Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Usai Libur Lebaran, Rupiah Tembus Rp16.142,5 per Dolar AS

ilustrasi uang rupiah (unsplash.com/Mufid Majnun)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah tajam pada pembukaan perdagangan pasca libur Lebaran, Selasa (16/4/2024). Mata uang Garuda mengawali perdagangan di level Rp16.005 per dolar AS pagi ini.

Seperti dikutip dari Bloomberg, rupiah melemah sebanyak Rp157 pada pembukaan perdagangan, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan, sebelum libur Lebaran di Rp15.848 per dolar AS.

1. Sentimen penundaan pemangkasan suku bunga membuat dolar perkasa

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan pada hari pertama kerja pasca liburan Lebaran, pasar keuangan Indonesia dihadapkan pada potensi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk rupiah, yang tercermin dari kisaran nilai indeks dolar AS yang telah bergerak di atas angka 106, naik dari kisaran 105 selama libur Lebaran dan 104 sebelumnya.

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi penguatan dolar AS adalah sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) serta meningkatnya ketegangan geopolitik.

Rilis data inflasi konsumen AS pada Maret yang melebihi ekspektasi pasar telah menurunkan harapan pasar akan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat oleh the Fed.

“Sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dolar AS belakangan ini,” katanya.

Senada, pengamat pasar keuangan, Lukman Leong memperkirakan tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan berlanjut dalam waktu dekat. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor utama yang memengaruhi pasar.

Pertama, data ekonomi AS yang dirilis menunjukkan kinerja yang lebih kuat dari yang diperkirakan. Data Non-Farm Payrolls (NFP) dan inflasi AS menunjukkan peningkatan yang signifikan, mencerminkan pemulihan ekonomi yang kuat.

Selain itu, data penjualan ritel AS yang lebih kuat dari yang diharapkan semakin memperkuat pandangan the Fed mungkin akan menunda pemotongan suku bunga, yang pada gilirannya memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS dan menguatnya dolar AS.

2. Tensi geopolitik Timur Tengah juga membuat nilai tukar rupiah tertekan

Tensi konflik di Timur Tengah, khususnya serangan balasan Iran terhadap Israel, kata dia, juga telah meningkatkan kekhawatiran pasar akan kemungkinan munculnya perang baru. Potensi perang tersebut dapat mengganggu suplai, meningkatkan inflasi, serta memicu pelambatan ekonomi global.

“Sehingga pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dan memicu penguatan dolar AS dan harga emas sebagai aset aman,” ujarnya.

Selain itu, kata Ariston pasar juga menantikan rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal pertama, dengan perkiraan sebesar 4,8 persen. Jika angka tersebut di bawah perkiraan, hal itu dapat menambah tekanan terhadap aset berisiko, termasuk rupiah, karena pertumbuhan ekonomi China yang melambat berpotensi mempengaruhi perekonomian global secara keseluruhan.

Lukman menambahkan, perkembangan geopolitik juga turut memengaruhi sentimen pasar. Ketegangan di wilayah Timur Tengah dan adanya konflik bersenjata membuat investor cenderung menghindari aset dan mata uang berisiko, seperti rupiah.

3. Proyeksi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini

Ariston memperkirakan rupiah berpotensi untuk melemah lebih lanjut hingga mencapai level Rp16 ribu terhadap dolar AS pada hari ini. Perkiraan tersebut didasarkan pada berbagai faktor yang mempengaruhi pasar keuangan.

Sementara Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16 ribu hingga Rp16,2 ribu terhadap dolar AS.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us