5 Perilaku 'New Money' yang Bikin Cepat Bangkrut, Hati-hati!

Fenomena new money atau orang yang baru saja memiliki kekayaan, belakangan santer terdengar di media sosial. Fenomena ini terjadi karena perkembangan industri digital dan start-up yang terus berkembang pesat. Namun, sayangnya, banyak dari mereka yang tidak bisa mempertahankan kekayaannya dan justru mengalami kegagalan atau bahkan kebangkrutan dalam waktu yang singkat.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perilaku yang dapat menyebabkan kegagalan dan kebangkrutan bagi kaum new money. Penasaran, ini dia kata ahli!
1. Boros!

Salah satu perilaku yang paling umum di kalangan kaum new money adalah boros. Terlalu sering membeli barang mewah yang sebenarnya tidak perlu bisa menyebabkan pengeluaran yang besar dan menyedot keuangan yang semestinya digunakan untuk investasi jangka panjang.
Ahli ekonomi dan bisnis Inggris, Elizabeth Dunn berpendapat, "Banyak orang berpikir bahwa membeli barang-barang mewah akan membuat mereka lebih bahagia, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan yang diberikan oleh barang-barang mewah hanya bersifat sementara."
Selain itu, terlalu sering membeli barang mewah juga bisa menjadi sumber utama stres dan kecemasan finansial. Sebaiknya, fokus pada investasi jangka panjang dan mempertahankan gaya hidup yang sederhana. Seiring berjalannya waktu, kekayaan akan terus bertambah dan memungkinkan untuk membeli barang mewah tanpa membebani keuangan.
2. Masa bodo dengan investasi

Perilaku kedua yang sering ditemukan pada kaum new money adalah tidak berinvestasi. Banyak yang terbuai dengan gaya hidup mewah dan kebebasan finansial yang diberikan oleh uang besar, sehingga melupakan pentingnya berinvestasi untuk mempertahankan kekayaan jangka panjang. Ahli ekonomi dan penulis buku The Intelligent Investor, Benjamin Graham berpendapat, "Investasi adalah tindakan membeli aset dengan harapan menghasilkan keuntungan di masa depan."
Dalam hal ini, investasi menjadi salah satu cara yang efektif untuk mempertahankan kekayaan dan memperoleh keuntungan jangka panjang. Investasi yang tepat dapat dilakukan dengan mengalokasikan dana ke instrumen keuangan yang berisiko rendah, seperti obligasi atau reksadana, atau bahkan investasi pada aset yang memiliki nilai apresiasi jangka panjang, seperti tanah atau properti.
Namun, perlu diingat bahwa investasi juga memerlukan pengetahuan dan riset yang cukup untuk menghindari kerugian besar.
3. Terlalu serakah dengan keuntungan

Kaum new money sering kali terobsesi dengan keuntungan yang lebih besar, mereka mengambil risiko yang tidak sebanding dengan potensi keuntungan yang bisa didapat. Ahli ekonomi, Nassim Nicholas Taleb menuturkan, "Keserakahan adalah perilaku yang seringkali membawa manusia pada kerugian dan kehancuran, karena terlalu fokus pada keuntungan yang besar tanpa memperhitungkan risikonya."
Perilaku ini dapat dilihat pada contoh kasus seperti skema Ponzi atau investasi bodong seperti kasus robot trading yang baru-baru ini viral. Ciri umum investasi bodong biasanya menawarkan keuntungan hasil yang tinggi namun pada akhirnya mengakibatkan kegagalan dan kerugian besar bagi para investor. Oleh karena itu, penting bagi kaum new money untuk menghindari keserakahan dalam menjalankan usaha agar tidak jatuh dalam kebangkrutan.
4. Mengesampingkan loyalitas pelanggan

Perilaku yang kurang baik lainnya adalah ketidakmampuan dalam menjaga hubungan dengan pelanggan. Banyak kaum new money yang terlalu fokus pada mencari pelanggan baru, sehingga lupa mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang sudah ada. Akibatnya, pelanggan yang sudah didapat merasa terabaikan dan beralih ke pesaing yang lebih baik dalam memberikan layanan pelanggan.
Michael Gerber, ahli bisnis Amerika Serikat menyatakan, salah satu kunci sukses dalam bisnis adalah membangun hubungan yang baik dengan pelanggan dan memastikan bahwa mereka merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi new money untuk tidak hanya fokus pada mencari pelanggan baru, tetapi juga memperkuat hubungan dengan pelanggan yang sudah ada melalui layanan yang baik dan komunikasi yang terbuka.
5. Risiko besar? Trabas!

Para new money seringkali gagal dan bangkrut karena tidak mengantisipasi risiko dengan baik. Risiko dalam dunia bisnis selalu ada, baik itu dalam bentuk perubahan pasar, persaingan, maupun faktor internal perusahaan sendiri. Namun sayangnya, banyak dari kaum new money yang terlalu optimis dan mengabaikan risiko-risiko ini, sehingga ketika masalah terjadi mereka tidak siap menghadapinya.
Ahli ekonomi dan bisnis Australia, Tim Harcourt, menjelaskan bahwa penting bagi pelaku bisnis baru untuk selalu mempertimbangkan risiko dalam setiap keputusan yang diambil. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan riset pasar yang mendalam, membangun jaringan bisnis yang kuat, serta mempersiapkan cadangan dana untuk menghadapi kemungkinan kegagalan.
Dalam era digital dan teknologi yang semakin berkembang, fenomena new money semakin banyak bermunculan. Namun, sebagai anggota masyarakat yang bijak, kita harus belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh mereka yang terjebak dalam perilaku yang membawa mereka terjerumus dalam kebangkrutan. Kita harus menghindari perilaku yang sama dan belajar untuk berpikir jangka panjang dengan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan begitu, kita bisa membangun keuangan yang sehat dan memastikan bahwa kita bisa meraih keberhasilan dalam jangka panjang.