Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Kutukan Nostalgia

pexels.com/id-id/@kaboompics

Bagaimana aku bisa lupa?
Jika sujud dan air mataku
Tak mampu membasuh luka;
Hal ihwal ingatan pelukan yang acap kali menenangkanku dulu

Bagaimana aku bisa lupa?
Jika saat aku sempat tidak mengingatnya;
Sejurus kemudian malah menjadi lelucon nostalgia yang kau kirim tanpa jeda

Membuat impresiku terpaksa berhenti melupa
Dan kembali membuka lembar pesakitan yang coba kutimbun dengan tobat

Kau tak akan mengerti
Bahwa setiap pemberhentian kereta api adalah mimpi buruk
Yang tak bisa kutuntaskan setengah malam

Masjid
Ruang kajian
Bahkan taman hewan;
Adalah semua tentang kenapa aku tidak pernah berhenti tidak mengingatmu

Kurasa
Sujudku memang belum khusyuk
Air mataku masih terurai rindu untukmu

Doaku, aku mungkin belum sungguh-sungguh ingin melupakanmu

Ketakutanku masih palsu
Karena setiap bertemu denganmu, bola mata itu sebenarnya rindu

Yang malu-malu berkhianat pada niat melupakanmu
Kau, kutukan nostalgiaku

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Paradigma Kita
EditorParadigma Kita
Follow Us