Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Aang Permana, Olah Ikan Sampah Jadi Bisnis Omzet Ratusan Juta

PRUI Ruang Karya#27-19.jpg
Pendiri sekaligus pemilik Sipetek Food, Aang Permana (dok. Sampoerna)
Intinya sih...
  • Aang Permana memulai bisnis kripik ikan petek setelah resign dari perusahaan migas
  • Ia belajar dari pengusaha UMKM sukses dan bergabung ke program pembinaan Sampoerna Entrepreneurship Training Center
  • Sipetek Food memiliki omzet ratusan juta per bulan, telah menembus pasar internasional, dan aktif dalam misi sosial kemanusiaan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kisah sukses dalam dunia bisnis tidak pernah lepas dari keberanian dalam mengambil risiko dan pergi dari zona nyaman. Hal itu pun terjadi pada sosok Aang Permana, pemilik Sipetek Food, yang rela meninggalkan gaji besar di perusahaan minyak dan gas (migas) ketika baru 2 tahun bekerja pada usia 24 tahun.

Di saat anak muda lain tengah merintis karier di kota, Aang memilih resign dan pulang kampung pada 2014. Ada kekosongan dalam hatinya yang membuatnya memilih jalan karier yang menempa hidupnya 10 tahun kemudian.

“Saya selama SD-SMP-SMA selalu mendapat beasiswa. Ketika kuliah, saya dapat delapan beasiswa: empat beasiswa karena anak tidak mampu, dan empat beasiswa untuk prestasi. Saat saya kerja di perusahaan oil and gas itu, enak sekali. Saya cek terumbu karang, diving di Raja Ampat, Kaimana, Laut China Selatan, tapi saya rasa cukup cuma buat diri sendiri. Kok saya gak bantu orang ya, padahal selama ini dibantu banyak orang lewat beasiswa,” ujar Aang dalam sesi Ruang Karya, rangkaian acara Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025, dikutip Rabu (10/9/2025).

Untuk diketahui, Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 adalah festival tahunan yang bertujuan memperkuat ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan UMKM. Acara yang digelar PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) atau Sampoerna ini menjadi ruang kolaborasi bagi pengusaha UMKM dan masyarakat untuk saling terhubung, belajar, dan berkembang.

1. Ide jualan bisnis keripik ikan petek

CIS-ORI.jpg
Salah satu produk Sipetek Food (dok. Sipetek Food)

Setelah resign dari perusahaan minyak dan gas, Aang memulai perjuangannya menjalankan usaha bisnis kripik ikan di kampung halamannya di Cianjur, Jawa Barat.

Ikan petek lantas dipilih Aang menjadi bahan baku utama. Ide itu bermula dari ketidaksengajaan dia melihat banyak ikan mati di pinggir danau. Itu rupanya ikan petek yang biasa dibuang para nelayan pembudidaya ikan nila dan mas karena dianggap merebut pakan ikan budidaya mereka. 

“Ikan-ikan ini dianggap sampah oleh para pembudidaya itu. Kata dosen saya, semua yang di hidup di air itu halal dan bisa dimakan, bahkan kapal selam,” ujar pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.

Para nelayan dengan cuma-cuma memberikan ikan petek itu kepada Aang. Dia pun belajar mengolah ikan itu menjadi kripik. Pada tahap awal produksi Sipetek, kemasan yang dibuat Aang sangat sederhana, yakni plastik dengan logo Sipetek warna hitam putih hasil fotokopi. 

“Jangan dipikir setelah bekerja di oil and gas company, saya punya banyak uang. Ada, tapi gak gede. Jadi pakai yang ada dulu, yang penting kita jalan. Jadi bisnis itu jangan nunggu sempurna dulu. Mulai dulu aja sama apa yang kita punya. Nanti pelan-pelan kita belajar, berkembang,” tutur Aang.

2. Belajar dengan pengusaha UMKM sukses

Sipetek.jpeg
Pendiri UMKM Sipetek Food, Aang Permana (dok. SETC)

Aang yang mengaku tak pernah punya pengalaman bisnis ini juga rajin mencari ilmu kepada pengusaha-pengusaha UMKM sukses. Ilmu tersebut dicari lantaran Aang tidak mengetahui bagaimana cara menjual keripik ikan peteknya.

“Dulu jualan saya ya cuma naik motor sama bapak buat dititip ke warung-warung. Saya ke arah Cianjur, bapak ke arah Bandung,” kata dia.

Kerja keras Aang untuk mengembangkan Sipetek akhirnya berbuah manis ketika bergabung ke program pembinaan UMKM Sampoerna Entrepreneurship Training Center oleh Sampoerna pada 2014. Dia mendapatkan pembinaan berkelanjutan dan kesempatan berjejaring.

Program SETC, yang berada di bawah Payung Program Keberlanjutan ”Sampoerna untuk Indonesia”, telah melatih lebih dari 97 ribu peserta, membina 1.600 UMKM, dengan lebih dari 200 UMKM berhasil ekspor, dan 80 persen di antaranya telah terdigitalisasi. Didukung dengan fasilitas pelatihan seluas 27 hektare di Pasuruan, Jawa Timur, SETC menjadi pusat pengembangan UMKM yang berdaya saing global.

”Saya mendapat banyak networking. Kita belajar keuangan, marketing, dan bertemu dengan pelaku bisnis yang semua ilmunya bisa kita terapin di lapangan dan setelah pelatihan, kita bisa mentoring langsung. Saya bersyukur banget ketemu sama mentor-mentor di SETC,” ucap Aang.

3. Hasilkan omzet ratusan juta per bulan

PRUI Ruang Karya#27-26.jpg
Pendiri sekaligus pemilik Sipetek Food, Aang Permana (dok. Sampoerna)

Berkat niat Aang belajar terus menerus itu, usaha Sipetek Food kian besar. Selama 10 tahun berjalan, Sipetek Food kini memiliki omzet ratusan juta rupiah per bulannya. Aang kemudian menambah varian produknya dengan aneka cemilan, seperti kentang mustofa, abon sapi, abon ayam, kulit ayam crispy.

Sipetek juga telah menembus pasar internasional seperti Malaysia dan Hong Kong. Tak hanya terus mengepakkan sayap bisnisnya, Sipetek juga aktif menjalani misi sosial kemanusiaan seperti merenovasi rumah ibadah, membangun sekolah di desa, hingga membuat sumur di desa.

”Kuncinya bagi teman-teman yang mau mulai bisnis, jangan egois merasa produknya paling bagus. Dengarkan apa kata konsumen. Sebelum bikin produk, riset dulu apa yang diinginkan konsumen. Nah, kita bikin yang mereka mau, jangan yang kita mau,” ucap Aang yang hobi membaca ulasan produk di e-commerce tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

7 Saham yang Bisa Jadi Pantauan saat IHSG Menghijau di Akhir Pekan

12 Sep 2025, 09:32 WIBBusiness