Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tekan Angka Pengangguran, Menaker Siapkan School to Work Transition

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • Kemnaker siap jalankan program School to Work Transition
    • Skema School to Work Transition menyasar lulusan SMK agar dapat menekan angka pengangguran muda.
    • Fokus program mencakup pengembangan skillset masa depan seperti elektronika industri, IoT, dan AI.
    • Tema prioritas dalam program ini meliputi smart operation, smart creative IT skills, agroforestry, dan green jobs.
    • Kerjasama lintas kementerian dalam pelaksanaan program
      • Program terintegrasi dengan pelatihan soft skill, bahasa asing, dan kewirausahaan untuk mengatasi ketimpangan dan mismatch dengan kebutuhan industri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) siap menjalankan School to Work Transition, program integrasi pelatihan dan pemagangan berskala nasional yang dirancang untuk menekan angka pengangguran muda. Untuk menjalankannya, Kemnaker bakal menjalankan kerja sama lintas kementerian dan lembaga.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli mengatakan, skema School to Work Transition menyasar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mengingat tingkat pengangguran tertinggi berada pada kelompok usia 19–24 tahun.

"Data juga menunjukkan bahwa lulusan SMK memiliki proporsi pengangguran terbesar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Selain itu, terjadi mismatch antara jurusan pendidikan dengan kebutuhan industri, di mana beberapa jurusan memiliki tingkat pengangguran di atas rata-rata," tutur Yassierli, dikutip Rabu (7/5/2025).

1. Fokus program School to Work Transition

ilustrasi artificial intelligence AI (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi artificial intelligence AI (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Lebih lanjut Yassierli mengatakan, fokus program School to Work Transition mencakup pengembangan skillset masa depan seperti elektronika industri, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI).

Selain itu, program juga terintegrasi dengan pelatihan soft skill, bahasa asing, dan kewirausahaan serta bertujuan mengatasi ketimpangan dan mismatch dengan kebutuhan industri.

"Program ini akan diselenggarakan secara masif dengan skema hybrid, dan diorkestrasi oleh Kemnaker melalui 303 BLK milik pemerintah serta 2.421 LPK swasta," kata Yassierli.

2. Tema prioritas program School to Work Transition

ilustrasi sebuah team yang sedang bekerja bersama (pexels/pixabay)
ilustrasi sebuah team yang sedang bekerja bersama (pexels/pixabay)

Adapun tema prioritas dalam program ini meliputi smart operation, smart creative IT skills, agroforestry, dan green jobs. Yassierli pun menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian dalam pelaksanaan program tersebut.

"Kita ingin tema-tema ini menjadi unggulan pelatihan kami tahun ini. Dan kami membutuhkan kerja sama juga dengan lintas kementerian untuk bisa mengeksekusi ini," ujarnya.

3. Jumlah pengangguran saat ini

ilustrasi pengangguran (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi pengangguran (pexels.com/Ron Lach)

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, jumlah pengangguran per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang. Jumlah ini 4,76 persen dari total angkatan kerja sebanyak 153,05 juta orang.

"Jumlah orang menganggur 7,28 juta orang. Dibanding Februari 2024, jumlah orang menganggur meningkat 83.450 ribu orang yang naik 1,11 persen,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (5/5/2025).

Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2025 mengalami penurunan menjadi 4,76 persen dibandingkan Februari 2024 sebesar 4,82 persen. Kondisi ini berbanding terbalik dengan jumlah pengangguran yang mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena tingkat penyerap dan penduduk yang bekerja jauh lebih tinggi, yakni 2,52 persen, dibandingkan dengan peningkatan pengangguran sebesar 1,11 persen.

Amalia menyampaikan bahwa penurunan TPT tercatat pada kelompok perempuan, yakni sebesar 4,41 persen, turun dari Februari 2024 yang sebesar 4,60 persen. Sementara itu, TPT pada laki-laki justru mengalami kenaikan menjadi 4,98 persen, dibandingkan tahun lalu yang sebesar 4,96 persen.

"Penurunan TPT juga konsisten terjadi baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Di wilayah perkotaan, TPT tercatat sebesar 5,73 persen, sementara di pedesaan sebesar 3,33 persen," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us