Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menyusui Ramah buat Lingkungan, Kurangi Limbah Susu Formula

ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/RDNE)
ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/RDNE)
Intinya sih...
  • Lingkungan yang mendukung ibu menyusui bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan akibat penggunaan susu formula dan produk makanan bayi artifisial.
  • Rantai produksi susu formula yang panjang ikut berpengaruh dalam merusak lingkungan. Dari susu sapi yang diambil di peternak sampai dengan saat susu formula ada di tangan konsumen.

Pekan Menyusui Dunia (PMD) atau Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week) yang diperingati setiap 1–7 Agustus tahun ini mengusung tema “Prioritise Breastfeeding” atau “Prioritaskan Menyusui.” Tema ini menyoroti keterkaitan antara praktik menyusui, isu lingkungan, dan perubahan iklim. Fokus kampanye tahun ini adalah membangun sistem pendukung yang kuat dan berkelanjutan agar praktik menyusui bisa diprioritaskan oleh lebih banyak keluarga.

Lingkungan yang mendukung ibu menyusui bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan akibat penggunaan susu formula dan produk makanan bayi artifisial. Pesan ini disampaikan dalam webinar “Prioritaskan Menyusui: Membangun Sistem Dukungan Berkelanjutan” yang digelar secara daring pada Selasa (29/07/2025). Berikut penjelasan bagaimana praktik menyusui dapat membawa dampak positif bagi lingkungan.

Menyusui berdampak baik pada lingkungan

Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Pusat, Nia Umar, mengatakan bahwa menyusui terbukti telah berkontribusi baik pada kesehatan, mengurangi angka kematian ibu dan anak, juga manfaat untuk lingkungan.

"Menyusui tidak menimbulkan limbah apa pun dan tentunya mendukung pembangunan yang diperlukan," ujar Nia.

Isu lingkungan menjadi sangat penting karena saat ini telah banyak bencana alam yang terjadi dan salah satu faktornya adalah ulah manusia.

"Karena kita banyak melakukan tindakan-tindakan yang kita pikir sangat egois, yang buat diri kita sendiri saat ini paling aman, padahal ternyata memberikan dampak negatif buat lingkungan. Termasuk dalam hal ini (menyusui), misalkan tidak memprioritaskan menyusui yang jelas-jelas tidak memiliki limbah apa pun," lanjutnya.

Rantai produksi susu formula

ilustrasi susu formula (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi susu formula (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Rantai produksi susu formula yang panjang ikut berpengaruh dalam merusak lingkungan. Dari susu sapi yang diambil di peternak sampai dengan saat susu formula ada di tangan konsumen.

"Dari susu sapi yang diambil di peternak, dikumpulin dulu, misalkan dikoperasi susunya, lalu dibawa pakai transportasi. Pasti dikumpulkan pakai chiller, pakai kulkas yang membutuhkan listrik. Pembawa susunya pakai bahan bakar untuk membawa ke pabrik, sampai di pabrik diolah yang butuh bahan bakar dan pasti ada limbahnya. Di situ sudah menimbulkan limbah lagi," Nia memaparkan.

Risiko kontaminasi pada produk juga tinggi, misal susu bubuk yang kemudian dikemas dengan bahan-bahan plastik, kardus, atau kaleng dan produksinya yang pasti memiliki limbah untuk benda-benda yang membungkusnya. Risiko ini juga bisa ditimbulkan oleh penjual dan konsumen.

"Sedangkan kalau menyusui, tinggal buka baju ibunya aja, nggak pakai sepanjang itu proses produksinya. Jadi jelas menyusui itu tidak memiliki limbah apa pun," ia menjelaskan.

Nia yakin bahwa Tuhan menciptakan semua yang ada di Bumi dengan caranya sendiri, menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia.

Diharapkan dukungan dari berbagai pihak

AIMI ingin mengingatkan bahwa menyusui itu baik untuk lingkungan, mengurangi limbah, dan juga mengurangi konsumsi makanan-makanan ultra proses atau artifisial. Mereka mengajak masyarakat, khususnya para stakeholder, untuk berkontribusi dengan mendukung menyusui.

Disebutnya bahwa isu lingkungan akan menjadi salah satu pembahasan pada World Health Assembly berikutnya. AIMI menyarankan untuk diadakan anggaran khusus, dibuat program-program yang memberi dukungan terhadap ibu menyusui, dan harus dimonitor serta dievaluasi secara menyeluruh.

“Menyusui adalah hak setiap ibu dan anak, dan dukungan adalah kunci keberhasilannya. Pada Pekan Menyusui Dunia 2025, AIMI menegaskan pentingnya membangun sistem yang memastikan setiap ibu mendapat dukungan yang layak—karena ibu tidak seharusnya berjuang sendiri,” imbuh Nia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us