Aku yang Kau Sakiti Tapi Aku Juga yang Kau Inginkan

Masa-masa SMA teryata cukup cepat berlalu. Tidak terasa sudah hampir tiga tahun aku duduk dibangku SMA. Kini aku sudah kelas tiga SMA dan sebentar lagi aku akan melepas statusku sebagai siswa SMA. Namaku Lanita Putri. Aku seorang gadis yang cukup susah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru karena pemalu. Aku tidak tahu caranya dandan meski aku sudah SMA. Itu sebabnya aku sering mendapat kritik yang kurang menyenangkan dari teman-temanku.
Aku punya rambut yang cukup panjang sehingga setiap harinya aku selalu mengepang rambutku. Dari situlah aku mendapat banyak sekali kritikan, baik kritikan menyenangkan maupun kurang menyenangkan. Tapi aku tidak pernah marah karena aku cukup tahu kalau itu hak mereka menilaiku. Aku berasal dari keluarga broken home. Meski begitu ayah tiriku sangat menyayangiku. Dan dari pernikahan ibu yang sekarang aku memiliki seorang adik laki-laki yang usianya cukup jauh dariku yaitu 9 tahun.
Di awal masuk kelas tiga aku harus berupaya mencari teman dekat dikelasku. Karena setiap kenaikan kelas di sekolah akan dilakukan pengacakan lagi disetiap kelas sehingga aku tidak bisa satu kelas dengan teman-temanku sebelumnya. Dan aku lega karena aku bisa dekat dengan tiga orang teman di kelas tiga ini.
Aku punya tiga orang teman dekat, mereka adalah Ella, Rini dan Sari. Kebetulan aku dan Ella sudah kenal sebelumnya tapi kami tidak cukup dekat dan di kelas tiga ini aku satu bangku dengannya karena dia tidak kenal teman lainnya. Sedangkan Rini dan Sari tepat berada dibangku belakang kami. Dan sebelumnya aku juga sedikit kenal dengan Rini dan Sari dari beberapa temanku yang pernah satu kelas dengan mereka.
Hari demi hari aku lalui di kelas tiga bersama dengan Ella, Rini dan Sari. Kami selalu bersama-sama, baik ke kantin, kerja kelompok dan main bersama. Setiap kali ada waktu kami selalu bercanda dan bercerita tentang banyak hal.
Namun ada satu perbedaan diantar kami. Mereka bertiga semua punya pacar, sedangkan aku tidak pernah mencoba membuka diri pada teman cowok yang mendekatiku. Aku sudah berkali-kali menolak cowok yang mendekatiku karena aku ingin fokus sekolah dan aku cukup pemalu. Diantara mereka hanya aku yang jomblo, sehingga aku selalu dapatan ejekan yang kurang enak. Ella bahkan selalu tertawa saat mulai mengejekku karena kejombloan ini. Tapi aku selalu diam karena aku juga sadar diri. Dari ketiga temanku itu hanya Rini yang punya pacar satu, sedangkan Ella punya pacar tiga dan Sari dengan dua pacarnya.
Suatu saat kakak kelasku SMP dulu menghubungiku dan aku tau kalau dia melakukan pendekatan padaku. Sebenarnya aku juga sempat kagum dengannya karena dia cowok yang baik dan rajin. Sepertinya dia sedikit berbeda dengan temanku kebanyakan. Tapi dia memilih saat yang kurang tepat untuk mendekatiku. Karena saat itu aku sedang banyak tugas kelompok dan try out, jadi aku kurang begitu sering pegang-pegang ponsel.
Hanya sampai satu minggu lebih dia mendekatiku tapi iba-tiba entah kemana dia menghilang. Dan saat aku lihat medsos teryata dia sudah punya pacar baru. Hmmmm.... aku cuma bisa berpikir dalam hati “memang benar kata orang, siapa cepat dia dapat. Mana mungkin dia sabar nunggu aku yang kelihatannya cuek saat dihubungi. Ya sudahlah.”
Setiap jam istirahat Ella selalu cerita tentang pacar-pacarnya padaku dan teman-teman lain. Dia bilang pacarnya yang ketiga itu rumahnya sekitar tempat tinggalku. Tapi sayangnya aku kurang begitu tau cowo-cowok yang ada di sekitar rumahku. Ya maklum saja aku jarang sekali main keluar rumah. Bahkan Ella kadang nebeng aku ke rumah pacar barunya saat pulang sekolah. Tapi aku gak pernah sekali pun lihat cowoknya yang mana. “Kamu itu lho jangan terlalu polos banget. Masa sih gak bisa cari cowok. Kayak aku dong laris manis gini. Hihihi..” kata Ella padaku setiap kali dia nebeng aku. Aku sampai bosan dengan kata-kata itu.
Suatu hari saat jam pulang sekolah Ella tiba-tiba heboh karena akan dijemput pacar pertamanya. Dia bilang kalau kuatir kalau sampai pacarnya yang baru jemput adikknya karena pacarnya yang baru itu teryata punya adik yang sekolah di sekolahku. Aku cukup penasaran dengan pacar ketiganya itu. Karena Ella tidak nebeng aku pulang jadi aku pulang duluan dengan Rini. Dan Rini kebetulan satu arah denganku tapi dia bawa motor sendiri.
Aku baru tau kalau Rini cukup geram dengan Ella yang selalu sok-sokan menyombongkan pacar-pacarnya itu. “Kamu lain kali jangan mau lah Lan kalau ditebengin Ella. Kamu gak kesel ya sama dia. Iiihhh..... sombong banget gitu tuh anak. Kayak yang paling cantik sendiri aja. Lagian kan dia sering ngomong yang enggak-enggak sama kamu. Masa gak sebel sih?” ungkap Rini dengan tegas padaku saat kami jalan ke parkiran motor di sekolah. Aku Cuma bisa senyum-senyum aja dengan cerita Rini.
Keesokan harinya aku dan Rini datang lebih awal. Kemudian Rini cerita kalau dia dapat kabar dari Sari tentang Ella. Dia bilang Sari kemarin tahu kalau Ella bertengkar dengan pacarnya. Saat Ella pulang dijemput pacar pertamanya, kebetulan waktu itu dia ketahuan oleh pacar ketiganya. Setelah itu terjadi perdebatan yang terjadi di depan sekolah antara mereka bertiga. Dan setelah terjadi perdebatan yang cukup panjang akhirnya Ella harus diputusin oleh pacar ketiganya. Tapi pacar pertamanya bisa memaafkan Ella, karena mereka sudah pacaran empat tahun lamanya. Aku tahu meski cuma satu bulan pacaran dengan pacar barunya, Ella pasti sedih. Aku cuma bisa mendukungnya walaupun aku tahu sebenarnya Ella juga yang salah.
Suatu hari ada nomor tidak dikenal menghubungiku. Dia bilang kalau dia suka sama aku. Tapi tidak percaya dengan ucapan orang yang belum aku kenal. Nama cowok itu Heru dan dia satu kompleks denganku. Dia bilang sering lihat aku pulang pergi sekolah. Dia sudah kerja dan umurnya selisih enam tahun denganku. Cukup jauh bagiku selisih segitu. Tapi aku mencoba ramah dengan dia karena aku tidak mau sampe ada yang sakit hati denganku apalagi satu kompleks rumah. Pasti itu gak akan nyaman nantinya. Dia bilang pernah bertemu denganku saat aku beli makan disekitar rumahku. Dan akhirnya aku ingat cowok itu.
Semakin hari aku lebih akrab dengan Heru dan kami juga sering ketemu saat aku berangkat sekolah. Dia cukup baik dan perhatian. Dia juga dewasa dan sering memberiku nasehat baik. Tapi entah kenapa aku masih ragu untuk berhubungan lebih jauh dengannya, karena aku belum pernah pacaran sebelumnya. Namun aku mencoba untuk membuka diri dan aku sadar gak mungkin selamanya aku begini. Kami pun mulai pacaran dan dia juga aku perbolehkan ke rumah. Dia adalah cowok pertama yang aku ijinkan ke rumah dan bertemu dengan keluargaku. Walaupun aku sedikit sungkan dengan ayahku karena aku tahu posisiku sebagai seorang anak dari istrinya.
Dua bulan berjalan hubungan kami dan dia ingin maen bareng dengan teman-temanku. Aku belum pernah cerita pada teman-temanku kalau aku sudah pacaran karena aku malu. Pasti tanggapannya akan luar biasa kalau mereka tahu aku pacaran. Tapi aku mengiyakan ajakan Heru untuk jalan bareng. Kami berencana akan pergi ke Pantai. Aku akan berangkat dengan Heru dan teman-temanku lain akan mengajak pacarnya masing-masing. Kami berencana untuk bertemu di Pantai karena mereka masih menunggu dijemput pacarnya.
Aku dan Heru sudah sampai lebih dulu di Pantai. Sesaat kemudian aku dengar ada yang memanggilku dari kejauhan. “laanniiiii.... udah lama ya. Kamu sama pa-car-mu?” teriak Ella yang kemudian kaget melihatku disana dengan Heru. Ella ke sana dengan pacar keduanya saat itu dan aku tidak tahu kenapa ekspresinya langsung berubah. Ella langsung menarikku menjauh.
“Kenapa kamu sama dia Lan. Kamu kok bisa kayak gitu sih. Kamu apa gak tau kalau Heru itu pacarku. Kenapa kamu rebut dia dariku??? KENAPAA LAANN??? KENAPAA JAWAAB AKUU LANN...” kemarahan Ella langsung memuncak dan aku baru sadar kalau teryata Heru adalah pacar ketiga Ella yang sudah memutuskannya. “Ta-pi kan El. Aku belum pernah ketemu Heru sebelumnya karena kamu belum sempat ajak dia ketumu aku dan yang lainnya. Aku benar-benar gak tau kalau dia mantan kamu. Maaf El, aku akan langsung putus dengannya” jawabku langsung memberi keputusan begitu saja.
Tapi Ella kelihatan sangat marah. “ Lan, kamu gak tau ya. Aku dan Heru itu balikan seminggu setelah kami putus. Aku gak pernah cerita tapi kan bisa tanya aku. Gak nyangka ternyata kamu itu penghianat.” Kata terakhir Ella sebelum pergi meninggalkanku.
Setelah kejadian itu hubunganku dan Ella jadi memburuk. Selain itu aku dan Heru juga telah putus. Aku gak pernah menyangka kalau Heru hanya menjadikanku sebagai alat balas dendam pada Ella. Aku Cuma bisa menangis setiap malamnya karena kejadian ini. Semua sudah benar-benar berubah bahkan aku tidak bisa tertawa lagi dengan teman-temanku.
Keadaan menjadi sangat rumit, tapi Rini dan Sari tetap berusaha agar aku dan Ella bisa baikan. Namun Ella tidak bisa memaafkanku karena dia menganggap kalau aku sengaja. Dia malah terus mengolokku dan marah padaku setiap kami bertemu. “kamu jangan mentang-mentang gak laku terus ngerebut pacar orang kayak gitu. Gak tau malu gitu sih. Kasian banget sih jadi cewek gak pernah pacaran. Pacar pertama malah diperalat.
Moga lain kali anda lebih beruntung yaa.” Kata-kata Ella ini selalu teringat olehku. Dan yang paling parahnya lagi Heru Cuma bilang maaf tanpa penjelasan apa-apa. Aku bahkan terlanjur suka dengannya. Aku benar-benar sakit hati dan sedih dengan keadaan ini. Dan untungnya hal ini terjadi setelah aku sudah ujian nasional sehingga tidak mengganggu belajarku. Aku cuma bisa menangisi semuanya. Aku terlalu polos sehingga aku tidak sadar telah dimanfaatkan.
Suatu hari Heru tiba-tiba mengirim pesan padaku. Dia bertanya kabarku dan meminta maaf atas semuanya. “kenapa harus aku kak? Kenapa harus aku yan kakak jadiin korban? Salahku apa sebelumnya sampai kakak tega lakuin hal ini sama aku?” jawabku pada pesan heru. “maaf dek, aku gak pernah suka sama kamu karena niat aku Cuma balas Ella.
Sekali lagi maaf. Dan makasih udah bantu aku buat balas Ella. Hubungan kita sampai sini aja. Gak perlu ada penjelasan lagi dariku kan. Bahkan buat berteman kayaknya juga gak mungkin. Maaf ya.” Itu pesan terakhir Heru padaku. Aku cuma berdoa setiap harinya dan menangisi semua yang sudah terjadi. Aku berharap Heru mendapat pelajaran berharga dalam hidupnya dan aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan.
Tiga bulan berlalu dan saat ini aku sudah masuk ke jenjang perguruan tinggi negeri. Aku kuliah tanpa ada Ella, Rini dan Sari. Kami semua berpisah. Dan saat itu aku menerima kabar dari Rini kalau Heru memustuskan hubungannya dengan Ella karena keluarga Ella telah menghinanya. Aku tidak memikirkan kabar tersebut dan melupakannya. Tapi beberapa hari kemudian Heru menghubungiku dan dia ingin ketumu. Aku tidak menjawab pesan dari Heru dan dia menelponku.
Heru langsung bilang kalau dia ingin menjalin hubungan denganku dan dia sungguh-sungguh sekarang. Dalam hati aku berpikir “mungkin ini kesempatan membalasnya. Aku bisa saja buat dia benar-benar menyukaiku kemudian meninggalkannya”. Aku pun menerimanya lagi tapi setiap kali kami ketemu aku selalu cuek dengan semua yang dia bicarakan.
Hubungan kami berjalan sampai satu tahun dan dia semakin berubah. Sikapnya sangat berubah, dia sekalipun tidak pernah marah padaku. Sebaliknya aku selalu marah dengan kejadian kecil sekalipun. Dia sangat perhatian dan dia ingin melanjutkan hubungan kami dengan pertunangan.
Aku ingat dengan niatku sebelumnya untuk balas dendam. Tapi kalau aku melakukannya, aku tidaka ada bedanya dengan dia. Aku sama saja jahatnya dengan dia. Aku mencoba menerima niat baikknya dan kami pun bertungan dengan syarat tertentu. Aku mau tunangan asalkan dia mau menungguku sampai aku dapat pekerjaan tetap, mungkin sekitar 4 tahun. Dia menerima syarat tersebut dan kami bertunangan.
Bertahun-tahun dia menunggu aku lulus kuliah sampai dapat pekerjaan. Umurnya sudah hampir 30 tahun dan banyak keluarganya yang ingin dia cepat menikah. Tidak hanya itu, dia banyak tetangga yang merasa kami tidak cocok. Banyak ejekan yang dia terima dan dia harus menahan semua itu. Dia cukup banyak mengeluh padaku tapi aku Cuma bisa mengingatkannya pada syarat yang aku ajukan. Aku tidak ingin orang tuaku kecewa karena aku menikah sebelum bekerja. Dan sampai akhirnya ku sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan. Setelah itu beberapa bulan kemudian kami menikah. Dan aku lihat senyumnya yang bahagia atas penantiannya itu.
Semua yang kita tanam kita juga lah yang akan memanennya nanti. Roda kehidupan ini terus berputar, bukan berarti kalau sekarang kita dibawah nanti kita tidak bisa di atas.