Purbaya Rekrut Hacker Lokal Peringkat Dunia Perkuat Keamanan Coretax

- Coretax telah dikembangkan selama 4 tahun: Menurut Menkeu Purbaya, Coretax telah dikembangkan selama empat tahun oleh perusahaan asing. Namun, ia menilai pengawasan mutu pada masa pengembangan sebelumnya tidak dilakukan dengan baik.
- Kualitas programmer dari pihak LG kurang baik: Purbaya menyoroti lemahnya quality control saat sistem dikembangkan oleh pihak sebelumnya. Ia menduga, kerja sama dengan LG dilakukan tanpa pengujian memadai sebelum peluncuran.
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa memastikan perbaikan sistem Coretax atau Sistem Inti Administrasi Perpajakan terus menunjukkan kemajuan signifikan. Ia mengaku telah merekrut sejumlah hacker asal Indonesia untuk memperkuat keamanan siber sistem tersebut, yang sempat dikeluhkan wajib pajak sejak resmi diterapkan pada 1 Januari 2025.
“Kita sudah panggil para hacker Indonesia yang jago-jago. Orang Indonesia itu hacker-nya ditakuti dunia. Saya panggil yang ranking dunia, kita bayar, dan hasilnya sudah lumayan,” ujar Purbaya di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jumat (24/10/2025).
1. Coretax telah dikembangkan selama 4 tahun

Menurut Purbaya, Coretax telah dikembangkan selama empat tahun oleh perusahaan asing. Namun, ia menilai pengawasan mutu pada masa pengembangan sebelumnya tidak dilakukan dengan baik. Bahkan pihak asing yang ditunjuk dinilai tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah kritis yang muncul dalam sistem Coretax.
“Kesimpulannya, dari berbagai masalah kritis yang sering dialami pengguna, sebagian besar sudah cukup banyak diperbaiki, sesuai dengan target awal kami. Bagian depan bisa dibereskan, bagian tengah juga bisa, tapi bagian bawah yang dikerjakan oleh LG belum bisa kami tangani,” ujarnya.
Purbaya menuturkan, ketika timnya mulai menelusuri sistem Coretax, mereka menemukan hal yang mengejutkan sekaligus menggelitik. Kualitas kode pemrograman yang ditemukan ternyata jauh dari harapan.
“Komentarnya lucu. Begitu mereka dapat source code-nya dan diperiksa oleh tim saya, mereka bilang, 'Wah, ini kayak buatan programmer tingkat pemula, lulusan SMA'. Jadi sepertinya yang dikerahkan ke kita bukan tim terbaik mereka,” paparnya.
2. Kualitas programmer dari pihak LG kurang baik

Purbaya menyoroti lemahnya quality control saat sistem dikembangkan oleh pihak sebelumnya. Ia menduga, kerja sama dengan LG dilakukan tanpa pengujian memadai sebelum peluncuran.
“Mungkin waktu itu kita silau sama Korea, sama K-pop. Tapi ternyata kualitas programmer-nya bukan yang terbaik. Begitu tim saya lihat source code-nya, katanya kayak buatan lulusan SMA,” ucapnya.
Meski begitu, ia memastikan pihak LG kini sudah mulai kooperatif. Mereka mengirimkan teknisi untuk bekerja sama dengan tim Indonesia.
“Sekarang mereka mau datang, dibimbing sama orang kita juga. Jadi pelan-pelan kita ambil alih, nanti Januari-Februari sistem ini bisa selesai sepenuhnya,” tutur Purbaya.
3. Tim hacker menguji ketahanan sistem keuangan Kemenkeu

Purbaya mengungkap kisah menarik di balik keputusannya melibatkan para hacker lokal. Ia menilai kemampuan mereka setara bahkan melebihi peretas luar negeri.
“Hacker itu aneh, makin pintar makin nggak jelas sekolahnya. Ada yang saya kenal dari dulu, pernah dilatih di Rusia. Ada juga tim hacker ranking enam dunia. Lima menit saja bisa bobol sistem LPS waktu dites,” katanya.
Dari pengalaman itu, Purbaya kemudian merekrut mereka secara resmi untuk memperkuat sistem keuangan negara, termasuk Coretax.
“Kalau kita nggak bisa ngalahin mereka, ya kita rekrut mereka. Semuanya (orang Indonesia) bukan orang asing. Saya percaya sama kemampuan anak bangsa,” ujarnya.
Purbaya memastikan tim hacker tersebut kini secara berkala menguji ketahanan sistem Kemenkeu. Ia menargetkan keamanan Coretax akan mencapai 100 persen dalam waktu sebulan ke depan.
















