Sejarah Metode Pembayaran Menggunakan QR Code

- QR code ditemukan pada 1995 oleh insinyur Jepang, Masahiro Hara, sebagai versi cerdas dari barcode tradisional.
- Pandemik COVID-19 memainkan peran besar dalam kebangkitan global QR code sebagai bagian dari ledakan e-commerce dan revolusi Open Banking.
Jakarta, IDN Times - Kode QR atau biasa disebut QR code ditemukan pada 1995. QR code telah melalui berbagai transformasi dan tantangan, dalam mencari peran yang signifikan.
Dilansir The Payments Association, QR code telah menjadi subjek dari banyak inovasi serta kontroversi, tergantung pada lokasi penggunanya.
Namun, kini QR code kembali hadir dengan fungsi baru sebagai bagian integral dari pembayaran fintech. Bagaimana sejarah pembayaran QR code? Simak yuk di artikel ini!
1. Barcode generasi selanjutnya

Apa sebenarnya QR code itu? Singkatnya, ini adalah versi cerdas dari kode batang atau barcode tradisional, yang diciptakan di Jepang pada pertengahan 1990-an oleh insinyur Denso, Masahiro Hara, untuk keperluan manajemen inventaris. Hara terinspirasi saat bermain permainan strategi Go pada waktu istirahat makan siang.
Desain dua dimensi dari kode batang Hara terbukti jauh lebih efektif, dibandingkan kode batang tradisional. QR code dapat menyimpan data dalam jumlah besar yang bisa dibaca 10 kali lebih cepat.
Supermarket segera menyadari potensi QR code, memperluas kegunaannya untuk memuat lebih banyak informasi. Selama dekade berikutnya, QR code berkembang pesat.
Kode tersebut digunakan untuk pelacakan produk dan dokumen, pencatatan waktu, identifikasi barang, pemasaran, dan pembayaran.
Saat ini, penggunaan QR code di Jepang sangat meluas. QR code membantu menyinkronkan kereta dan pintu di kereta bawah tanah Tokyo, bahkan ditempatkan di batu nisan untuk menyediakan informasi tentang almarhum.
Tak lama kemudian, QR code menyebar dengan cepat ke Asia dan Afrika. Pada 2011, retail seperti Alipay mulai menggunakannya di China sebagai metode pembayaran tanpa kontak.
China kini hampir menjadi masyarakat tanpa uang tunai dengan QR code yang sangat umum, digunakan untuk berbagai keperluan seperti hadiah pernikahan, identifikasi hewan peliharaan, dan sumbangan gereja. Hal itu sebagian besar berkat adopsi QR code oleh WeChat, platform media sosial terbesar di negara tersebut pada 2012.
Perkembangan terjadi dengan sangat cepat di China. Sebagai perbandingan, wakil presiden Grup Bisnis Tencent WeChat, Greg Geng menyatakan, di China pada akhir 2019, metode pembayaran menggunakan QR code telah menggantikan uang tunai dan kartu hanya dalam waktu lima tahun.
Kendati demikian, QR code tidak berhasil masuk Eropa pada 2010-an.
2. Tantangan keamanan dalam penggunaan QR code

Salah satu permasalahan utama terkait QR code adalah kekurangan keamanan siber dan perlindungan data yang memadai. Pada 2014, muncul QR code palsu yang memaksa pemerintah China sementara waktu melarang penggunaannya untuk pembayaran.
Pada 2017, QR code dimanfaatkan untuk menyebarkan virus ke ponsel pintar, yang mengakibatkan kerugian dari pembayaran palsu mencapai total 13 juta dolar AS. Selain skandal tersebut, pemahaman yang kurang di luar Asia tentang QR code serta cara kerjanya.
Kedua faktor tersebut harus diatasi sebelum QR code dapat dianggap sebagai metode pembayaran yang dapat dipercaya secara global.
WeChat dan Alipay telah meningkatkan kontrol atas data konsumen mereka sebagai tanggapan terhadap masalah tersebut. Kelompok standar industri, Global Payments Industry telah menerbitkan spesifikasi untuk memastikan interoperabilitas dalam transaksi QR code, baik yang berbasis pedagang maupun konsumen.
Langkah-langkah keamanan baru tersebut telah meningkatkan penggunaan QR code. Meskipun demikian, masih ada satu hambatan yang perlu diatasi sebelum adopsi massal dapat terwujud.
3. Perjalanan kembali QR code ke puncak popularitas

Pada masa itu, sebagian besar ponsel pintar memerlukan aplikasi tambahan untuk mengakses QR code. Menuju akhir 2010-an, Apple menghadirkan iOS12 dengan pembaruan yang memungkinkan pemindaian QR code langsung melalui aplikasi kamera.
Pada akhir 2018, QR code mengalami fluktuasi yang signifikan. Namun, dengan integrasi ke produk Apple, QR code akhirnya menjadi lebih terpercaya dan aman, mendapat dukungan besar dari pasar.
Saat itu, 2021, QR code mengalami kebangkitan global dengan tujuan yang lebih tegas.
Pandemik COVID-19 memainkan peran besar dalam pergeseran ke arah pembayaran tanpa kontak, di mana uang tunai dianggap sebagai sumber utama penularan virus corona. Adopsi QR code oleh platform media sosial juga berperan, kunci dalam kebangkitan tersebut sebagai bagian dari ledakan e-commerce.
Sebagai contoh, Instagram menyediakan widget "Shop" yang menawarkan QR code, memungkinkan pengguna langsung menuju halaman produk tertentu. Dalam hitungan menit, konsumen dapat memesan produk yang sama seperti yang dilihat di foto Usain Bolt.
Menurut survei MobileIron 2020, sebanyak 83 persen responden di AS, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, dan Spanyol pernah memindai QR code setidaknya sekali, dengan 72 persen melakukan pemindaian pada November 2020.
Saat ini, QR code telah menjadi fitur umum dalam produk layanan keuangan baru yang muncul sebagai bagian dari revolusi Open Banking. Layanan pembayaran menggunakan QR code, seperti kartu prabayar, telah mengalami lonjakan popularitas karena biayanya yang lebih rendah dibandingkan dengan pembayaran menggunakan Visa dan Mastercard.