4 Penyebab Tahi Lalat Tiba-Tiba Muncul, Perlukah Khawatir?

- Paparan sinar matahari, misalnya dari berjemur selama berjam-jam di pantai, menggunakan tanning bed, dan kulit terbakar sinar matahari dapat menyebabkan kemunculan tahi lalat baru.
- Banyak obat telah ditemukan menyebabkan tahi lalat, terutama yang menekan sistem kekebalan tubuh.
- Para ilmuwan berpendapat bahwa tahi lalat berhubungan dengan hormon, kemungkinan selama perubahan hormonal seperti pubertas, kehamilan, atau menopause.
Tahi lalat (nevi) adalah sesuatu yang umum dan kebanyakan orang memilikinya dalam jumlah banyak, biasanya antara 10 dan 40.Â
Tahu lalat adalah konsentrasi melanosit (sel penghasil pigmen) di kulit, yang mana orang yang berkulit terang cenderung lebih mengembangkannya.
Sebagian besar tahi lalat muncul selama masa kanak-kanak, meskipun beberapa bayi terlahir dengan beberapa tahi lalat.
Tahi lalat umumnya tidak perlu dikhawatirkan, karena sebagian besar tidak bersifat kanker dan tidak berbahaya. Tahi lalat yang sudah lama kita miliki biasanya jinak. Namun, bagaimana dengan tahi lalat yang berkembang seiring bertambahnya usia? Apakah tahi lalat yang baru muncul perlu dikhawatirkan?
Jenis tahi lalat
Tahi lalat dikategorikan ke dalam subtipe yang berbeda berdasarkan atributnya. Jenis-jenis tahi lalat antara lain:
1. Tahi lalat biasa
Tahi lalat biasa bisa muncul saat lahir atau nanti pada masa kanak-kanak. Tahi lalat ini biasanya muncul di area kulit yang terpapar sinar matahari.
Jenis tahi lalat ini biasanya memiliki penampilan yang bulat dan simetris dengan permukaan yang halus dan batas yang jelas. Tahi lalat biasa relatif kecil, berukuran diameter kurang dari 5 milimeter (mm).
Tahi lalat biasa jarang berkembang menjadi kanker. Namun, orang yang memiliki lebih dari 50 tahi lalat biasa mungkin memiliki peluang lebih tinggi untuk mengembangkan melanoma.
2. Tahi lalat bawaan
Tahi lalat bawaan atau tanda lahir hadir saat lahir. Ini dapat bervariasi secara drastis dalam ukuran, bahkan ada yang ukurannya sangat besar.
Walaupun tahi lalat ini biasanya jinak, tetapi memiliki tahi lalat bawaan, terutama yang berukuran sangat besar, dapat sedikit meningkatkan risiko melanoma.
Menurut studi tahun 2017, risiko terkena melanoma seumur hidup berkisar antara 10–15 persen pada orang dengan tahi lalat bawaan yang ukurannya sangat besar. Namun, angkanya bisa bervariasi dari satu studi ke studi lainnya.
3. Tahi lalat atipikal
Tahi lalat atipikal atau nevi displastik dapat berkembang di mana saja di tubuh dan biasanya tampak lebih besar daripada jenis tahi lalat lainnya.
Warna dan teksturnya bisa bervariasi, biasanya memiliki batas tidak rata yang memudar ke kulit di sekitarnya. Tahi lalat ini biasanya punya banyak warna, seperti merah muda, merah, cokelat, dan cokelat tua.
Beberapa tahi lalat atipikal bisa menjadi kanker. Akan tetapi, sebagian besar tahi lalat atipikal tidak berkembang menjadi melanoma.
Karena tahi lalat atipikal mungkin menunjukkan beberapa karakteristik yang mirip melanoma, segera temui dokter kulit untuk memastikan bahwa tahi lalat ini tidak perlu dikhawatirkan.
4. Spitz nevus
Jenis tahi lalat yang langka ini sangat mirip dengan melanoma, tetapi tidak bersifat kanker. Biasanya ini berkembang pada anak-anak berkulit putih dan remaja di bawah 20 tahun.
Kadang, dokter sulit membedakan antara Spitz nevus dan melanoma dan dapat merekomendasikan pengangkatannya sebagai tindakan pencegahan.
Spitz nevus tumbuh dengan cepat dan dapat bervariasi dalam ukuran dari milimeter hingga satu sentimeter dengan diameter. Karakteristik lain dari Spitz nevus meliputi:
- Bentuk bulat simetris.
- Permukaan halus.
- Garis pigmen memancar dalam pola starburst.
Penyebab munculnya tahi lalat baru di kulit

Meskipun penyebab kemunculan tahi lalat pada masa dewasa tidak sepenuhnya dipahami, tetapi berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab tahi lalat jinak dan kanker.
1. Genetik
Kalau anggota keluarga kamu memiliki banyak tahi lalat, kamu pun biasanya akan demikian. Orang dengan kulit putih, terang, atau rambut merah juga lebih mungkin memiliki tahi lalat atau mengembangkannya di kemudian hari.
Alasan lain kamu dan anggota keluarga lebih rentan terhadap kemunculan tahi lalat mungkin karena mutasi genetik. Tinjauan penelitian tahun 2015 menemukan mutasi gen BRAF ada pada 78 persen tahi lalat jinak—tahi lalat non kanker yang muncul di kemudian hari.
Mutasi BRAF juga terlibat dalam tahi lalat yang didapat yang berubah menjadi melanoma. Akan tetapi, para peneliti tidak tahu persis alasan tahi lalat jinak berubah menjadi kanker.
2. Paparan sinar matahari

Paparan sinar matahari, misalnya dari berjemur selama berjam-jam di pantai, menggunakan tanning bed, dan kulit terbakar sinar matahari dapat menyebabkan kemunculan tahi lalat baru.
Selain itu, paparan sinar matahari juga bisa menyebabkan kerusakan kulit dan tahi lalat yang dapat menyebabkan melanoma atau kanker kulit lainnya. Untuk mencegahnya, pakai tabir surya setiap hari dan aplikasikan ulang setiap beberapa jam, dan lebih sering jika kamu banyak berkeringat atau berenang.
3. Penurunan kekebalan tubuh
Tahi lalat kadang dapat muncul karena respons tubuh terhadap obat-obatan tertentu. Banyak obat telah ditemukan menyebabkan tahi lalat, terutama yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan setelah transplantasi organ justru cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kulit, berdasarkan studi tahun 2015.
Sementara para ahli tidak mengerti persis penyebabnya, tetapi pertahanan sistem kekebalan diduga berperan dalam pembentukan tahi lalat yang berpotensi menjadi kanker atau tahi lalat atipikal.
4. Perubahan hormon

Para ilmuwan berpendapat bahwa tahi lalat berhubungan dengan hormon, kemungkinan selama perubahan hormonal seperti pubertas, kehamilan, atau menopause.
Menurut penelitian tahun 2014, beberapa tahi lalat mungkin berhubungan dengan kadar hormon dalam darah yang terkait dengan risiko kanker payudara. Akan tetapi, penelitian ini terbatas pada sekelompok perawat perempuan kulit putih sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Jadi, perlukah tahi lalat yang baru muncul diwaspadai?
Setiap kali tahi lalat yang kamu miliki berubah bentuk atau warna, atau muncul tahi lalat baru, sebaiknya temui dokter kulit.
Apabila tahi lalat gatal, berdarah, mengeluarkan cairan, atau sakit, segera buat janji temu dengan dokter kulit.
Tahi lalat baru lebih cenderung menjadi kanker daripada yang sudah kamu miliki seumur hidup, meskipun menurut sebuah metaanalisis tahun 2017 menyebut bahwa 71 persen melanoma tidak muncul dari tahi lalat.
Melanoma adalah kanker kulit yang paling mengancam jiwa (dan paling langka), tetapi tahi lalat baru juga bisa menjadi gejala kanker sel basal atau sel skuamosa. Jenis ini biasanya muncul di area yang terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, atau leher. Kabar baiknya, mereka relatif mudah diobati jika terdeteksi dini.
Meskipun para ahli tidak tahu pasti, tetapi tahi lalat baru mungkin muncul karena kombinasi faktor seperti gen, paparan sinar matahari, dan perubahan hormonal.
Karena beberapa tahi lalat yang didapat, terutama yang didapat pada masa dewasa, dapat menjadi kanker, temuilah dokter kulit untuk pemeriksaan lengkap apabila kamu melihat tahi lalat baru muncul. Segera temui dokter kulit apabila tahi lalat berubah drastis seiring waktu.
Referensi
National Cancer Institute. Diakses pada Juli 2024. Common Moles, Dysplastic Nevi, and Risk of Melanoma.
Kinsler, V.A., P. O’Hare, N. Bulstrode, dkk. “Melanoma in congenital melanocytic naevi.” British Journal of Dermatology/British Journal of Dermatology, Supplement 176, no. 5 (4 April 2017): 1131–43.
American Cancer Society. Diakses pada Juli 2024. Risk Factors for Melanoma Skin Cancer.
Roh, Mi Ryung, Philip Eliades, dkk. “Genetics of melanocytic nevi.” Pigment Cell & Melanoma Research 28, no. 6 (17 Oktober 2015): 661–72.
Chockalingam, Ramya, Christopher Downing, dan Stephen Tyring. “Cutaneous Squamous Cell Carcinomas in Organ Transplant Recipients.” Journal of Clinical Medicine 4, no. 6 (3 Juni 2015): 1229–39.
Greatist. Diakses pada Juli 2024. New Beauty Mark, Who Dis: What Causes Moles to Suddenly Appear?
Zhang, Mingfeng, Xuehong Zhang, dkk. “Association between Cutaneous Nevi and Breast Cancer in the Nurses’ Health Study: A Prospective Cohort Study.” PLoS Medicine 11, no. 6 (June 10, 2014): e1001659.
Pampena, Riccardo, Athanassios Kyrgidis, dkk. “A meta-analysis of nevus-associated melanoma: Prevalence and practical implications.” Journal of the American Academy of Dermatology 77, no. 5 (1 November 2017): 938-945.e4.
Medical News Today. Diakses pada Juli 2024. New moles and what to look out for.