Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Daftar Emiten Saham Nikel di BEI: Potensi di Tengah Tren EBT

ilustrasi daftar emiten saham nikel di BEI (pexels.com/Burak The Weekender)
ilustrasi daftar emiten saham nikel di BEI (pexels.com/Burak The Weekender)
Intinya sih...
  • PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pendapatan nikel naik 500% menjadi Rp 3,77 triliun, cocok untuk investor tambang besar.
  • PT Vale Indonesia Tbk (INCO) fokus pada nickel matte dengan produksi stabil dan biaya efisien, cocok untuk investor jangka panjang.

Di tengah dorongan global menuju energi bersih dan kendaraan listrik (EV), nikel menjadi komoditas yang semakin banyak diburu. Fungsinya sebagai bahan utama baterai EV menjadikan nikel sangat penting dalam transisi energi dunia. Permintaan global meningkat tajam, dan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar dunia memiliki posisi strategis yang sangat menguntungkan.

Dengan dukungan pemerintah terhadap hilirisasi, yakni kebijakan mengolah bijih nikel menjadi produk jadi seperti nickel matte dan nickel pig iron (NPI), potensi keuntungan perusahaan tambang semakin besar. Buat kamu yang ingin ikut dalam revolusi energi sambil mengincar peluang cuan dari pasar modal, saham nikel di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa jadi pilihan yang cerdas.


1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Ilustrasi grafik perdagangan saham PT Antam (ANTM) di Bursa Efek Indonesia. (IDN Times/Larasati Rey)
Ilustrasi grafik perdagangan saham PT Antam (ANTM) di Bursa Efek Indonesia. (IDN Times/Larasati Rey)

Sebagai perusahaan tambang milik negara, emiten dengan kode ANTM ini sudah lama menjadi pemain besar di sektor nikel. Pada kuartal I-2025, pendapatannya dari nikel melonjak lebih dari 500 persen menjadi Rp 3,77 triliun. Produksi bijih nikel naik pesat ke 4,63 juta WMT, didukung oleh izin tambang yang luas dan proses hilirisasi yang efisien.

Meski harga nikel dunia sempat turun, ANTM tetap berhasil mencatat pertumbuhan karena skala produksi besar dan pengendalian biaya yang baik. Proyeksi dari DBS Bank menyebutkan, ANTM berpeluang menjual hingga 13 juta WMT bijih tahun ini. Saham ini cocok bagi investor yang mengincar emiten tambang besar dan mapan.


2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Vale Indonesia
Vale Indonesia

Emiten berkode INCO di BEI ini adalah anak perusahaan Vale asal Brasil yang fokus pada produksi nickel matte, salah satu bahan utama baterai kendaraan listrik. Di tengah fluktuasi harga nikel global, INCO tetap tangguh karena memiliki struktur biaya produksi yang sangat efisien, di bawah 10 ribu dolar AS per ton.

Kinerja keuangan perusahaan cukup stabil, dengan investasi jangka panjang untuk menjaga kapasitas produksi. Produksi 2023 mencapai 70.728 ton, naik 18 persen dari tahun sebelumnya. Dengan dukungan induk perusahaan global dan efisiensi operasional, INCO sangat cocok untuk investor jangka panjang yang mencari kestabilan dan prospek energi bersih.


3. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT)

ilustrasi koin yang terbuat dari nikel (unsplash.com/shraga kopstein)
ilustrasi koin yang terbuat dari nikel (unsplash.com/shraga kopstein)

Sebagai pemain mid-cap, DKFT menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Volume penjualan bijih nikel naik dua kali lipat dari 1,27 juta WMT menjadi 2,59 juta WMT, sementara pendapatan 2024 mencapai Rp 1,46 triliun. Laba perusahaan melonjak 484 persen ke Rp366 miliar.

Rasio keuangan DKFT juga menarik, P/E hanya sekitar 4,6 kali, ROE tinggi di 21 persen, dan utang yang masih terkendali. Hal ini memperlihatkan efisiensi serta kepercayaan pasar pada manajemen perusahaan. Buat kamu yang suka mencari saham bertumbuh dengan valuasi menarik, DKFT patut masuk daftar pantauan.


4. PT Harum Energy Tbk (HRUM)

ilustrasi nikel (freepix.com/evening_tao)
ilustrasi nikel (freepix.com/evening_tao)

Awalnya dikenal di sektor batu bara, HRUM kini fokus mengembangkan bisnis nikel. Anak usahanya, WMI tengah membangun smelter kedua dengan nilai investasi 400 juta dolar AS. Pada kuartal IV-2024, pendapatan konsolidasi HRUM tembus 1,29 miliar dolar AS, sebagian besar dari nikel.

Laba bersih kuartal I-2025 melonjak tajam 464 persen menjadi 298,9 juta dolar AS. Transformasi ini menandai keseriusan HRUM dalam beralih ke komoditas masa depan. Cocok untuk investor yang mencari saham tambang dengan strategi ekspansi dan diversifikasi sektor energi.


5. PT Ifishdeco Tbk (IFSH)

ilustrasi tambang nikel (unsplash.com/ Paul-Alain Hunt)
ilustrasi tambang nikel (unsplash.com/ Paul-Alain Hunt)

Ifishdeco mencatat pertumbuhan stabil dan efisiensi operasional yang baik. Pada tahun lalu, penjualan bersih perseroan mencapai Rp972,7 miliar dengan laba bersih Rp143 miliar. Pada awal 2025, perusahaan ini juga membagikan dividen, menandakan manajemen yang pro-investor.

Dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp1,6 triliun dan valuasi P/E sekitar 16 kali, masih di bawah rata-rata sektor, IFSH termasuk saham undervalued yang tetap tangguh di tengah gejolak pasar. Strukturnya yang vertikal, dari tambang sampai pengolahan, tentu memberi nilai tambah tersendiri, ya.


6. PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)

ilustrasi nikel pada baterai (unsplash.com/Igor Omilaev)
ilustrasi nikel pada baterai (unsplash.com/Igor Omilaev)

KKGI mulai melakukan diversifikasi bisnis dengan mengakuisisi tambang nikel di Sulawesi Tenggara. Target produksinya mencapai 600 ribu ton nikel, sambil tetap meningkatkan output batu bara hingga 4 juta ton.

Strategi tersebut menunjukkan arah bisnis yang selaras dengan transisi energi global. Walaupun data kinerja 2025 belum dirilis penuh, langkah agresif ini menjadi sinyal positif bagi investor jangka panjang, lho.

7. PT Timah Tbk (TINS)

Ilustrasi logo PT Timah Tbk. (Dok/Istimewa).
Ilustrasi logo PT Timah Tbk. (Dok/Istimewa).

Meskipun dikenal sebagai produsen timah, TINS kini mulai merambah sektor nikel sebagai bagian dari strategi diversifikasi. Dengan fasilitas dan jaringan distribusi yang luas, TINS memiliki infrastruktur yang mumpuni untuk memperluas ke bisnis logam dasar lainnya.

Pendapatan perusahaan sempat mencapai Rp14,6 triliun, dengan laba bersih Rp 1,3 triliun. Meskipun sempat tertekan, langkah diversifikasi ke nikel bisa menambah kekuatan portofolio logam mereka. Saham ini cocok untuk kamu yang ingin eksposur multilogam dalam satu emiten.


8. PT PAM Mineral Tbk (NICL)

ilustrasi nikel (freepix.com/VecMes)
ilustrasi nikel (freepix.com/VecMes)

NICL menargetkan penjualan bijih nikel sebanyak 3,3 juta ton pada 2025, naik dari 2,3 juta ton tahun sebelumnya. Perusahaan memiliki dua tambang dengan cadangan besar: PAM Mineral (6 juta WMT) dan IBM (22 juta WMT), menjadikannya emiten mid-cap dengan prospek pertumbuhan tinggi.

Walaupun data keuangan terbaru belum lengkap, strategi produksi yang jelas dan potensi permintaan global membuat saham ini menarik untuk diperhatikan. Bagi investor yang siap menghadapi sedikit risiko demi potensi pertumbuhan besar, NICL layak dipertimbangkan.

Emiten nikel Indonesia seperti ANTM, INCO, dan HRUM menunjukkan mereka mampu bertahan dan berkembang dengan strategi hilirisasi, efisiensi biaya, serta ekspansi produksi. Ini menjadi sinyal positif bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk investasi. Jika kamu ingin masuk ke sektor yang relevan dengan masa depan dan tetap punya peluang imbal hasil tinggi, saham nikel di BEI bisa jadi bintang baru di portofoliomu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us