- Adanya kontak dekat. Kalau pernah melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi campak, termasuk yang membantu merawatnya, kamu berisiko tinggi untuk tertular. Virus campak dapat bertahan di udara selama 2 jam setelah pasien batuk atau bersin, sehingga berpotensi menular tanpa harus melakukan kontak fisik secara langsung.
- Belum mendapat vaksinasi: Sebanyak 90 persen orang yang belum pernah terkena campak atau belum divaksinasi akan tertular jika berada di dekat seseorang yang terinfeksi campak.
- Hanya menerima satu dosis vaksin: Risiko meningkat jika hanya menerima satu dosis vaksin. Vaksin MR (Measles-Rubella) pertama kali diberikan pada usia 9 bulan, kemudian diulang dosisnya saat masuk 18 bulan dan terakhir sekitar 7 tahun. Jika hanya satu dosis saja, antibodi akan berangsur menurun seiring waktu.
- Tinggal di hunian padat: Orang yang tinggal di asrama mungkin berisiko lebih tinggi. Di asrama, banyak orang tinggal bersama dalam ruang tertutup, berbagi fasilitas seperti kamar tidur, kamar mandi, atau ruang makan, sehingga jika ada satu orang yang terinfeksi, virus mudah menyebar ke penghuni lainnya. Selain itu, bila ada penghuni yang belum mendapatkan imunisasi campak lengkap, risiko penularan akan makin besar.
- Sistem kekebalan tubuh lemah: Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah berpotensi terkena campak karena tubuh yang tidak mampu melawan virus secara optimal. Sistem imun yang seharusnya berfungsi sebagai tameng menjadi kurang efektif, sehingga virus campak lebih mudah berkembang biak dan menimbulkan gejala yang berat. Kondisi ini bisa dialami oleh bayi yang masih kecil, lansia, pasien penyakit kronis, orang dengan HIV/AIDS, atau orang yang sedang menjalani terapi imunosupresif.
- Usia sangat muda: Bayi belum cukup umur untuk divaksinasi (di bawah usia 9 bulan) memiliki risiko tinggi terkena infeksi.
- Anak dengan penyakit ginjal yang konsumsi obat-obat steroid. Steroid termasuk obat imunosupresif, artinya obat tersebut menekan sistem kekebalan tubuh agar peradangan bisa dikendalikan. Namun, efek sampingnya adalah tubuh jadi kurang mampu melawan infeksi, termasuk virus campak.
- Perjalanan ke atau interaksi dengan kawasan wabah: Travelling atau kontak dengan individu dari area dengan wabah campak meningkatkan risiko munculnya kasus baru.
- Malnutrisi atau gizi buruk. Kekurangan gizi membuat sistem imun tidak bekerja dengan baik, sehingga tubuh sulit melawan infeksi. Ketika terpapar virus campak, anak dengan gizi buruk biasanya mengalami gejala yang lebih berat, proses penyembuhan lebih lambat, dan risiko komplikasi seperti diare parah, pneumonia, hingga risiko kematian meningkat.
- Kekurangan nutrisi, terutama vitamin A. Vitamin A berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh, terutama lapisan pelindung pada saluran pernapasan dan sistem imun. Jika tubuh kekurangan vitamin ini, infeksi campak bisa menjadi lebih parah, memperpanjang masa sakit, dan meningkatkan risiko komplikasi seperti diare berat, pneumonia, hingga kebutaan.
- Riwayat keluarga. Jika dalam satu keluarga ada yang tidak divaksinasi atau dosis vaksin tidak lengkap, risiko penularan meningkat karena umumnya mereka intens melakukan komunikasi dan tinggal di bawah atap yang sama.
- Tidak memperhatikan kebersihan. Virus bisa bertahan di permukaan benda yang kamu sentuh. Sangat disarankan untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan tidak menyentuh wajah sembarangan yang bisa menjadi pintu masuk terhadap penyakit menular.
12 Penyebab Campak, Beberapa Sering Diabaikan

- Virus campak masuk ke tubuh melalui droplet. Setelah masuk lewat saluran pernapasan atau mulut, virus menyebar ke seluruh tubuh.
- Kalau pernah melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi campak, termasuk yang membantu merawatnya, kamu berisiko tinggi untuk tertular.
- Sebanyak 90 persen orang yang belum pernah terkena campak atau belum divaksinasi akan tertular jika berada di dekat seseorang yang terinfeksi campak.
Campak adalah salah satu penyakit menular paling mudah menyebar, disebabkan oleh infeksi virus measles dari keluarga Paramyxoviridae.
Penularannya sangat cepat—cukup melalui percikan liur (droplet) saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Saking menularnya, kamu bisa tertular cuma karena berada di ruangan yang sama dengan orang yang terinfeksi campak.
Begitu masuk ke dalam tubuh, virus ini pertama-tama menyerang saluran pernapasan. Dari sana, virus menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan serangkaian gejala, mulai dari demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, hingga ruam khas di kulit. Karena tingkat penularannya yang sangat tinggi, campak sering menjadi ancaman besar, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap.
Daftar penyebab campak
Berikut ini daftar faktor risiko penularan campak yang perlu kamu ketahui:
Infeksi campak pada anak-anak dapat menghapus memori sistem kekebalan tubuh terhadap kuman. Ini berarti setelah terinfeksi virus campak, anak-anak mungkin lebih rentan sakit akibat kuman yang pernah mereka atasi sebelumnya. Mereka juga mungkin perlu mendapatkan vaksinasi standar kembali.
Penularan dari droplet

Virus campak masuk ke tubuh melalui percikan liur (droplet) saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Setelah masuk lewat saluran pernapasan atau mulut, virus menyebar ke seluruh tubuh.
Awalnya muncul demam tinggi, kemudian diikuti ruam khas pada hari ke-3 sampai 4 demam. Ruam ini biasanya dimulai dari wajah atau kepala, lalu menyebar ke dada, punggung, dan akhirnya ke seluruh tubuh. Pada kasus tanpa komplikasi, demam biasanya mulai mereda pada hari ke-5, sementara ruam yang awalnya merah perlahan menggelap, mengelupas, lalu hilang.
Meski sebagian kasus bisa sembuh tanpa masalah serius, komplikasi campak cukup sering terjadi, terutama pada anak kecil dan orang dengan sistem imun lemah. Komplikasi paling umum adalah:
- Radang paru-paru (pneumonia), merupakan penyebab utama kematian akibat campak.
- Diare dan dehidrasi, merupakan komplikasi saluran cerna yang sering muncul.
- Otitis media (radang telinga tengah), ini merupakan komplikasi yang paling umum pada anak.
- Ensefalitis (radang otak). Meski jarang, bisa menyebabkan kejang, gangguan saraf, atau kerusakan otak permanen.
Diagnosis campak biasanya ditegakkan melalui gejala klinis klasik: demam tinggi, batuk, pilek, mata merah (konjungtivitis), serta ruam khas yang menyebar dari kepala ke seluruh tubuh. Riwayat kontak dengan penderita atau perjalanan ke daerah dengan kasus campak juga sangat mendukung diagnosis.
Konfirmasi laboratorium, seperti tes antibodi IgM terhadap virus campak atau PCR, bisa dilakukan, tetapi tidak selalu tersedia di semua fasilitas kesehatan. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan darah dapat menunjukkan penurunan leukosit dan perubahan pada sel limfosit, meski hasil ini bukan penanda spesifik campak.
Cara mencegah campak
Perlindungan terbaik dari campak adalah mendapatkan imunisasi campak. Umumnya, vaksin campak diberikan saat masih kecil. Campak dapat dicegah dengan vaksin MR (melindungi dari campak dan rubella) atau MMR (melindungi dari campak, rubella, dan gondongan).
Vaksin MR disuntikkan subkutan mulai umur 9 bulan. Dosis kedua umur 15–18 bulan dan dosis ketiga umur 5–7 tahun. Bila sampai usia 12 bulan belum mendapat MR, dapat diberikan MMR mulai usia 12–15 bulan, dosis kedua 5–7 tahun. MMRV diberikan pada usia 2 tahun atau lebih untuk mengurangi risiko kejang demam.
Ada pula langkah pencegahan dengan imunoglobulin serum sebagai imunisasi pasif dengan dosis 0,25 mL/kg, yang diberikan secara intramuskuler dalam lima hari sesudah pemajanan atau sesegera mungkin.
Selain itu, bagi orang yang sudah terinfeksi, lakukan isolasi untuk mencegah penularan.
Mengingat campak adalah salah satu penyakit paling menular, pencegahan menjadi langkah paling penting untuk melindungi diri dan orang di sekitar. Vaksinasi campak terbukti efektif menurunkan angka penularan dan komplikasi serius yang bisa ditimbulkannya.
Selain itu, menjaga daya tahan tubuh dan menerapkan etika batuk serta kebersihan tangan juga berperan dalam memutus rantai penyebaran. Oleh karena itu, kesadaran akan penyebab campak sekaligus upaya pencegahannya perlu terus ditanamkan, terutama pada keluarga dengan anak-anak, agar risiko wabah dapat ditekan.
Referensi
"Campak". Ayosehat Kemkes. Diakses September 2025."Measles". Mayo Clinic. Diakses September 2025."Measles (Rubeola)". Cleveland Clinic. Diakses September 2025."Measles (Rubeola)". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses September 2025."Jangan Sepelekan! 10 Penyebab Campak yang Sering Terabaikan". Biofarma. Diakses September 2025.Kondamudi NP, Tobin EH, Waymack JR. Measles. [Updated 2025 May 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448068/.