Aku sering lupa, saat awan kelabu menumpuk
Kata-kata meluncur, tak tahu arah
Diam berteriak di balik bibir yang rapat
Hati menatap, tapi tak terdengar

Aku sering lupa, luka hanyalah riak
Gelombang kecil di samudra jiwa
Namun badai aku biarkan membesar
Menepuk tenang, tapi tak pernah reda

Aku sering lupa, senyap mampu berbicara
Sedih bukan selalu perlu jerit
Seperti embun menetes di daun pagi
Hati mereda tanpa suara yang tajam

Kini aku ingat, angin bisa menenangkan
Marah yang datang tak harus berkobar
Luka hadir, tapi tak mesti menjerit
Hanya langkah lembut yang tahu kembali