[PUISI] Mesin yang Merindukan Jalan

Di sudut garasi berdebu,
sebuah mesin tua berbisik lirih,
tentang jalan panjang yang pernah dilalui.
Ia berkata,
“Bukan kecepatan yang kuingat,
tapi tawa pengendara yang dulu menyalakanku.”
Aku menatap lampunya yang redup,
seolah ada mata yang ingin bercerita.
Mungkin, jika mesin bisa bermimpi,
ia ingin sekali lagi berlari,
bukan untuk balapan,
tapi untuk merasakan angin yang dulu
membuatnya hidup.
Kini, meski berkarat,
ia tetap menyimpan satu rahasia:
setiap perjalanan adalah ingatan,
yang tak pernah benar-benar mati.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.