Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Yang Menjelma Seekor Kepiting

gambar kepiting (pexels.com/Pixabay)
gambar kepiting (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Martini berubah menjadi kepiting buruk rupa yang kelaparan dan memangsa bangkai kawannya di pinggir selokan.
  • Martini meyakini bahwa ia hanya bermimpi dan menunggu mimpi itu selesai atau terpotong lantaran ia bangun.
  • Setelah makan bangkai kepiting, Martini terus mondar-mandir sambil menunggu mimpinya selesai tanpa menyadari bahwa ia benar-benar menjadi seekor kepiting.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Martini benar-benar tidak menyadarinya. Apa yang ia pikir mimpi sebenarnya benar-benar terjadi. Ia telah berubah menjadi seekor kepiting buruk rupa yang kelaparan dan memangsa bangkai-bangkai kawannya di pinggir selokan.

Pagi itu Martini bangun dan tiba-tiba saja menjadi seekor kepiting. Ia tidak tahu kutukan siapa dan bagaimana mulanya ia bisa menjadi seekor kepiting yang buruk rupa. Tahu-tahu setelah semalam ia melihat berita-berita di Lambe Turah dan ketiduran, ia bangun dalam keadaan kedua tangannya yang sudah berubah menjadi capit kepiting dan mencapit bangkai ikan di pinggir selokan.

Entah bagaimana ceritanya ia bisa berubah menjadi seekor kepiting dalam semalam, Martini sama sekali tidak mengerti. Yang ia tahu saat ini hanyalah perutnya yang tiba-tiba keroncongan seolah-olah ia tak makan selama dua hari. Dan bangkai ikan kecil di depannya saat ini, yang biasanya ia merasa jijik jika melihatnya entah kenapa sekarang bangkai itu tampak menggoda baginya.

Aroma amis dan busuknya yang sewaktu masih menjadi manusia sangat ia hindari, kini justru begitu menggodanya. Martini ingin memakan bangkai itu, tapi ia teringat bahwa ia adalah manusia. Bagaimana ia bisa memakan bangkai?

“Aduh, masa aku makan bangkai sih?”

Martini terdiam sejenak, lalu tersenyum sumringah. “Ah, ini pasti mimpi? Aku pasti mimpi jadi kepiting ini,” ujar Martini pada dirinya sendiri.

Perempuan itu berpikir bahwa apa yang terjadi padanya saat ini hanyalah mimpi belaka. Martini sangat meyakini itu sebab beberapa kali ia sempat tersadar bahwa ia tengah berada di alam mimpi. Jadi, ia yakin sekali jika sekarang ia hanya bermimpi bukan dikutuk.

“Kalau ini cuma mimpi, berarti aku gapapa kan makan bangkai?”

Martini kemudian memakai bangkai ikan kecil itu dengan lahap. Bau amisnya yang menyengat menggairahkan nafsu makannya. Selesai makan Martini berjalan ke sana kemari sambil miring-miring di pinggir selokan. Ia menyapa serangga-serangga kecil yang ia lewati dengan ramah.

Perempuan yang sebetulnya ketika masih menjadi manusia berumur empat puluh tahunan itu masih menganggap bahwa ia sedang bermimpi dan menunggu mimpi itu selesai atau terpotong lantaran ia bangun.

Lama sekali Martini mondar-mandir yang tentunya dengan jalan khas kepiting yang miring-miring, tapi ia tak kunjung bangun dari tidurnya.

“Ini kapan sih selesainya mimpiku?” tanya Martini pada entah dengan perasaan dongkol.

Ia benar-benar masih berpikir bahwa semua yang terjadi saat ini adalah mimpi yang akan selesai dengan sendirinya. Hanya saja ia tak tahu kapanmimpi ini akan berakhir.

***

Sedikit cerita tentang Martini, perempuan berkepala empat yang sehari-harinya selalu punya seribu kesibukan itu. Kesibukan mengurus rumah, mengurus ayam, dan tak lupa juga mengurusi kehidupan para selebritis dan juga tetangga serta anak, istri dan suami orang.

Setiap hari sehabis memasak dan memberikan pakan ayam serta menyelesaikan pekerjaan rumahnya yang lain, Martini selalu duduk di bawah pohon jambu miliknya, di dekat selokan depan rumahnya. Dengan daster batiknya yang bermerek “Kencana Wungu” yang asli yang kata orang paling bagus di kampungnya, ia akan duduk di gazebo sederhana itu sambil menunggu kawan-kawannya menghampiri.

Di sana, mereka akan berkumpul sambil membuat rujak buah, dan memakan apa saja yang sekiranya ada dan bisa dimakan bersama sambil membicarakan banyak hal. Termasuk kenapa terjadi deflasi di negara tercinta ini sampai kenapa pengantin baru di desa mereka tak pernah terlihat mesra dan pengantin lama yang telah menikah sepuluh tahun tak kunjung diberi momongan.

Setelah membicarakan perkara siapa yang mandul dan siapa yang sehat, mereka pun mengganti topik, membicarakan tetangga dari satu rumah ke rumah lain. Hal itu terus berlanjut sampai matahari nyaris sejajar dengan kepala. Lalu, mereka akan pulang dan kembali setelah agak sore sebelum azan asar berkumandang.

***

Karena terus mondar-mandir membuat Martini kembali lapar. Ia pun melihat bangkai kepiting kecil di pinggir selokan tempatnya kini berada, lebih tepatnya di depan rumah Bu Supar, tetangganya yang hidup serba sederhana dengan suami dan ketiga anaknya, tetapi selalu mendapat gunjingan dari warga termasuk darinya.

Rasa lapar yang tak tertahankan membuat martini akhirnya memutuskan untuk makan bangkai kepiting kecil itu. Lalu, lanjut mondar-mandir sambil menunggu mimpinya selesai. Namun, yang terjadi ia justru lapar kembali dan mimpinya tak kunjung selesai. Martini akhirnya memakan bangkai kepiting lain yang ia temui di sekitar selokan. Dan hal itu terus berlanjut tanpa Martini sadari.

Semuanya terus terjadi tanpa ia sadari. Mimpi yang tak kunjung selesai itu, juga bangkai kepiting yang dimakannya. Kini, Martini benar-benar menjadi seekor kepiting yang memakai bangkai kepiting-kepiting lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Rasa yang Tak Bertuan

03 Sep 2025, 20:48 WIBFiction
ilustrasi para demonstran di jalanan (pexels.com/Maurício Mascaro)

[PUISI] Darurat Rasa Aman

03 Sep 2025, 09:36 WIBFiction
ilustrasi sepasang sandal

[PUISI] Sandal Renta

01 Sep 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi jembatan bambu (pexels.com/Võ Văn Tiến)

[PUISI] Apakah Layak?

31 Agu 2025, 21:36 WIBFiction
ilustrasi perempuan berusaha menemukan ketenangan

[PUISI] Aku Sering Lupa

31 Agu 2025, 15:15 WIBFiction