Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Duh! Penggunaan Media Sosial ternyata Tingkatkan Risiko Gangguan Makan

Media sosial sebabkan gangguan makan (pexels.com/Andres Ayrton)

Gangguan makan merupakan kondisi yang ditandai dengan perubahan perilaku makan yang berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Ada banyak faktor yang dapat memicu gangguan makan. Yang mencengangkan, beberapa bukti terbaru menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat memengaruhi perilaku makan anak-anak dan remaja, yang menyebabkan peningkatan prevalensi gangguan makan.

Lantas, bagaimana hubungan antara penggunaan media sosial dan gangguan makan? Kita akan mendalaminya bersama-sama. 

1. Apa itu gangguan makan

ilustrasi diet (freepik.com/jcomp)

Gangguan makan adalah kondisi perilaku yang ditandai dengan gangguan parah dan terus-menerus dalam perilaku makan. Gangguan makan adalah kondisi serius yang memengaruhi fungsi fisik, psikologis, dan sosial. 

Menurut American Psychiatric Association, gangguan makan memengaruhi jutaan orang, paling sering dialami perempuan berusia antara 12 dan 35 tahun.

Terdapat beberapa jenis gangguan makan, yang paling umum adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, gangguan pesta makan (binge-eating), dan gangguan asupan makanan terbatas (ARFID). 

2. Makin banyak anak dan remaja yang menggunakan media sosial

ilustrasi remaja dan anak-anak menggunakan gadget untuk mengakses media sosial (pexels.com/Jessica Lewis Creative)

Peningkatan penggunaan media sosial juga berkontribusi pada pergeseran demografi orang-orang yang terkena gangguan makan. Misalnya, telah terjadi peningkatan individu berusia muda yang mengalami gangguan makan, bahkan sebagian masih berusia kanak-kanak. Hal ini kemungkinan karena ada banyak anak di bawah umur yang sudah terpapar media sosial.

Sebuah survei yang diterbitkan oleh organisasi riset nirlaba Common Sense Media menemukan bahwa penggunaan layar secara keseluruhan di kalangan remaja dan praremaja meningkat sebesar 17 persen dari 2019 hingga 2021.

Peningkatan ini kemungkinan besar diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Secara khusus, peningkatkan penggunaan layar ini sebagian besar digunakan untuk menjelajahi platform media sosial, seperti Instagram, Snapchat, TikTok, dan Facebook.

Laporan dari Center for Countering Digital Hate menemukan bahwa dalam waktu 30 menit sejak seorang anak berusia 13 tahun bergabung dengan TikTok, anak tersebut direkomendasikan konten yang terkait dengan gangguan makan. Contohnya foto yang diedit dan difilter, penurunan berat badan, video teknik detoksifikasi, dan diet tidak sehat.

3. Dampak media sosial pada gangguan makan

ilustrasi media sosial (pixabay.com/PhotoMIX-Company)

Sebuah studi yang dimuat dalam International Journal of Eating Disorders tahun 2019 menunjukkan kemungkinan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan makan.

Studi tersebut secara khusus berfokus pada penggunaan empat platform media sosial: Facebook, Snapchat, Instagram, dan Tumblr. Platform media sosial yang berbasis foto dan video, seperti Instagram dan Snapchat, sangat digemari oleh kalangan remaja.

Remaja terlalu fokus pada bagaimana mereka dipersepsikan secara online. Ini membuat mereka menjadi lebih memperhatikan berat badan, bentuk tubuh, asupan kalori, dan olahraga.

Studi tersebut menemukan bahwa sekitar 52 persen anak perempuan dan 45 persen anak laki-laki memilih untuk melewatkan makan, olahraga berat, dan perilaku lain yang terkait dengan gangguan makan. Dari semua peserta, sekitar 75 persen anak perempuan dan 70 persen anak laki-laki diketahui memiliki setidaknya satu akun media sosial, dengan Instagram menjadi yang paling umum.

4. Foto editan dan gangguan makan

ilustrasi perempuan menggunakan voice recognition software di HP (pexels.com/free photos)

Meskipun mengedit dan menambahkan filter ke foto sebelum diposting ke media sosial dinilai sebagai hal biasa, tetapi penelitian menemukan bahwa perilaku ini meningkatkan risiko gangguan makan.

Sebuah studi dalam International Journal of Eating Disorders tahun 2020 menemukan hubungan yang konsisten dan langsung antara memposting foto yang diedit di Instagram dan faktor risiko gangguan makan.

Dalam survei yang melibatkan 2.485 mahasiswa sarjana, mereka ditanya apakah mereka aplikasi pengeditan yang melampaui filter Instagram dalam mengubah penampilan sebelum mengunggah konten. Hasilnya, sekitar 26,6 persen responden mengatakan bahwa mereka mengedit foto sebelum mengunggahnya ke akun Instagram mereka.

Studi tersebut menemukan tingkat kecemasan dan patologi makan yang lebih tinggi pada responden yang mengedit fotonya terlebih dahulu sebelum mengunggahnya.

5. Apa yang perlu dilakukan?

ilustrasi seorang ayah sedang mengajari anaknya cara menggunakan media sosial yang baik (pexels.com/Monstera)

Untuk mengurangi risiko gangguan makan akibat penggunaan media sosial, orang tua dan remaja harus berdiskusi tentang literasi media sosial: perbandingan, penggunaan filter dan Photoshop.

Dilansir ABC News, dalam media sosial kita direkomendasikan untuk berteman dengan orang-orang yang kita kenal dalam kehidupan nyata, alih-alih mengikuti orang asing. Ini dapat menjadi faktor pelindung dalam memerangi tindakan membanding-bandingkan dan citra diri yang buruk.

Selain itu, penelitian dalam American Psychological Association juga menunjukkan bahwa membatasi waktu main media sosial dapat bermanfaat bagi kesehatan mental dan penilaian berat badan.

Orang tua juga perlu memperhatikan usia anak sebelum mengizinkannya menggunakan media sosial. Pasalnya, penelitian yang dirilis oleh International Journal of Environmental Research and Public Health tahun 2021 menyebutkan bahwa anak perempuan yang menggunakan media sosial lebih awal dari teman sebayanya memiliki dorongan yang lebih tinggi untuk menjadi kurus.

Meskipun platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Snapchat, mewajibkan pengguna berusia minimal 13 tahun untuk menggunakan platformnya, tetapi usia tersebut dirasa terlalu muda. Jadi, orang tua perlu mempertimbangkan kondisi mental anak sebelum mengizinkan mereka memiliki akun media sosial.

Jadi, jika akhir-akhir ini kamu, adik, anak, atau orang terdekatmu menunjukkan gangguan makan, periksa kembali bagaimana cara penggunaan media sosial. Gunakanlah media sosial secara lebih sehat dan tidak berlebihan untuk menghindari berbagai efek negatif yang bisa diakibatkannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Eka Amira Yasien
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us