Kepemilikan SBN Perbankan Tembus Rp1.112 Triliun per Maret

- Kredit perbankan tembus 9,16 persen pada Maret 2025, menurun dari sebelumnya
- Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit investasi sebesar 13,36 persen
- Likuiditas industri perbankan tetap memadai dengan rasio AL/NCD sebesar 116,05 persen
Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan hingga Maret 2025, kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh sektor perbankan mencapai 18 persen atau senilai Rp1.121,88 triliun. Sementara itu, kepemilikan terhadap Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tercatat sebesar 59,05 persen atau Rp526,17 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan kontribusi sektor perbankan nasional terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tidak hanya tercermin dari penyaluran kredit kepada masyarakat dan pelaku usaha, tetapi juga melalui kepemilikan instrumen keuangan yang mendukung penguatan kebijakan fiskal dan moneter.
"Per Maret 2025, perbankan mencatatkan kepemilikan sebesar 18 persen pada SBN, atau Rp1.121,88 triliun, serta 59,05 persen pada SRBI, atau Rp526,17 triliun," ujar Dian, Selasa (13/5/2025).
1. Perbankan berperan aktif dukung stabilitas makroekonomi

Dian menyatakan sektor perbankan berperan aktif dalam mendukung stabilitas makroekonomi dan memperkuat fondasi pembiayaan negara. Berdasarkan catatannya, pertumbuhan kredit perbankan pada Maret 2025 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 9,16 persen secara tahunan (year-on-year / yoy), menjadi Rp7.908 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,30 persen.
Berdasarkan jenis penggunaannya, Dian merinci kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 13,36 persen, diikuti kredit konsumsi sebesar 9,32 persen, dan kredit modal kerja sebesar 6,51 persen.
2. Likuiditas perbankan Maret tetap memadai

Sementara itu, likuiditas industri perbankan pada Maret 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga Non-Inti (AL/NCD) sebesar 116,05 persen, dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 26,22 persen.
Kualitas kredit juga tetap terjaga, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan yang berada di level 2,71 persen dan NPL net sebesar 0,80 persen. Adapun rasio loan at risk (LaR) tercatat relatif stabil, yakni sebesar 9,86 persen.
"Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, rasio NPL gross dan LaR mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2024 yang masing-masing sebesar 2,25 persen dan 13,94 persen. Rasio LaR tersebut juga sudah berada di bawah level sebelum pandemi, yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019," ujarnya.
3. Kondisi CAR perbankan sentuh 25,43 persen

Dian memastikan ketahanan perbankan tetap kuat, tercermin dari rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio / CAR) yang berada di level tinggi, yakni sebesar 25,43 persen, meningkat dibandingkan Februari.
"Ini bisa menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global," ungkapnya.
Di tengah tekanan pasar keuangan global pasca pengumuman tarif dagang oleh Amerika Serikat, pasar saham domestik justru menguat. Secara month-to-date (mtd), indeks ditutup naik 3,93 persen pada 30 April 2025 ke level 6.766,8.
Penguatan ini didukung oleh langkah kebijakan OJK dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah, forum KSSK, SRO, serta pelaku pasar dalam meredam volatilitas di pasar saham.
"Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.705 triliun, atau naik 5,20 persen secara mtd, meskipun masih mengalami penurunan 5,11 persen secara year-to-date (ytd). Sementara itu, investor non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp20,79 triliun secara mtd dan Rp50,72 triliun secara ytd," katanya.