Uni Eropa Sahkan Sanksi Baru, Blokir Bank Rusia dan Kilang India

- Uni Eropa resmi mengesahkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia terkait invasi ke Ukraina, termasuk pemangkasan harga dan ekspor minyak Rusia serta blokir kilang minyak terbesar di India.
- Pemutusan akses sistem SWIFT bagi lebih dari 20 bank Rusia ditambahkan, memperberat tekanan terhadap lembaga keuangan Rusia. Seluruh transaksi dengan lembaga keuangan dan investasi pemerintah Rusia juga dilarang.
- Kilang Nayara Energy di Vadinar, Gujarat, India yang dimiliki sebagian oleh perusahaan negara Rusia, Rosneft, di-blacklist Uni Eropa. Kilang ini tidak boleh lagi mengekspor produk olahan ke pasar Uni Eropa.
Jakarta, IDN Times - Uni Eropa resmi mengesahkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia terkait invasi ke Ukraina, pada Jum'at (18/7/2025). Kebijakan ini menambah pembatasan pada sektor energi, finansial, dan perdagangan minyak Rusia.
Keputusan tersebut diambil setelah adanya negosiasi yang alot antarnegara anggota, menyusul kekhawatiran sejumlah pihak soal dampak ekonomi akibat pemutusan pasokan energi dari Rusia.
1. Pemangkasan harga dan ekspor minyak Rusia ke pasar dunia
Uni Eropa menurunkan batas harga minyak Rusia yang dijual ke negara ketiga menjadi 15 persen di bawah harga pasar global. Melalui skema ini, Rusia diharuskan menjual minyak pada harga maksimal 47,6 dolar AS (Rp775,4 ribu) per barel, dengan tingkat penyesuaian mengikuti harga pasar ke depan.
“Kebijakan ini dirancang untuk memangkas dana perang Rusia dan memperlemah kapasitas pembiayaan agresi ke Ukraina," kata diplomat Uni Eropa, dilansir Reuters.
Lebih lanjut, blok ini juga memberlakukan larangan impor produk olahan minyak bumi yang berasal dari minyak Rusia dan diproses di negara ketiga, seperti India, kecuali dari Kanada, Norwegia, Swiss, Inggris, dan AS.
“Langkah ini menutup celah agar minyak Rusia tidak masuk kembali secara tak langsung ke pasar Uni Eropa,” kata seorang pejabat Uni Eropa, dilansir Hindustan Times.
Paket sanksi ke-18 juga menargetkan 105 kapal tanker yang disebut bagian dari shadow fleet Rusia. Mulai Jum'at (18/7/2025), kapal-kapal tersebut dilarang berlabuh di pelabuhan negara Uni Eropa demi membatasi distribusi minyak Rusia ke dunia internasional.
2. Pemutusan akses sistem SWIFT bagi lebih dari 20 bank Rusia
Uni Eropa menambah daftar bank Rusia yang diputus dari sistem keuangan internasional SWIFT, mencapai lebih dari 20 lembaga. Sanksi baru ini memperberat tekanan terhadap kemampuan lembaga keuangan Rusia mengakses pasar global.
Seorang diplomat Eropa menjelaskan bahwa pemutusan SWIFT ini ditujukan agar Rusia kesulitan membiayai militernya dan membeli komponen canggih untuk melanjutkan perang.
Selain pemutusan SWIFT, seluruh transaksi dengan lembaga keuangan, dana kekayaan negara, serta investasi yang terafiliasi pemerintah Rusia juga masuk dalam larangan baru.
3. Sanksi terhadap kilang minyak terbesar India
Uni Eropa resmi mem-blacklist kilang Nayara Energy di Vadinar, Gujarat, India, yang diketahui berkapasitas 20 juta ton per tahun. Kilang ini dimiliki sebagian oleh perusahaan negara Rusia, Rosneft.
“Untuk pertama kalinya, kami menjatuhkan sanksi pada registrasi kapal dan kilang minyak Rosneft terbesar di India," kata Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, dilansir The New Indian Express.
Imbasnya, Nayara tidak boleh lagi mengekspor produk olahan, termasuk bensin dan solar, ke pasar Uni Eropa mulai Jum'at (18/7/2025).
Penerapan sanksi ke kilang India ini merupakan langkah baru, mengingat sebelumnya Uni Eropa tidak melibatkan negara Asia Selatan dalam kebijakan pembatasan energi Rusia.