kalau bisa urusan kredit KUR tanpa agunan, mestinya harus menggunakan sistem credit scoring. Karena sudah 145 negara untuk UMKM menggunakan sistem credit scoring, melihat skornya, melihat karakter (UMKM)-nya baik atau tidak, beri Rp500 juta, beri Rp300 juta, beri Rp100 juta," ujarnya.