Rupiah Menguat Tipis di Level Rp16.135 per Dolar AS

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot menguat tipis pada awal perdagangan Senin (23/12/2024). Rupiah dibuka pada level Rp16.135 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 86,5 poin atau 0,53 persen dibandingkan dengan penutupan Jumat pekan lalu yang berada di level Rp15.221,5 per dolar AS.
1. Mayoritas mata uang menguat pagi ini
Tidak hanya rupiah, mata uang Asia bergerak menguat, dengan rincian:
- Ringgit Malaysia menguat 0,47 persen
- Yuan China menguat 0,01 persen
- Rupee India menguat 0,06 persen
- Peso Filipina menguat 0,34 persen
- Dolar Taiwan menguat 0,16 persen
- Dolar Singapura menguat 0,18 persen
- Dolar Hongkong menguat 0,05 persen
2. Data inflasi AS pengaruhi dolar AS
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan pagi ini indeks dolar AS bergerak di bawah pergerakan Jumat (20/12/2024) sebesar 107.80 vs 108.40. Penurunan indeks dolar AS disebabkan oleh data inflasi AS yang dirilis pada Jumat malam di bawah perkiraan.
"Penurunan indeks dolar ini terjadi setelah data indikator inflasi AS yang dirilis di Jumat malam, Core PCE Price indeks MoM pada November di bawah kenaikan bulan sebelumnya 0,1 persen vs 0,3 persen," ucapnya.
Dengan demikian, reaksi dolar terhadap hasil data inflasi AS ini bisa berdampak pada penguatan rupiah hari ini.
3. Tarif PPN jadi 12 persen pengaruhi rupiah
Di sisi lain, Ariston menyoroti tarif PPN yang naik dari 11 menjadi 12 persen pada 1 Januari 2025 juga memberikan sentimen negatif pada penguatan rupiah.
"Komentar negatif terhadap kebijakan kenaikan PPN yang berpotensi menurunkan daya beli masyarakat bisa menjadi sentimen negatif untuk pergerakan rupiah hari ini. Dengan demikian, potensi penguatan rupiah hari ini ke kisaran Rp16.100 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp16.200 per dolar AS," ujar Ariston.
Pada kesempatan yang sama, Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan tarif PPN 12 persen semakin memperburuk dan memberikan sentimen negatif bagi ekonomi domestik.
"Kenaikan tarif PPN mempengaruhi ekonomi domestik, meski demikian saat ini faktor eksternal yakni dolar Amerika Serikat masih mendominasi pergerakan rupiah," ujar Lukman.