Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Luhut Tak Terima Indonesia Disalahkan atas Anjloknya Harga Nikel

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (26/1/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan fluktuasi harga nikel adalah hal yang biasa dalam pasar komoditas.

Indonesia pun tidak memiliki tanggung jawab atas kemungkinan tutupnya tambang-tambang dunia imbas penurunan harga.

“Ya biar aja tambang dunia tutup asal kita jangan tutup,” kata Luhut saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2024).

1. Luhut sebut penurunan harga nikel bukan karena Indonesia

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (26/1/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)

Luhut menegaskan, anggapan bahwa Indonesia menjadi penyebab penurunan harga nikel tidaklah benar. Dia menekankan pentingnya melihat tren jangka panjang selama 10 tahun untuk memahami fluktuasi harga komoditas.

Mantan Menkopolhukam itu pun menyamakan situasi saat ini dengan fluktuasi harga batu bara yang juga mengalami naik turun secara periodik.

“Kalau lihat itu kan mesti lihat 10 tahun. Harga komoditi itu kan selalu up and down. Pas lagi sekarang naik. Sama aja dengan batu bara,” ujar Luhut.

2. Luhut tegaskan Indonesia tak jor-joran memproduksi nikel

ilustrasi tambang nikel (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Luhut memastikan bahwa Indonesia tidak pernah secara berlebihan atau terlalu agresif dalam memproduksi nikel. Itu menunjukkan bahwa Indonesia tidak terlibat dalam tindakan yang berpotensi mengganggu keseimbangan pasar global atau menyebabkan fluktuasi harga yang tidak stabil.

“Kita gak pernah jor-joran. Nggak juga, nggak betul itu (Indonesia menyebabkan kelebihan pasokan nikel),” tuturnya.

3. Luhut sebut pasar komoditas akan mencari keseimbangan harga sendiri

IDN Times/Istimewa

Luhut meyakini bahwa pada akhirnya, pasar komoditas akan mencari keseimbangan sendiri, atau equilibrium.

Dia menekankan pentingnya melihat tren jangka panjang, minimal lima hingga sepuluh tahun, daripada hanya fokus pada fluktuasi harga sesaat.

“Ya itu kan, at the end kan nyari equilibrium-nya, dia kan cari anu sendiri. Apa saja komoditi itu, kamu lihatnya nggak boleh dari setahun, dua tahun,” tambah Luhut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us