Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tren Kesehatan 2025: Di-Approve Dokter atau Cuma Tren?

ilustrasi maraton (unsplash.com/Miguel A Amutio)
ilustrasi maraton (unsplash.com/Miguel A Amutio)
Intinya sih...
  • Obat GLP-1 dapat digunakan untuk menurunkan berat badan dengan pengawasan dokter, tetapi memiliki efek samping yang perlu dipantau.
  • Konsumsi suplemen probiotik disarankan berasal dari produk yang direkomendasikan dan berada di bawah pengawasan BPOM untuk manfaat optimal dan risiko minimal.
  • Makanan rebus dan kukus menjadi tren sehat yang meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pilihan makanan sehat dan variasi jajanan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tahun 2025 menjadi periode yang cukup menarik bagi dunia kesehatan. Banyak kebiasaan baru muncul, sebagian didorong media sosial, sebagian lagi mungkin lahir dari kebutuhan maupun kesadaran. Dari obat diabetes yang "dimultifungsikan" untuk menurunkan berat badan, hingga olahraga intensitas tinggi yang makin digemari, tren kesehatan bergerak cepat dan tak jarang menimbulkan pro dan kontra.

Dalam kaleidoskop ini, IDN Times merangkum tujuh tren kesehatan yang menonjol sepanjang 2025. Mulai dari penggunaan obat GLP-1 seperti Ozempic, konsumsi suplemen tertentu, hingga fenomena hybrid workout dan kompetisi lari yang kian masif. Para ahli menilai setiap tren punya potensi manfaat, tetapi ada pula risiko jika dilakukan tanpa pemahaman yang tepat.

1. Obat GLP-1 untuk menurunkan berat badan

ilustrasi Ozempic (unsplash.com/Haberdoedas)
ilustrasi Ozempic (unsplash.com/Haberdoedas)

Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis konsultan gastroenterologi dan hepatologi, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD KGEH, menjelaskan bahwa obat GLP-1 bekerja dengan membuat kamu lebih cepat kenyang sehingga nafsu makan menurun. Efek ini membantu mengontrol asupan makan harian. Saat porsi makan berkurang, otomatis berat badan turun.

"Mekanisme obat ini berbeda dengan obat pelangsing yang biasanya mengganggu penyerapan lemak atau menekan nafsu makan secara langsung di otak," jelasnya saat diwawancarai IDN Times.

Menurutnya, penggunaan GLP-1 untuk menurunkan berat badan tetap aman meski awalnya dikembangkan untuk pasien diabetes. Syaratnya jelas, yaitu penggunaan harus berada di bawah pengawasan dokter. Prof. Ari mengingatkan bahwa efek samping dapat muncul pada sebagian pasien, dan dalam beberapa kasus bisa cukup berat. Karena itu, pemantauan medis itu wajib agar manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

2. Tren suplemen probiotik

Mengonsumsi probiotik dalam bentuk suplemen juga diminati dan ramai dibicarakan di media sosial. Karena tren ini populer, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sampai menerbitkan Peraturan BPOM Nomor 17 Tahun 2025 tentang Pedoman Penilaian Produk Suplemen Kesehatan Mengandung Probiotik pada September.

Prof. Ari menyebut bahwa probiotik memang banyak dianjurkan karena manfaatnya bagi daya tahan tubuh dan kesehatan pencernaan. Probiotik juga berperan dalam menjaga keseimbangan mikrobiota usus yang penting untuk mencegah berbagai penyakit. Namun, ia menekankan, tidak semua produk probiotik di pasaran memiliki kualitas dan dosis yang jelas.

Sebagai konsumen, kamu harus cermat saat membeli, terutama produk yang dibeli secara online atau dari luar negeri. Produk semacam ini sering kali sulit dipastikan keamanannya, kandungannya, serta kesesuaian dosis dengan kebutuhan tubuh.

Karena alasan itulah Prof Ari menegaskan bahwa probiotik sebaiknya berasal dari produk yang direkomendasikan dan berada di bawah pengawasan BPOM agar manfaatnya optimal dan risikonya minimal.

"Jangan sampai membeli sesuatu produk yang kita tidak tahu, itu benar-benar bagus atau tidak. Kemudian kita belum tahu juga dosisnya. Kalau beli di luar negeri misalnya, ya kita belum tentu tau, dosisnya itu sesuai atau tidak sama kita," jelasnya.

3. Tren makanan rebus dan kukus

Panci berisi pepes.
ilustrasi pepes (vecteezy/Montian Noowong)

Ada pula tren pedagang makanan rebus dan kukus di media sosial yang sempat ramai, khususnya di TikTok. Para penjual makanan kukus ini biasanya membagikan keseharian mereka menjual kukusan sekaligus memasarkan dagangan mereka di media sosial. Rebusan yang dijual beragam, mulai dari kentang, ubi, kacang tanah, jagung, hingga labu.

Ahli Gizi dan Scientist Esti Nurwanti, S.Gz, MPH, RD, PhD menilai tren ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan sehat, dan tentu saja menjadi variasi jajanan sehat.

Semoga tren ini bisa menginspirasi para pedagang lain ya untuk menjual rebus-rebusan dan kukus-kukusan ini. Jadi bagus karena sumber karbohidrat pada pagi hari, misalnya kalau ini dimakan untuk sarapan, jadi sumber karbonya lebih beragam," ungkapnya kepada IDN Times.

Ia juga menilai bahwa pilihan makanan rebus dan kukus bisa diperluas, tidak hanya karbohidrat, tetapi juga tahu, kacang kacangan, hingga olahan ayam yang dikukus.

Secara umum, makanan rebus dinilai lebih baik karena tidak menggunakan tambahan lemak. Proses ini membuat asupan kalori lebih rendah dibandingkan makanan yang digoreng. Bagi kamu yang ingin menjaga berat badan atau kesehatan metabolik, makanan rebus maupun kukus bisa menjadi pilihan praktis dan lebih aman untuk dikonsumsi setiap hari.

4. Injectable beauty

Injectable beauty merujuk pada tindakan menyuntikkan bahan ke dalam atau di bawah kulit untuk tujuan estetika. Tujuannya beragam, mulai dari mengurangi kerutan, menambah volume, memperbaiki tekstur kulit, hingga merangsang regenerasi. Di Indonesia, tren ini tumbuh cepat seiring kemajuan kedokteran estetika dan meningkatnya minat pada prosedur nonbedah.

Bahan yang digunakan juga makin beragam, seperti botulinum toxin, nutrisi lokal seperti vitamin C dan asam amino, hingga collagen stimulator serta growth factors atau peptida.

Dokter spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika dr. Tania Azhari, Sp.D.V.E menyebut injectable beauty memang bisa memberikan manfaat nyata pada kulit.

"Bukti klinis umum yang langsung dapat dilihat pada wajah pasien yaitu injeksi botulinum toxin dan filler HA. Keduanya memiliki landasan ilmiah yang kuat untuk memperbaiki penampilan garis dinamika dan volume kontur wajah ketika dilakukan oleh tenaga terlatih," ungkapnya kepada IDN Times.

Lebih lanjut, dr. Tania menjelaskan bahwa tidak semua injectable memiliki tingkat bukti yang sama. PRP (platelet-rich plasma) dan PRF (platelet-rich fibrin) menunjukkan potensi regeneratif dan perbaikan tekstur kulit dalam beberapa studi, tetapi hasilnya sangat bergantung pada protokol dan kualitas bahan.

Sementara itu, skin booster, vaksin nutrisi injeksi, salmon DNA, sekretom atau exosome, serta berbagai kombinasi biomolekul lain masih berada pada spektrum bukti yang bervariasi. Banyak klaim yang beredar bersifat komersial dan belum didukung uji klinis terkontrol yang kuat, sehingga kamu perlu bersikap kritis sebelum memilih prosedur ini.

"Injectable beauty di Indonesia menawarkan beragam pilihan tindakan estetika yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu. Keamanan dan hasil optimal sangat bergantung pada kecocokan antara profil pasien, kualitas produk, teknik injeksi, serta fasilitas layanan. Konsultasi dengan dokter spesialis kulit yang berpengalaman adalah langkah awal yang penting untuk memastikan rencana perawatan yang aman, efektif, dan realistis," tambah dr. Tania.

5. Gerakan anti-sunscreen

Ilustrasi penggunaan sunscreen saat berada di luar ruangan.
ilustrasi sunscreen SPF (pexels.com/Karola G)

Gerakan anti-sunscreen juga sempat ramai di media sosial dan mempertanyakan keamanan serta manfaat sunscreen. Klaim yang muncul adalah paparan matahari alami dianggap lebih sehat dan cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Narasi ini mendorong sebagian orang untuk meninggalkan sunscreen demi alasan natural.

Ditegaskan oleh dr. Tania Azhari, Sp.D.V.E, sunscreen tetap penting untuk kesehatan kulit. Perlindungan sinar ultraviolet diukur secara jelas melalui SPF untuk UVB dan nilai UVA seperti PA.

Produk sunscreen yang teruji dengan standar internasional memberikan perlindungan yang terukur dan konsisten. Klaim natural tidak otomatis berarti aman karena tidak menjamin adanya perlindungan UV yang dapat diandalkan.

"Paparan UV berlebih bisa menyebabkan sunburn, kerusakan DNA, dan risiko kanker kulit meskipun paparan singkat. Risiko meningkat dengan paparan berulang dan pada kulit yang sensitif," jelas dr. Tania.

Terkait vitamin D, kebutuhan vitamin D sebenarnya bisa dipenuhi melalui makanan dan suplemen, jelas dr. Tania. Paparan matahari singkat memang dapat membantu produksi vitamin D pada sebagian orang, tetapi manfaat ini sangat bergantung pada kondisi individu.

Jika kamu khawatir kekurangan vitamin D, pemeriksaan kadar 25-OH Vitamin D (atau 25-hidroksivitamin D) bisa dipertimbangkan. Pendekatan berbasis bukti menekankan vitamin D bisa dikelola tanpa mengorbankan perlindungan kulit dari paparan UV.

Gerakan anti-sunscreen di media sosial sering kali didorong klaim yang tidak selalu didukung bukti. Perlindungan UV yang konsisten adalah bagian penting dari kesehatan kulit jangka panjang. Sunscreen adalah alat utama untuk mengurangi risiko paparan UV sambil tetap memanfaatkan manfaat paparan matahari secara moderat jika dilakukan dengan cara yang aman," dr Tania menekankan.

6. Tren lari

Popularitas kompetisi lari dan maraton rasanya tak habis-habis, baik di Indonesia maupun di berbagai negara lain. Banyak orang tertarik ikut event lari, mulai dari 5k, half marathon, maraton, ultra marathon, dan lain-lain. Tren ini mencerminkan pergeseran gaya hidup ke arah yang lebih aktif dan terstruktur, dengan event lari menjadi target kebugaran yang jelas bagi banyak orang.

Dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Maria Lestari, BMedSc, PGDipSEM, SpKO, menilai tren ini sebagai hal yang positif karena menunjukkan peningkatan kesadaran terhadap kebugaran jangka panjang dan budaya daya tahan.

"Secara umum, ini tren yg positif, karena menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup aktif dan kebugaran jangka panjang. Maraton merepresentasikan endurance culture," ungkapnya kepada IDN Times (27/12/2025).

Namun, ia mengingatkan tantangan utama ada pada cara tren ini dijalani. Banyak orang ikut tanpa persiapan fisik yang memadai, sehingga risiko cedera meningkat. Maraton seharusnya dijalani dengan edukasi yang cukup, progresi latihan yang tepat, dan pemahaman kapasitas tubuh. Jika dilakukan dengan benar, maraton bisa melatih sistem kardiovaskular, daya tahan mental, dan disiplin jangka panjang.

"Banyak yang ikut tren tanpa persiapan fisik yang cukup, sehingga risiko cedera justru meningkat. Jadi tren ini baik, asalkan dibarengi edukasi, progresi latihan yang tepat, dan pemahaman kapasitas tubuh masing-masing," jelasnya.

7. Hybrid workout

Hybrid workout makin diminati karena menawarkan kebugaran yang menyeluruh dalam satu pola latihan. Metode ini menggabungkan latihan kekuatan, kardio, dan mobilitas sehingga efisien dan fleksibel. Bagi banyak orang, pendekatan ini membantu mencegah kebosanan, mengatasi stagnasi latihan, dan menjaga motivasi untuk bergerak secara konsisten.

Menurut dr. Maria, hybrid workout juga merupakan tren positif. Tren ini mencerminkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup aktif dan kebugaran jangka panjang. Latihan seperti HYROX dan CrossFit dinilai relevan dengan kebutuhan tubuh modern yang dituntut untuk kuat, cepat, dan fungsional dalam aktivitas sehari hari.

Namun, dr. Maria mengingatkan tantangan utama tetap pada cara latihan dijalani. Banyak orang mengikuti tren tanpa persiapan fisik yang memadai sehingga risiko cedera meningkat. Hybrid training memang efektif untuk melatih kekuatan, power, stamina, dan ketahanan metabolik secara seimbang.

"Yang perlu diingat, bukan semua orang harus ikut maraton atau HYROX untuk disebut 'fit'. Yang penting adalah latihan sesuai tujuan, kapasitas tubuh, dan fase hidup masing-masing," jelasnya.

Prediksi tren kebugaran 2026

Dokter Maria memprediksi arah tren kebugaran akan bergeser ke pendekatan yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Hybrid endurance training diperkirakan makin dominan, menggabungkan lari, latihan kekuatan, dan conditioning tanpa fokus pada satu spesialisasi saja.

Functional endurance sports seperti trail run, ultra trail, dan adventure race juga diprediksi naik daun karena menuntut tubuh yang tahan lama dan adaptif, bukan sekadar cepat.

Ia juga melihat peningkatan minat pada latihan berbasis longevity dan pencegahan cedera, terutama pada usia 30 tahun ke atas. Fokusnya ada pada kesehatan sendi, otot, dan sistem saraf.

Di sisi lain, data driven training akan makin umum lewat penggunaan wearable, HRV, recovery score, dan program latihan yang dipersonalisasi. Pendekatan quality over quantity juga diperkirakan menguat, dengan kesadaran bahwa konsistensi dan kualitas latihan lebih penting daripada volume ekstrem.

Tren kesehatan 2025 memiliki satu benang merah, yaitu minat untuk hidup lebih sehat kian meningkat. Akan tetapi, risikonya muncul saat tren dijalani tanpa pemahaman dan berlandaskan perasaan tertinggal (FOMO). Pesan dari para ahli konsisten: apa pun tren yang kamu ikuti, kunci utamanya tetap edukasi, pengawasan ahli, dan kesesuaian dengan kondisi tubuhmu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Seberapa Paham Kamu tentang HYROX?

31 Des 2025, 13:05 WIBHealth