Ketahanan Energi Jadi Fokus Utama Dorong Pertumbuhan Ekonomi

- Ketua MKI menekankan pentingnya kemandirian energi untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
- Pemerintah mencanangkan swasembada energi sebagai prioritas, dengan fokus pada Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), Evy Haryadi menekankan kemandirian dan ketahanan energi adalah fondasi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Namun, untuk mencapainya, Indonesia perlu memaksimalkan potensi energi yang melimpah, terutama Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
“Dalam pidato kenegaraan pada 20 Oktober 2024, Bapak Presiden mencanangkan swasembada energi sebagai salah satu pilar Asta Cita yang menjadi prioritas pemerintahan Republik Indonesia ke depan,” ujar Evy saat membuka acara Electricity Connect 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu (20/11/2024).
1. Sumber daya EBT harus dikembangkan

Sumber energi tak hanya dari bahan bakar fosil, namun ada juga potensi sumber daya EBT, mulai dari hidro, geotermal, angin, surya, serta potensi energi baru lainnya. Oleh karena itu, forum ini sebagai ruang konsolidasi untuk menyamakan persepsi, memperkuat sinergi, dan mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia unggul di sektor energi.
Adapun saat ini pemerintah terus mendorong komitmennya dalam pemanfaatan EBT menuju Net Zero Emission. Salah satu komitmennya, diwujudkan melalui gelaran acara Electricity Connect 2024 bertajuk ‘Go Beyond Power Energizing The Future’ untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat transisi EBT.
2. Per Agustus, ketergatungan Indonesia terhadap batu bara tembus 67 persen

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan, ketergantungan Indonesia terhadap batu bara dalam bauran energi nasional masih cukup tinggi, mencapai 67 persen per Agustus 2024.
"Penyediaan tenaga listrik masih didominasi oleh pembangkit batu bara dengan bauran sekitar 67 persen," ujarnya.
Menurutnya diperlukan langkah untuk untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai tujuan net zero emission pada 2060 menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, penting untuk mempercepat transisi menuju EBT dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil.
3. Masih ada gap antara potensi dan pemanfaatannya yang masih mini

Menurut Yuliot, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat besar, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Rinciannya, potensi energi surya sebesar 3.294 gigawatt, yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 675 megawatt. Potensi energi hidro mencapai 95 gigawatt, tetapi baru terpakai sekitar 6,6 gigawatt. Kemudian bioenergi memiliki potensi 57 gigawatt, sementara yang dimanfaatkan baru sekitar 3,4 gigawatt. Begitu juga dengan energi angin, yang memiliki potensi sebesar 155 gigawatt, namun yang sudah dimanfaatkan hanya 152 megawatt.
Dengan demikian, Yuliot meminta potensi energi terbarukan sangat besar harus dimanfaatkan secara maksimal. Alhasil, gap antara potensi dan pemanfaatan ini harus ditekan agar dapat mewujudkan efisiensi energi dan berkomitmen untuk mengurangi emisi.
"Jadi ini potensinya rangenya cukup besar. Ini merupakan bagian yang bisa kita konsolidasikan, bagaimana antara potensidengan pemanfaatan itu bisa gapnya tidak terlalu jauh, sehingga akan terjadi efisiensi dan juga bagaimana kita melihat sebagai komitmen kita untuk mengurangi emisi, terutama net zero emisi pada tahun 2060," tuturnya.