Pertamina Patra Niaga Dukung Pembangunan Berkelanjutan melalui Inovasi

- Pertamina Patra Niaga mendukung pembangunan berkelanjutan melalui inovasi lingkungan
- Inovasi lingkungan seperti energi panel surya untuk budidaya perikanan terintegrasi dan alat pengering padi berbasis energi terbarukan membantu petani meningkatkan kualitas hasil panen serta mengurangi biaya produksi
Jakarta, IDN Times – PT Pertamina Patra Niaga menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
Komitmen ini diwujudkan melalui tiga program unggulan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di wilayah Kabupaten Cilacap, yaitu Bu Petra, PINKY RUDAL, dan Pepes SEGA K CAP. Ketiga program TJSL tersebut dirancang untuk menjawab tantangan perubahan iklim sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi lokal.
1. Gerakkan ekonomi masyarakat melalui inovasi lingkungan

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari menyampaikan inovasi lingkungan harus menyatu dengan pemberdayaan masyarakat.
“Kita tidak hanya menyelamatkan alam, tapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat. Kita bergerak bersama masyarakat untuk menciptakan solusi nyata yang berdampak ekologis dan ekonomis,” ujar Heppy.
2. Kelompok PUR 123 berhasil memanen 263 kilogram ikan

Heppy menjelaskan, program Bu Petra (Budidaya Perikanan Terintegrasi), binaan Fuel Terminal Lomanis di Desa Sidamukti, telah memanfaatkan energi panel surya untuk menggerakkan kincir air dan mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar mesin pencetak pelet ikan.
Sepanjang 2025, kelompok PUR 123 berhasil memanen 263 kilogram ikan. Program ini telah memberikan manfaat kepada 100 warga, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mesin Waste to Pellet juga mampu mengurangi biaya produksi pakan secara signifikan, sekaligus mengelola limbah plastik rumah tangga menjadi energi yang produktif.
3. Rincian program di sektor pertanian

Di sektor pertanian, program Pinky Rudal (Pengering Padi Siasat Perubahan Iklim), binaan Fuel Terminal Maos, membantu ratusan petani dari kelompok kawisata melalui penggunaan alat pengering padi berbasis energi terbarukan.
Alat ini dapat mengurangi waktu pengeringan dari tiga hari menjadi beberapa jam, meningkatkan kualitas gabah, serta menjawab tantangan perubahan iklim akibat curah hujan tinggi yang tidak menentu. Dampaknya langsung terlihat dalam peningkatan harga jual dan penurunan tingkat kerugian hasil panen.
"Sementara itu, Integrated Terminal Cilacap mengembangkan program pepes sega k cap, yang telah mengolah 13,5 ton ikan rucah menjadi pelet ramah lingkungan sejak pertama kali dijalankan," ungkapnya.
Adapun inovasi senopati mampu mempersingkat proses sortir ikan dan sampah dari tiga jam menjadi satu jam, sedangkan alat sega rahardja dapat menghemat hingga Rp1.160.000 per bulan dalam biaya pakan bagi nelayan.
"Dari total 980 nelayan di Kelurahan Kutawaru, program ini mulai memberikan manfaat nyata bagi komunitas pesisir yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Selain itu, sebanyak 135 kilogram mikroalga telah diolah menjadi bahan campuran pelet, menambah nilai ekonomis dari potensi lokal yang sebelumnya belum dimanfaatkan," tuturnya.