Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Toko Matcha Ajaib

ilustrasi kafe (unsplash.com/@grundsteins)
ilustrasi kafe (unsplash.com/@grundsteins)
Intinya sih...
  • Nara memutuskan mengambil jalan panjang, menemukan toko matcha ajaib di tengah hujan
  • Di toko itu, Nara terlempar ke masa lalu dan menyadari betapa jauhnya dia telah berjalan
  • Nara merasa bersyukur atas momen-momen yang pernah dia lewati dan menyadari pentingnya melihat ke belakang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Suatu keputusan, selalu berjalan Bersama segerombol takdir baru. Satu keputusan sekecil apapun, akan memiliki seribu jalan baru. Hari itu, Nara memutuskan mengambil jalan yang cukup Panjang. Menyeberangi takdir yang belum tahu dimana dia akan berhenti. Pada suatu perempatan dia berhenti, Kembali melihat peta dan mencoba meresapi seberapa lama dia sudah berjalan.

"Ibu, pada suatu titik. Nara pengin selamanya jadi anak kecil ibu saja"

Ibu tersenyum tipis "Kalau mau, ibu juga mau selamanya jadi anak kecil. Tapi nanti ibu nggak punya kamu. Memang begitu ra, pertumbuhan selalu Bersama ketidaknyamanan. Jadi, kamu harus tetap semangat ya!"

Lampu hijau menyala, perlahan Nara menjalankan takdirnya lagi, menjalani hari hari yang penuh teka teki tak terduga dan penuh keputusan. Segala pertanyaan dan semua kebingungan Nara menyeruak menerobos masuk tanpa permisi, Bagaimana dengan skripsi nya? Bagaimana dengan pekerjaannya yang sedang selalu salah dan bergejolak? Bagaimana dengan hubungan dia dengan kekasih yang sedang di ambang batas? Segalanya tampak abu abu dan bias. Dia tak tahu kemana akan melangkah.

 Perlahan.. Hujan turun seiring air mata Nara. Maka, dengan takdir itu, Berbelok nara untuk berhenti pada sebuah toko matcha disebelah jalan.

Toko itu hangat, dipenuhi berbagai buku dan wangi matcha yang langsung menyerang indra penciuman Nara.

"Apa rekomendasi dari toko ini?" Tanya Nara kepada barista dengan bandana merah.

"Karena sedang hujan, kami merekomendasikan strawberry matcha latte untuk kakak cantik."

"Boleh, satu ya kak."

Setelah menyelesaikan pembayaran, Nara mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hanya ada satu kursi di dekat jendela.

"Hanya ada satu kursi kak?" Barista dengan bandana tadi hanya tersenyum tipis.

Nara melangkah kesana dengan matcha di tangannya. Memandangi hujan yang entah kapan akan berhenti. Dengan sekejap matcha tadi tinggal setengah. Jam dinding terus berdetak, hujan terus mengguyur kota sore itu.

Namun ada yang aneh.. Hujan hari itu berubah menjadi ratusan ribu kelopak bunga yang jatuh.. Riuh ramai tetesan hujan tak lagi terdengar. Dengan tergesa Nara membalik badan menghadap barista.

"Selamat datang di Toko Matcha Ajaib" Ucap barista tersebut dengan senyuman. Belum sempat Nara bertanya, dirinya terlempar ke masa yang dia rasa tidak asing.

Hari di mana dia kehilangan ayah, di ujung kamar. Nara melihat dirinya kecil sedang menangis hebat, berjalan ia menghampiri dirinya. Memeluk dirinya sendiri dengan hangat meski Nara kecil tidak merasakan. Lalu dirinya terlempar ke momen Bahagia, saat penerimaan mahasiswa baru, belum sempat dia hilang dari momen duka, langsung disuguhkan salah satu momen bahagia dalam hidupnya. Waktu disekitar Nara berjalan ribuan kali lebih cepat. Menapaki masa masa yang ternyata sudah perlahan hilang dari ingatannya. Semua perasaan menjadi satu. Sedih, Bahagia, Bingung, Marah, Kecewa, Ceria dan ikhlas.

Lalu perlahan.. Waktu Kembali normal dan Kembali kedalam Toko tadi. Namun bedanya, Nara menangis hebat. Begitu banyak momen yang dia lupakan, begitu banyak hal yang lupa ia syukuri, begitu banyak kebahagian yang luput dari ingatannya dan bagaimana ia menyalahkan takdir. Ternyata, saat kita merasa kita jauh dan tidak berkembang. Kita hanya perlu melihat kebelakang, dan melihat seberapa jauh kita berjalan, dan ternyata dia sudah sejauh ini.

Satu uluran tisu ter arah kepada Nara "Are you okay?" Nara mengangguk dan mengambil tisu tersebut.

Ada yang aneh, Kakak bandana tadi perempuan, kenapa ada suara laki laki di Toko ini. Dengan mata berlinang air mata, Nara menghadap ke seluruh penjuru ruangan.

"Kenapa tiba tiba ramai?"

"Kemana kakak tadi?"

Toko itu tampak normal, dengan banyak kursi dan pengunjung. Nara menatap matcha nya yang tinggal setengah dengan termenung. Setelah ini, kemana lagi jalan takdir akan membawa Nara?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[CERPEN] Toko Matcha Ajaib

21 Des 2025, 21:59 WIBFiction
ilustrasi orang (pexels.com/Sebastian Voortman)

[PUISI] Jiwa yang Jauh

21 Des 2025, 21:07 WIBFiction
ilustrasi berdiri

[PUISI] Ikhlas dan Culas

21 Des 2025, 06:07 WIBFiction
ilustrasi melihat ke atas tebing berbatu dan berpohon

[PUISI] Akar yang Menyapa

21 Des 2025, 05:15 WIBFiction
ilustrasi perempuan bahagia

[PUISI] Detik Bahagia

21 Des 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi lembaran kertas

[PUISI] Nadi Kertas Putih

20 Des 2025, 21:07 WIBFiction
pohon besar yang tumbuh di hutan

[PUISI] Rahasia Pohon Tua

20 Des 2025, 20:27 WIBFiction
ilustrasi lampu di malam hari

[PUISI] Senyap Berbisik

20 Des 2025, 05:15 WIBFiction
ilustrasi laut

[PUISI] Muara Berlabuh

19 Des 2025, 05:04 WIBFiction