Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OECD Prediksi Ekonomi Global Lesu di 2024, hanya Tumbuh 2,7 Persen

ilustrasi ekonomi dunia (pixabay.com/StockSnap)
ilustrasi ekonomi dunia (pixabay.com/StockSnap)

Jakarta, IDN Times - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,7 persen pada 2024.

"Pertumbuhan global pada 2023 diproyeksikan 2,9 persen  dan melemah menjadi 2,7 persen pada 2024, yang merupakan tingkat terendah sejak krisis keuangan global selain tahun pertama pandemi," tulis laporan OECD yang dikutip, Rabu (6/12/2023).

1. Perang Israel-hamas dikhawatirkan meningkat

ilustrasi Israel Palestina (ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
ilustrasi Israel Palestina (ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

OECD menyampaikan, risiko terhadap prospek global di jangka pendek masih akan negatif, seiring dengan perang Israel-Hamas yang dikhawatirkan akan meluas.

"Apabila perang meluas, maka akan mengakibatkan gangguan signifikan terhadap pasar energi dan perdagangan besar, dan penyesuaian risiko tambahan di pasar keuangan, yang akan memperlambat pertumbuhan dan menambah inflasi," ucap OECD dalam laporannya.

2. Restriksi komoditas perdagangan picu naiknya inflasi

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain itu, ada juga faktor restriksi sejumlah komoditas oleh beberapa negara. Kondisi ini pun mempengaruhi arus perdagangan barang yang tentunya akan bermuara pada meningkatnya inflasi global.

"Ketidakpastian prospek perdagangan global, menjadi kekhawatiran utama, mengingat pentingnya perdagangan untuk produktivitas dan pembangunan. Tapi adanya tkanan biaya yang terus berlanjut, peningkatan harga energi dan harga pangan ini menjadi peningkatan ekspektasi inflasi," jelas OECD.

Peningkatan inflasi di berbagai negara pun direspon Bank Sentral negara maju dengan menempuh kebijakan moneter yang hawkish yakni mempertahankan suku bunga acuan tinggi dengan jangka waktu lebih lama dari perkiraan.

Masih tingginya suku bunga global pun berpotensi menimbulkan tekanan tambahan di pasar keuangan.

"Kondisi ini juga menyebabkan perlambatan belanja yang lebih parah, meningkatnya pengangguran dan angka yang lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan kebangkrutan," ungkap OECD.

Dengan kondisi keuangan global yang lebih ketat dari perkiraan juga akan meningkatkan penguatan keuangan kerentanan, termasuk di pasar negara berkembang dan negara berkembang, dan menambah pembayaran utang.

3. Ekonomi AS melambat tahun depan

Ilustrasi dolar AS ( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ilustrasi dolar AS ( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Untuk beberapa negara serta kawasan, OECD memperkirakan pertumbuhan permintaan domestik akan melambat di Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan 2024.

Hal ini karena kondisi moneter dan keuangan yang lebih ketat, dengan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lambat dan sedikit peningkatan pengangguran.

Kebijakan moneter diperkirakan akan longgar mulai paruh kedua tahun depan, karena inflasi yang terus menurun dan diproyeksikan membantu memperkuat pertumbuhan permintaan domestik pada 2025.

Dengan demkian, pertumbuhan PDB riil AS tahun depan diperkirakan akan melambat menjadi 1,5 persen, sebelum kembali naik menjadi 1,7 persen pada 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us