[PUISI] Secangkir Asap

Sudah empat tahun lamanya
Hari ini, datang jua
Secangkir kepulan asap tersaji
Ia memandanginya, sepi
Menyentuh bibir cangkir hangat dengan hati-hati
Lipatan kulit pada dahinya
Semakin dalam kentara
Penuh memikirkan sesuatu
Yang tak seorang pun tahu
Kepulan asap mengusap wajahnya
Membiarkan itu menari-nari, geli
Di peluk matanya, sayu
Sepuluh menit berlalu
Ia bertelekan tongkap, pergi
Meninggalkanku
Kopinya belum diminum, katanya
Memang ada kopi di sana
Hanya beselimut kepulan asap
Mungkin cangkir terakhirnya
Bukan untuknya, tapi untukku.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.