Serikat Pekerja Mogok, Boeing Pilih Solusi Perekrutan Tenaga Baru

- Boeing memulai proses perekrutan pengganti permanen untuk mengatasi mogok kerja yang melibatkan 3.200 anggota IAM di fasilitas pertahanan St. Louis.
- Serikat pekerja mengecam keputusan Boeing dan menuntut kontrak yang adil, sementara perusahaan menegaskan perlunya staf yang memadai untuk mendukung pelanggan.
- Mogok kerja dimulai setelah penolakan mayoritas pekerja terhadap proposal kontrak kerja empat tahun Boeing, berpotensi berdampak signifikan terhadap produksi dan pemenuhan pesanan pemerintah AS.
Jakarta, IDN Times - Boeing Defense mengumumkan rencana untuk mempekerjakan tenaga kerja baru sebagai pengganti anggota serikat pekerja yang mogok di wilayah St. Louis, Amerika Serikat (AS). Serikat pekerja ini berasal dari International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM) yang menolak kontrak kerja baru dan memulai mogok kerja sejak 4 Agustus 2025.
Boeing mengambil kebijakan ini setelah hampir satu bulan mogok kerja yang melibatkan sekitar 3.200 anggota IAM di fasilitas pertahanan St. Louis. Vice President Boeing Defense, Dan Gillian, menyatakan bahwa perusahaan memulai proses perekrutan pengganti permanen. Ini dilakukan agar Boeing memiliki staf yang cukup untuk terus melayani kebutuhan pelanggan mereka dengan optimal.
1. Langkah Boeing dalam menghadapi mogok kerja dan penjelasan perusahaan
Boeing secara resmi memberitahukan kepada seluruh karyawannya bahwa proses perekrutan pengganti tetap untuk posisi manufaktur mulai dilakukan.
“Hari ini, kami memulai proses untuk mempekerjakan pekerja pengganti permanen untuk peran manufaktur,” kata Dan Gillian dalam pesan internalnya kepada karyawan, pada Kamis (4/9/2025). Ia menegaskan langkah ini penting agar perusahaan tetap memiliki staf yang memadai untuk mendukung pelanggan mereka dengan baik.
Produksi yang terganggu akibat mogok selama hampir satu bulan dipertahankan dengan menggunakan tenaga non-serikat. Meski demikian, beberapa proyek mengalami hambatan akibat kekurangan staf.
Boeing berencana menggelar job fair pada 16 September 2025 sebagai bagian dari strategi perekrutan ini. Selain itu, perusahaan menjamin bahwa pekerja baru akan mendapat pelatihan dan sertifikasi standar Boeing.
2. Sikap serikat pekerja dan tanggapan terkait perekrutan pengganti
Tom Boelling, Presiden IAM Distrik 837, yang mewakili para pekerja yang mogok, menyatakan kekecewaannya atas keputusan Boeing. Ia mengajak perusahaan untuk kembali ke meja perundingan demi mencari solusi terbaik secara bersama-sama dan menghindari perselisihan yang berkepanjangan.
Brian Bryant, Presiden IAM Internasional, juga mengkritik keputusan Boeing.
“Boeing hanya memperparah masalah dengan memilih mempekerjakan tenaga pengganti untuk memproduksi pesawat militer dan peralatan, daripada berdialog dengan tenaga kerja kami yang berdedikasi dan berpengalaman,” katanya dalam pernyataan resmi, dilansir CNBC.
Serikat pekerja menegaskan bahwa mereka akan terus mendukung anggota yang mogok dan menuntut kontrak yang adil.
3. Latar belakang mogok dan dampaknya bagi produksi Boeing
Awal mogok bermula pada Minggu (3/8/2025), ketika sekitar 3.200 anggota IAM Distrik 837 secara mayoritas menolak proposal kontrak kerja empat tahun yang diajukan Boeing. Proposal itu mencakup kenaikan upah 20 persen, bonus tanda tangan sebesar 5 ribu dolar AS (Rp82,1 juta), dan berbagai perbaikan lainnya. Penolakan 67 persen tersebut memicu dimulainya mogok kerja.
Pekerja yang mogok bertugas merakit pesawat tempur seperti F-15 dan peralatan misil penting lainnya di tiga fasilitas Boeing di St. Louis dan sekitarnya. Boeing mencatat bahwa sektor pertahanan menyumbang sekitar 30 persen pendapatan perusahaan sebesar 42 miliar dolar AS (Rp689,6 triliun) pada paruh pertama 2025. Mogok ini berpotensi berdampak signifikan terhadap produksi dan pemenuhan pesanan pemerintah AS.