Minim Bahan Baku, Ganjar Bakal Dongkrak Industri Farmasi dan Alkes

Jakarta, IDN Times - Calon presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menjawab keluhan pengusaha terkait minimnya bahan baku industri farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri karena masih didominasi oleh impor.
Ia menjelaskan untuk mengatasi masalah di industri farmasi dan alat kesehatan (alkes) maka perlu upaya peningkatan research and development (R&D). Hal ini pun telah dibicarakan dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"1 persen aja Pak kita mulai riset dan development Indonesia dari PDB (produk domestik bruto), kita dorong kemudian agar biaya risetnya itu mencukupi. Risetnya sudah, Pak di BRIN," kata Ganjar dalam Dialog Capres bersama Kadin di Jakarta, Kamis (11/1/2024).
1. Harus mulai kembangkan industri kimia dasar

Ia bercerita saat menyusun anggaran saat menjabat sebagai Gubernur selama 10 tahun, permintaan tertinggi yang diajukan adalah untuk kebutuhan alat kesehatan.
Namun, justru banyak masalah yang juga datang dari industri tersebut. Dengan demikian, Ganjar berkomitmen untuk mengatasi minimnya alkes dan bahan baku farmasi di Indonesia.
"Ini tidak boleh kita teruskan. Suka tidak suka kita harus memulai kimia dasar, petrokimia," imbuhnya.
Pengembangan industri petrokimia diyakininya dapat mendukung peningkatan bahan baku lokal yang terintegrasi bagi industri farmasi dan alat kesehatan nasional.
Dalam catatan Kadin, industri petrokimia di Vietnam terdapat 29 industri sedangkan Indonesia baru 4.
2. Ganjar bakal bangun kawasan industri kesehatan

Lebih lanjut, Ganjar pun berkomitmen untuk membangun kawasan industri kesehatan untuk menjadi penopang kemandirian Indonesia terhadap industri alkes dan farmasi.
Selain itu, Ganjar juga menyebut pentingnya diplomasi internasional untuk menjadi mitra strategis untuk barang alkes.
"Plasma nutfahnya sudah oke luar biasa, perisetnya yang sudah ada, siapa yang memungut itu dalam meja pengambilan keputusan? tidak ada, karena ini perkelahiannya dengan para pedagang juga, kita gak bisa mandiri karena terus digoda untuk mencari kemudahan makanya disitu kita tidak bisa berdikari," tutur Ganjar.
3. Pemerintah bidik 60 persen bahan produksi alkes dari dalam negeri

Perlu diketahui, pemerintah menargetkan 60 persen produksi alkes dalam negeri menggunakan komponen lokal. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan transaksi impor alkes periode 2019-2020 mencapao 88 persen dan produk lokalnya hanya 12 persen.
Untuk itu, pemerintah melakukan transformasi ketahanan sistem kesehatan yang salah satu fokusnya adalah mendorong pengembangan alat kesehatan produksi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan produk kesehatan impor.