Rusia Urung Kembalikan Aliran Gas, Jerman Siap-siap Mandiri Sepenuhnya

Jakarta, IDN Times - Raksasa perusahaan energi Rusia, Gazprom, urung mengembalikan aliran gas ke Eropa di pipa Nord Stream 1 yang menghubungkan langsung dari Rusia menuju Jerman pada Sabtu (3/9/2022).
Kabar penghentian aliran gas segera ditanggapi oleh Klaus Mueller, Presiden Bundesnetzagentur, regulator gas Jerman. Mueller mengatakan untuk saat ini tingkat penyimpanan dan penghematan adalah hal yang penting.
"Bagus bahwa Jerman sekarang lebih siap (saat Rusia menghentikan aliran gas), tetapi sekarang tergantung pada masing-masing dan semua orang," kata Mueller.
Juru bicara Menteri Ekonomi Jerman mengatakan bahwa Rusia semakin tidak andal dalam beberapa minggu terakhir dan memicu Berlin untuk kian memperkuat kemandirian dari impor energi Moskow.
1. Kerusakan peralatan menunda aliran gas alam

Pipa Nord Stream 1 telah berhenti tiga hari mengalirkan gas alam cair karena pemeliharaan rutin sejak 1 September. Pemadaman dilakukan karena sedang dalam pemeliharaan rutin mesin pompa.
Meski sudah berjanji akan kembali mengalirkan gas tersebut, kini Gazprom menundanya tanpa batas waktu yang jelas. Alasan penghentian aliran adalah karena terjadinya kebocoran gas.
"Transmisi gas melalui pipa Nord Stream telah ditutup sepenuhnya sampai cacat operasional pada peralatan dihilangkan," kata Gazprom dikutip dari Al Jazeera.
Nord Stream 1 telah menyediakan pasokan gas alam yang sangat dibutuhkan oleh Jerman. Dari Jerman, gas tersebut kemudian mengalir ke negara-negara Eropa lainnya.
Namun sejak perang Rusia di Ukraina, ada kekhawatiran bahwa Rusia akan memotong aliran gasnya ke negara-negara yang mendukung Kiev. Sejak pertengahan Juli, Gazprom telah memangkas aliran gasnya hanya 20 persen dari kapasitas maksimum.
Moskow menyalahkan sanksi yang dijatuhkan oleh Barat telah menghambat pemeliharaan rutin pada pipa, tetapi beberapa pejabat Uni Eropa (UE) menuduh Rusia menggunakan energi sebagai senjata.
2. Penghentian total aliran gas Rusia timbulkan kesulitan nyata bagi Eropa
Eropa telah memiliki ketergantungan pasokan gas alam cair dari Rusia selama bertahun-tahun. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, masalah ini menjadi perhatian utama karena jika Rusia menghentikan aliran gas, akan terjadi krisis energi di negara-negara UE.
Sejak musim panas, negara-negara UE telah bergegas menemukan pasokan tambahan untuk bersiap menghadapi musim dingin. Menurut Associated Press, mereka telah membeli gas cair yang datang dengan kapal tapi harganya mahal.
Sementara pasokan tambahan lain telah datang melalui Norwegia dan Azerbaijan. Tapi pasokan alternatif itu belum sepenuhnya dapat menggantikan pasokan Rusia yang telah mapan selama bertahun-tahun.
Pakar kebijakan energi Simone Tagliapietra menilai penghentian total aliran gas dari Rusia akan menghadirkan kesulitan serius bagi Eropa. Dia mengingatkan pentingnya mengurangi konsumsi.
"Musim dingin tanpa gas Rusia adalah skenario utama untuk Eropa. Hanya ada satu cara untuk mempersiapkanyya (yakni) mengurangi permintaan gas dan listrik," kata Tagliapietra.
3. Alasan kebocoran seharusnya tidak pengaruhi pengoperasian

Gazprom menjelaskan bahwa telah terjadi kebocoran pada turbin gas utama di stasiun kompresor Portovaya dekat St. Petersburg. Kerusakan itulah yang membuat aliran gas tetap dimatikan dan tidak dilanjutkan sesuai jadwal.
Namun menurut Siemens Energy, perusahaan yang memperbaiki turbin tersebut, mengatakan bahwa kebocoran biasanya tidak mempengaruhi pengoperasian.
"Kebocoran seperti itu biasanya tidak mempengaruhi pengoperasian turbin dan dapat ditutup di lokasi. Ini adalah prosedur rutin dalam lingkup pekerjaan pemeliharaan," kata Siemens dikutip Deutsche Welle.