Sri Mulyani Sebut Program Makan Bergizi Gratis Bisa Dongkrak Ekonomi

- Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan pentingnya pertumbuhan ekonomi 6-8% untuk mencapai Indonesia Emas 2045
- Kualitas dan inklusivitas ekonomi harus diperbaiki dengan investasi SDM dan transformasi ekonomi
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam upaya mencapai Visi Indonesia Emas 2045, yaitu antara 6 hingga 8 persen.
Menurutnya, untuk mencapai tingkat pertumbuhan tersebut, kualitas dan inklusivitas ekonomi harus terus diperbaiki. Kontribusi produktivitas menjadi elemen krusial yang harus ditingkatkan melalui investasi sumber daya manusia (SDM) dan transformasi ekonomi demi menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi di dalam perekonomian nasional.
Program peningkatan sumber daya manusia, termasuk program makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto, dianggap sangat penting.
“Dengan demikian, program perbaikan sumber daya manusia termasuk melalui program makanan bergizi dan perbaikan reformasi kesehatan, perbaikan kualitas pendidikan serta penyempurnaan jaring pengaman sosial menjadi sangat penting dalam meningkatkan produktivitas sumber daya manusia Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna di DPR RI, Selasa (4/6/2024).
1. Perbaikan iklim investasi juga punya peran penting

Sri Mulyani mencermati negara-negara yang berhasil menghindari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap), seperti Korea Selatan, menunjukkan pentingnya produktivitas yang konsisten. Selama 15 tahun menuju status negara maju, investasi dan sektor manufaktur Korea Selatan tumbuh di atas 10 persen setiap tahunnya.
Bahkan, kata Sri Mulyani, hal yang sama berlaku bagi Taiwan, di mana investasi tumbuh 20 persen dan sektor manufaktur meningkat lebih dari 8 persen per tahun.
“Hal ini menunjukkan selain kualitas dan produktivitas dari sumber daya manusia, maka perbaikan iklim investasi untuk meningkatkan peranan investasi dan pertumbuhan sektor manufaktur menjadi sangat kunci bagi perjalanan menuju Indonesia Emas,” tuturnya.
2. Sri Mulyani juga tekankan pentingnya menjaga inflasi

Inflasi juga menjadi faktor kunci dalam menjaga daya beli masyarakat dan tren pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, menjaga inflasi pada level 1,5 persen hingga 3,5 persen di tengah tantangan inflasi global merupakan komitmen besar untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Dengan meningkatnya suku bunga di negara-negara maju, kata dia, Indonesia menghadapi risiko keluarnya modal dan tekanan pada nilai tukar, yang dapat mengakibatkan inflasi impor (imported inflation).
“Hal ini menciptakan risiko imported inflation yang harus terus diantisipasi dan dikoordinasikan antara pemerintah dan bank sentral,” tuturnya.
3. Angka kemiskinan ditekan melalui hilirisasi dan teknologi manufaktur

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga berharap tren penurunan kemiskinan dan ketimpangan terus berlanjut, didukung oleh hilirisasi yang menciptakan sumber pertumbuhan baru, baik secara spasial maupun sektoral.
Penggunaan teknologi tinggi dalam sektor manufaktur, lanjut Sri Mulyani, juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para pekerja, sehingga mendukung visi Indonesia Emas 2045.
“Tren kemiskinan diharap akan terus makin menurun dengan ketimpangan yang harus terus diturunkan,” ucap dia.