Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pernah Terbawa Arus Beli Sesuatu? Kenali Efek Bandwagon

ilustrasi orang belanja pakaian (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Efek ikut-ikutan atau bandwagon effect dipengaruhi oleh dorongan psikologis dan sosiologis yang membuat manusia ingin menjadi bagian dari kelompok.
  • Fenomena ini diperkuat oleh heuristik, jalan pintas kognitif otak untuk mengambil keputusan cepat, dan illusory truth effect, kecenderungan mempercayai pernyataan yang sering diulang sebagai kebenaran.
  • Menghindari efek bandwagon dapat dilakukan dengan berpikir kritis, mencari sumber informasi yang andal, dan mengambil keputusan secara perlahan dengan pertimbangan pribadi.

Jakarta, IDN Times - Dalam keseharian, tak jarang keputusan yang diambil bukan karena kebutuhan pribadi, melainkan karena melihat orang lain melakukan hal serupa.

Tanpa disadari, perilaku tersebut dipengaruhi oleh sebuah fenomena psikologis yang cukup umum namun jarang dikenali. Apa sebenarnya yang mendorong seseorang ikut-ikutan?

Simak penjelasan lengkap mengenai efek bandwagon, penyebabnya, dan cara menghindarinya!

1. Apa itu efek bandwagon?

ilustrasi boros (pexels.com/Tim Douglas)

Dilansir Investopedia, efek ikut-ikutan atau bandwagon effect merupakan fenomena psikologis ketika seseorang melakukan sesuatu karena orang lain juga melakukannya, meski bertentangan dengan keyakinan pribadinya.

Kecenderungan tersebut dikenal pula sebagai mentalitas kawanan, di mana individu menyesuaikan sikap dan perilakunya agar sejalan dengan kelompok.

Meski istilah tersebut berakar dari dunia politik, efek ikut-ikutan kini banyak ditemukan dalam perilaku konsumen dan kegiatan investasi. Fenomena tersebut kerap muncul saat pasar mengalami tren kenaikan atau terbentuknya gelembung aset di berbagai instrumen keuangan.

2. Penyebab terjadinya efek bandwagon

ilustrasi belanja karena FOMO (Freepik)

Efek bandwagon terjadi karena dorongan psikologis dan sosiologis yang membuat manusia ingin menjadi bagian dari kelompok. Naluri sosial mendorong individu meniru perilaku orang di sekitarnya demi diterima, merasa aman, atau menunjukkan identitasnya.

Fenomena ini diperkuat oleh heuristik, yaitu jalan pintas kognitif yang digunakan otak untuk mengambil keputusan cepat. Ketika banyak orang mengikuti tren, mengulang pernyataan, atau membuat keputusan serupa, otak cenderung menganggapnya sebagai pilihan tepat.

Secara ekonomi, hal itu efisien karena seseorang dapat menghemat waktu dan biaya dengan mengandalkan pengalaman mayoritas. Namun, efek ikut-ikutan bisa menjadi bumerang.

Contohnya terlihat pada krisis perumahan 2007, ketika lembaga keuangan dan investor terjebak dalam euforia pasar tanpa mempertimbangkan risiko, hingga memicu resesi global.

Efek tersebut juga diperkuat oleh illusory truth effect, yaitu kecenderungan mempercayai pernyataan yang sering diulang sebagai kebenaran.

Paparan berulang terhadap suatu ide, meski tidak akurat, dapat membentuk persepsi dan mendorong keputusan ikut-ikutan, termasuk dalam memilih produk, mendukung tim olahraga, hingga keputusan finansial.

3. Tiga langkah menghindari efekbandwagon

Ilustrasi boros (pexels.com/Olly)

Menghindari efek bandwagon tidak mudah. Pemikiran kelompok (groupthink) dan bias sosial sering memengaruhi keputusan seseorang. Namun, ada beberapa langkah untuk meminimalkan pengaruhnya.

Pertama, berpikir kritis dengan mempertimbangkan posisi, kebutuhan, dan pendapat pribadi sebelum mengikuti mayoritas.

Kedua, mencari sumber informasi yang andal, terverifikasi, dan bebas kepentingan. Ketiga, mengambil keputusan secara perlahan dengan memberi waktu mencerna informasi tanpa tekanan luar.

Meski pada akhirnya seseorang memilih hal yang sama seperti orang lain, keputusan yang didasarkan pada pertimbangan pribadi akan meningkatkan kepercayaan diri dan memastikan pilihan sesuai kebutuhan, bukan sekadar ikut-ikutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us