3 Asumsi Keliru Investor Pemula saat Berinvestasi di Pasar Saham

- Investor tidak bisa menebak waktu terbaik untuk masuk dan keluar pasar.
- Saham populer tidak selalu menguntungkan, pentingnya diversifikasi investasi.
- Harga saham tidak selalu naik seiring waktu, butuh riset mendalam sebelum berinvestasi.
Investasi di pasar saham merupakan salah satu cara efektif untuk mengembangkan kekayaan dalam jangka panjang. Namun, sebelum menanamkan dana, penting untuk memahami cara kerja pasar dan memiliki ekspektasi yang realistis. Kesalahan persepsi bisa berujung pada kerugian besar, bahkan menyulitkan pencapaian tujuan keuangan pribadi di masa depan jika tidak disertai strategi dan pengetahuan yang memadai.
Banyak investor pemula tergiur oleh iming-iming cuan instan tanpa menyadari bahwa pasar saham memiliki dinamika yang kompleks dan fluktuatif. Oleh karena itu, edukasi finansial dan sikap disiplin sangat dibutuhkan agar tidak terjebak dalam keputusan emosional.
Dilansir GOBankingRates, berikut ini tiga asumsi keliru yang sering dilakukan investor pemula saat bermain di pasar saham.
1. Bisa menebak waktu terbaik untuk masuk dan keluar pasar

Banyak investor percaya bahwa mereka bisa "memainkan waktu" pasar—mengetahui kapan saat yang tepat membeli dan menjual saham. Faktanya, fluktuasi pasar dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit diprediksi secara akurat.
Alex Michalka, Wakil Presiden Riset Investasi di Wealthfront, mengungkapkan bahwa investor yang mencoba timing pasar justru kerap mencatat hasil investasi lebih buruk dibanding mereka yang menerapkan strategi beli dan tahan.
"Menunggu momen tepat memang terdengar menarik, tetapi waktu di pasar jauh lebih berharga daripada waktu masuk pasar. Semakin cepat kamu mulai berinvestasi, semakin besar peluang pertumbuhan berkat efek compounding," ujarnya.
2. Saham populer pasti menguntungkan

Popularitas saham di media sosial atau pemberitaan bukan jaminan bahwa saham tersebut layak dibeli. Banyak investor tergoda membeli saham yang sedang naik daun, padahal nilainya bisa saja sudah terlalu tinggi.
Victor Wang, CEO platform investasi Stockpile, mengatakan bahwa saham yang ramai dibicarakan belum tentu memberikan keuntungan jangka panjang.
“Tidak masalah mencoba beli saham populer jika kamu percaya pada visinya, tetapi jangan sampai popularitas membutakanmu dari kenyataan bahwa nilai saham bisa saja terlalu mahal,” jelas Wang.
Ia juga menyarankan pentingnya diversifikasi. “Jangan taruh seluruh dana yang kau miliki di satu jenis saham. Sebaiknya sebar investasi ke berbagai sektor agar risiko lebih terkontrol.”
3. Harga saham selalu naik seiring waktu

Meski pasar saham secara umum cenderung meningkat dalam jangka panjang, hal ini tidak berlaku untuk semua saham secara individual. Beberapa saham bisa stagnan atau bahkan turun drastis meskipun telah disimpan bertahun-tahun.
David Materazzi, CEO Galileo FX, menyebut bahwa asumsi “saham pasti naik jika ditahan cukup lama” sangat berbahaya.
“Keyakinan ini bisa membuat investor terlena dan menahan saham yang buruk terlalu lama. Padahal, inflasi dan biaya peluang bisa menggerus nilai investasimu,” katanya. “Waktu bisa jadi musuh jika investasimu tidak tepat.”
Investasi saham memang menjanjikan potensi keuntungan tinggi, tetapi penuh risiko jika dilakukan tanpa pemahaman yang matang. Hindari asumsi-asumsi keliru di atas dan selalu lakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan. Kunci sukses dalam berinvestasi adalah disiplin, diversifikasi, dan kesabaran jangka panjang.