"Treatment Break." HIV VA. Diakses pada Desember 2025.
"What Happens If Someone Who is HIV-positive Stops Taking Anti-Retroviral Meds?" NPR. Diakses pada Desember 2025.
"Guidance on ART Interruption." UNAIDS. Diakses pada Desember 2025.
"Guidance on Handling Interruptions in Antiretroviral Treatment." WHO. Diakses pada Desember 2025.
Dampak Menghentikan ARV secara Tiba-tiba bagi Pasien HIV

- Saat ARV dihentikan mendadak, virus HIV yang sebelumnya terkendali akan kembali berkembang pesat hanya dalam hitungan minggu.
- Dampak lain yang sangat berbahaya saat ARV dihentikan adalah munculnya resistensi obat.
- Menghentikan ARV tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, tetapi juga kesehatan mental.
Bagi orang dengan HIV (ODHIV), obat antiretroviral (ARV/ART) bukan sekadar pil harian, melainkan tameng utama yang menjaga tubuh tetap kuat melawan virus. Saat ARV diminum secara rutin, jumlah virus dalam tubuh (viral load) bisa ditekan hingga sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi. Inilah yang membuat ODHIV mampu hidup sehat, produktif, dan memiliki harapan hidup yang hampir sama dengan orang tanpa HIV.
Namun, masih banyak ODHIV yang menghentikan ARV secara tiba-tiba karena berbagai alasan, mulai dari efek samping obat, kelelahan minum obat seumur hidup, masalah ekonomi, hingga stigma sosial. Padahal, menghentikan ARV tanpa pengawasan medis bukan keputusan sepele. Ada banyak dampak serius yang bisa muncul secara cepat dan berbahaya, baik bagi kesehatan pribadi maupun bagi orang di sekitar.
1. Lonjakan viral load dan penurunan daya tahan tubuh
Saat ARV dihentikan mendadak, virus HIV yang sebelumnya terkendali akan kembali berkembang pesat hanya dalam hitungan minggu. Kondisi ini disebut viral rebound, yaitu lonjakan jumlah virus dalam darah. Bersamaan dengan itu, jumlah sel CD4, —sel imun utama yang melawan infeksi, akan turun secara bertahap.
Akibatnya, tubuh makin lemah dan rentan diserang berbagai infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis (TBC), herpes zoster (cacar ular), infeksi jamur, hingga penyakit parasit.
Pada kondisi tertentu, penghentian ARV juga terbukti menurunkan harapan hidup, terutama pada pasien yang sudah berada di stadium lanjut.
2. Ancaman dari resistansi obat
Dampak lain yang sangat berbahaya adalah munculnya resistensi obat. Saat ARV dihentikan, sisa obat di dalam tubuh akan keluar secara bertahap dan tidak merata. Dalam kondisi ini, virus berpeluang “belajar” dan bermutasi sehingga menjadi kebal terhadap obat yang sebelumnya efektif.
Jika resistansi sudah terjadi, pilihan terapi di masa depan akan jauh lebih terbatas. ODHIV mungkin harus beralih ke obat lini kedua atau ketiga yang biasanya lebih mahal, lebih sulit diakses, dan memiliki efek samping yang lebih berat.
3. Risiko penularan HIV meningkat

ARV bukan hanya melindungi ODHIV, tetapi juga berperan besar dalam mencegah penularan. Saat viral load ditekan hingga tidak terdeteksi, risiko menularkan HIV ke pasangan menjadi sangat kecil. Namun, ketika ARV dihentikan dan viral load meningkat, risiko penularan kembali melonjak.
Penularan bisa terjadi melalui hubungan seksual, jarum suntik, atau dari ibu ke bayi. Bahkan, penghentian ARV dalam waktu singkat pun sudah terbukti meningkatkan risiko penularan ke pasangan.
4. Dampak fisik dan psikologis
Menghentikan ARV tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, tetapi juga kesehatan mental. Banyak ODHIV mengalami kelelahan ekstrem, kecemasan berlebihan, stres, hingga depresi setelah berhenti minum obat. Perasaan bersalah, takut sakit parah, atau panik karena takut menularkan ke orang lain sering kali memperburuk kondisi psikologis.
Pada penghentian jangka panjang, risiko berkembangnya AIDS meningkat drastis, terutama pada bayi, anak-anak, dan pasien dengan riwayat HIV stadium lanjut. Angka kematian juga jauh lebih tinggi pada mereka yang menghentikan terapi dibandingkan yang tetap patuh berobat.
5. Bagaimana jika terpaksa menghentikan ARV?
Dalam beberapa kondisi tertentu, seperti ketersediaan obat yang terbatas atau kondisi kesehatan khusus, penghentian ARV memang terkadang tidak bisa dihindari. Namun, penghentian ini harus dilakukan dengan pengawasan ketat dari tenaga medis. Dokter biasanya akan memantau viral load secara rutin dan memberikan panduan pencegahan penularan, seperti penggunaan kondom.
Begitu obat kembali tersedia, ARV harus segera dimulai lagi secepat mungkin untuk menekan lonjakan jumlah virus. Penghentian terstruktur jauh lebih aman dibanding berhenti mendadak tanpa rencana.
6. Pentingnya kepatuhan sepanjang hidup

Sebagian besar kasus penghentian ARV sebenarnya bisa dicegah. Penyebab umum seperti efek samping, stigma, kelelahan mental, atau masalah akses obat perlu ditangani bersama dengan dukungan keluarga, komunitas, tenaga kesehatan, dan kebijakan pemerintah.
Dengan kepatuhan yang baik, HIV bukan lagi penyakit yang identik dengan kematian atau masa depan suram, melainkan kondisi kronis yang bisa dikelola. Minum ARV secara teratur adalah kunci agar ODHIV dapat hidup panjang umur, sehat, dan hidup tetap berkualitas.
Akhir kata, menghentikan ARV secara tiba-tiba bukanlah pilihan aman bagi ODHIV karena risikonya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Dengan kepatuhan minum obat, dukungan lingkungan, dan akses layanan kesehatan yang baik, ODHIV tetap bisa menjalani hidup yang sehat, produktif, dan penuh harapan.
Referensi

















