Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Pasang Tarif Impor Tinggi, Menlu China: AS Jangan Bermuka Dua

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. (commons.wikimedia.org/G20 Argentina, free to use)
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. (commons.wikimedia.org/G20 Argentina, free to use)
Intinya sih...
  • Menteri Luar Negeri China mempertanyakan motif tarif impor tinggi AS terhadap Beijing.
  • China menuduh AS bermuka dua dengan ingin menjalin relasi baik sementara memberlakukan tarif tinggi.
  • Kebijakan sanksi Trump tidak hanya menyasar China, tetapi juga Meksiko dan Kanada.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi, mempertanyakan motif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengenakan tarif impor tinggi terhadap Beijing. Padahal, kata dia, sangat mungkin dua negara memiliki potensi untuk sejahtera bersama.

"Apakah defisit perdagangannya melebar atau menyempit? Apakah manufakturnya menjadi lebih atau kurang kompetitif? Apakah inflasi naik atau turun? Apakah kehidupan rakyatnya menjadi lebih baik atau lebih buruk?" katanya pada Jumat (7/3/2025), dilansir The Straits Times.

Wang berbicara kepada wartawan di sela-sela Dua Sesi, pertemuan tahunan parlemen China yang diadakan di Beijing. Dalam kegiatan itu, ribuan delegasi dari seluruh negeri berkumpul untuk membahas kebijakan nasional.

1. Wang Yi peringatkan AS agar tak bermuka dua

Pada kesempatan yang sama, Wang juga memperingatkan AS agar tak bermuka dua. Trump diketahui ingin tetap menjalin relasi yang baik dengan China, tetapi di sisi lain memberlakukan tarif yang tinggi.

"Tidak ada negara yang dapat menekan China di satu sisi, sementara di sisi lain mengembangkan hubungan baik dengannya. Pendekatan bermuka dua seperti itu tidak hanya merusak stabilitas hubungan bilateral, tetapi juga gagal membangun rasa saling percaya," katanya, dilansir NPR.

Washington telah memberlakukan tarif impor 20 persen terhadap produk-produk China. Beijing kemudian membalas dengan tarif balasan.

2. Masalah fentanil adalah tanggung jawab AS

Ilustrasi bendera China di Great Hall of the People, Xicheng District, China. (unsplash.com/Dominic Kurniawan Suryaputra)
Ilustrasi bendera China di Great Hall of the People, Xicheng District, China. (unsplash.com/Dominic Kurniawan Suryaputra)

Beijing menuduh Trump menggunakan fentanil atau obat terlarang sebagai dalih untuk mengancam negaranya secara ekonomi. Wang mengatakan, masalah itu pada dasarnya adalah tanggung jawab AS.

"Dalam semangat kemanusiaan, China telah memberikan berbagai bentuk bantuan kepada AS. AS tidak seharusnya membalas niat baik dengan kebencian atau mengenakan tarif yang tidak dapat dibenarkan. Ini bukanlah perilaku negara adidaya yang bertanggung jawab," katanya.

Wang mengatakan sains dan teknologi tidak boleh menjadi alat untuk membangun tirai besi. Ia merujuk pada berbagai kebijakan AS, termasuk larangan penjualan microchip paling canggih ke China.

"Di mana pun ada blokade, di situ akan ada terobosan. Di mana pun ada penindasan, di situ akan ada inovasi. Tembok tinggi tidak dapat menghalangi pemikiran inovatif. Memisahkan dan memutus hubungan hanya akan mengisolasi mereka yang memaksakannya," kata Wang.

Wang kemudian meminta AS untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya, apakah sudah sesuai atau justru belum.

3. Trump juga bakal kenakan tarif ke sejumlah negara lain

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)
Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Kebijakan sanksi Trump tak hanya menyasar China, tetapi juga negara lain seperti Meksiko dan Kanada. Kedua negara itu akan dikenakan tarif yang lebih tinggi, yakni 25 persen.

"Narkoba masih mengalir ke Negara kita dari Meksiko dan Kanada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima," tulisnya melalui media sosial pada Kamis, dilansir BBC.

China, Meksiko, dan Kanada adalah tiga mitra dagang utama Amerika, yang bersama-sama menyumbang lebih dari 40 persen impor ke AS tahun lalu. Ancaman Trump terhadap Meksiko dan Kanada telah menimbulkan kekhawatiran tinggi. Dua negara itu juga kini merancanakan pembalasan tarif serupa terhadap AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us