5 Penyebab Kita Mudah Tersulut Emosi Saat Cuaca Panas

- Peningkatan suhu menyebabkan stres fisiologis dan menurunkan toleransi terhadap ketidaknyamanan
- Dehidrasi mengganggu fungsi otak dan keseimbangan hormon, meningkatkan emosi negatif
- Kurangnya tidur karena cuaca panas memicu kelelahan dan menurunkan kemampuan otak dalam mengendalikan emosi
Pernahkah kamu merasakan perasaan emosi yang memuncak saat kondisi cuaca sedang terik dan panas. Beberapa orang seringkali mudah tersulut kemarahannya hanya karena hal sepele saat sedang dilanda suhu ekstrim panas dan membuat seakan kulit terasa terbakar.
Banyak orang merasakan peningkatan rasa jengkel, mudah marah, bahkan kehilangan kesabaran ketika suhu udara meningkat. Ini seringkali terjadi bukan hanya karena perubahan suhu, tapi juga dampaknya pada psikologis dan mental seseorang. Berikut lima penyebab utama mengapa cuaca panas sering kali membuat emosi lebih mudah tersulut yang dilansir dari clevelandclinic.org:
1. Peningkatan suhu yang menyebabkan stres fisiologis

Saat suhu udara meningkat, tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan internal agar tetap stabil. Proses pendinginan alami melalui keringat dan sirkulasi darah membuat energi tubuh terkuras lebih cepat. Ketika tubuh mulai kelelahan, sistem saraf simpatis yang mengatur reaksi “lawan atau lari” menjadi lebih aktif. Hal ini memicu pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol yang menyebabkan seseorang menjadi lebih sensitif terhadap gangguan kecil.
Stres fisiologis akibat panas membuat toleransi terhadap ketidaknyamanan menurun drastis. Bahkan hal-hal kecil seperti suara bising, antrean panjang, atau kemacetan lalu lintas bisa memicu kemarahan. Reaksi emosional ini merupakan respon alami tubuh yang sedang berada di bawah tekanan termal. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin besar pula kemungkinan seseorang kehilangan kontrol emosinya karena tubuh berjuang untuk tetap seimbang.
2. Dehidrasi bisa menganggu fungsi otak dan suasana hati

Kekurangan cairan menjadi faktor penting yang membuat emosi lebih mudah meledak saat cuaca panas. Ketika tubuh kekurangan air, volume darah menurun dan aliran oksigen ke otak berkurang. Kondisi ini memengaruhi fungsi kognitif seperti pengambilan keputusan, konsentrasi, serta pengendalian diri. Otak yang dehidrasi lebih sulit bekerja dengan baik, sehingga reaksi terhadap situasi tertentu menjadi lebih emosional dan tidak rasional.
Selain menurunkan kemampuan berpikir jernih, dehidrasi juga berpengaruh pada keseimbangan hormon dan zat kimia di otak. Kekurangan cairan dapat menurunkan kadar serotonin, hormon yang berperan menjaga suasana hati tetap stabil. Akibatnya, perasaan mudah marah, cemas, dan frustrasi meningkat tajam. Mengonsumsi air secara rutin di tengah cuaca panas bukan hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga membantu mempertahankan kestabilan emosi.
3. Karena kurangnya kualitas tidurmu saat cuaca panas

Cuaca panas tidak hanya terasa di siang hari, tetapi juga sering mengganggu waktu tidur di malam hari. Ketika suhu lingkungan terlalu tinggi, tubuh sulit mencapai suhu ideal yang dibutuhkan untuk tidur nyenyak. Akibatnya, seseorang mengalami tidur yang tidak berkualitas atau sering terbangun di tengah malam. Kondisi ini memicu kelelahan keesokan harinya dan menurunkan kemampuan otak dalam mengendalikan emosi.
Kurangnya tidur memiliki dampak besar terhadap bagian otak yang bernama amigdala, yaitu pusat pengatur emosi. Amigdala menjadi lebih aktif dan reaktif ketika seseorang kurang istirahat, sementara bagian otak prefrontal yang berfungsi menahan emosi bekerja kurang efektif. Kombinasi keduanya membuat seseorang menjadi lebih mudah tersinggung dan cepat marah.
4. Timbulnya respon melawan akibat perubahan suhu

Saat cuaca panas, reaksi psikologis sseorang bisa mendadak berubah. Ini karena cuaca panas bisa meningkatkan suhu tubuh seseorang sehingga menyebabkan denyut jantung, testoteron dan reaksi metabolik yang bisa memicu saraf simpatik mengatifkan mode "melawan" tanpa kita sadari.
Ini juga yang sering kita dengar dahulu, ketika seseorang mengalami perasaan emosi memuncak, maka sebaiknya didinginkan dengan menggunakan air dingin dan disiram tepat di atas kepala.
5. Dampaknya pada psikologis karena cuaca ekstrem

Panas ekstrem sering dikaitkan dengan peningkatan tingkat agresivitas dan stres sosial. Ini berbanding lurus dengan angka kekerasan dan konflik interpersonal cenderung meningkat pada musim panas. Hal ini bukan hanya akibat suhu tinggi secara fisik, tetapi juga karena efek psikologis yang ditimbulkan. Otak manusia merespons kondisi ekstrem dengan peningkatan kewaspadaan dan ketegangan, yang jika tidak terkelola bisa berubah menjadi amarah.
Lingkungan perkotaan dengan polusi dan kebisingan memperparah efek panas terhadap suasana hati. Kombinasi antara panas, debu, dan udara pengap menciptakan beban psikologis yang sulit ditoleransi. Faktor-faktor tersebut membuat seseorang merasa lebih mudah kehilangan kendali atas emosi, bahkan tanpa pemicu yang jelas.
Cuaca panas bukan hanya menimbulkan rasa gerah, tetapi juga berdampak langsung pada keseimbangan emosional dan mental. Dari faktor fisiologis seperti peningkatan suhu tubuh dan dehidrasi, hingga pengaruh psikologis akibat kurang tidur dan stres sosial, semua berkontribusi pada menurunnya kemampuan seseorang mengendalikan emosi.