Perang Rusia-Ukraina Buyarkan Proyeksi Ekonomi Makro Global

Jakarta, IDN Times - Tensi geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina pada awal tahun ini membuyarkan sejumlah perkiraan ahli ekonomi dan lembaga ekonomi dunia terkait kondisi makro ekonomi global. Salah satunya International Monetary Fund (IMF) yang mengoreksi presentasi pertumbuhan ekonomi global.
"Apa yang terjadi di dunia IMF sudah memperkirakan yang namanya pertumbuhan ekonomi dunia, tadinya cukup moderat mulai diturunkan. Global growth mulai diturunkan oleh IMF dari 4,4 persen ke 3,6 persen," ujar Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus) 2022, Kamis (21/4/2022).
1. Inflasi alami peningkatan

Revisi juga terjadi dari sisi inflasi global. Sebelum pecahnya perang antara Rusi dan Ukraina, inflasi dunia diperkirakan hanya 3,9 persen.
"Setelahnya diperkirakan inflasi naik 1,8 persen menjadi 5,7 persen dan emerging market termasuk Indonesia ini di dalamnya diperkirakan inflasinya akan meningkat 2,8 persen menjadi 8,7 persen," tutur Suahasil.
2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi pada angka moderat, baik untuk tahun ini maupun tahun depan.
"Dengan kondisi yang ada, kita perkirakan tahun 2022 pertumbuhan ekonomi kita ada di sekitar angka 5,1 sampai 5,2 persen dan tahun 2023 di angka 5,3 sampai 5,9 persen," kata Suahasil.
Angka ini, sambung Suahasil, masih ada dalam perkiraan lembaga-lembaga keuangan dunia. "IMF baru keluar dua hari lalu angkanya 2022 adalah 5,4 persen dan di 2023 sekitar 6,0 persen," ujarnya.
3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan harus di atas enam persen

Suahasil pun menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas enam persen pada tahun depan bukanlah sebuah pilihan. Pemerintah akan mencapai hal tersebut guna terhindar dari jebakan pendapatan menengah alias middle income trap.
"Kita harus menuju kepada pertumbuhan ekonomi jangka menengah rata-rata di sekitar enam persen. Kita memperkirakan idealnya di atas enam persen inilah cara kita keluar dari jebakan pendapatan di tingkat menengah atau middle income trap," tutur Suahasil.