Apa yang Terjadi jika Kita Terkena Gas Air Mata? Ini Proses Kimiawinya

Istilah gas air mata pasti sudah gak asing di telinga kita. Beberapa hari belakangan ini, kita mendengar istilah itu di mana-mana. Gas air mata kini selalu digunakan oleh aparat kepolisian untuk mengendalikan massa. Termasuk saat demo besar-besaran yang dilakukan rakyat Indonesia belakangan. Gas air mata sendiri pertama kali digunakan pada era Perang Dunia I. Pada konvensi Jenewa tahun 1993, penggunaan gas air mata pada peperangan bahkan dianggap sebagai tindakan ilegal. Meski begitu, sejumlah negara termasuk Indonesia masih menggunakannya hingga hari ini.
Meski gak mematikan, paparan gas air mata bisa jadi berbahaya, terutama pada individu yang memang memiliki masalah kesehatan sebelumnya. Begitu pun dengan orang sehat, paparan gas air mata bisa menyebabkan sejumlah kondisi yang mengganggu. Jadi seberapa berbahaya gas air mata, dan apa yang terjadi jika kita terkena gas air mata? Simak proses kimiawi hingga cara menanganinya berikut ini.
1. Gas air mata sebetulnya bukan gas sungguhan

Gas air mata adalah senyawa kimia yang jika terkena tubuh dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sistem pernapasan, dan juga mata. Dilansir Healthline, meski disebut gas air mata, nyatanya zat ini gak benar-benar berbentuk gas, melainkan bubuk bertekanan, sebagian lagi berbentuk cairan. Ketika dilepaskan ke udara, gas air mata akan berubah menjadi partikel halus yang dapat menyebar dengan mudah.
Biasanya disemprotkan melalui tabung, granat, atau semprotan bertekanan. Ketika disemprotkan, efeknya akan muncul dalam hitungan detik, dan bertahan selama 15 sampai 30 menit setelahnya. Terdapat beberapa senyawa kimia yang umumnya digunakan sebagai gas air mata. Namun yang paling sering adalah Kloroasetofenon (CN) dan Klorobenzilidenemalononitril (CS).
2. Apa yang terjadi jika terkena gas air mata?

Sekilas gas air mata terlihat seperti air ketika disemprot. Namun gas air mata jelas bukan cairan biasa. Ketika disemprotkan, senyawa kimia ini akan menempel pada bagian tubuh yang terpapar, biasanya menargetkan reseptor di tubuh yang kemudian mengirimkan sinyal rasa sakit ke sistem saraf, dan memicu terjadinya iritasi.
Dilansir Britannica, kloroasetofenon (CN) merupakan senyawa kimia yang paling banyak digunakan, dan biasanya menyebabkan iritasi pada mata. Sedangkan klorobenzilidenemalononitril (CS) adalah senyawa kimia yang memiliki efek lebih kuat. Zat ini menyebabkan sensasi terbakar di saluran pernapasan dan mata selama 5-10 menit.
Paparan gas air mata juga menyebabkan sejumlah gejala yang berbeda, tergantung pada bagian tubuh mana yang terkena paparan. Jika senyawa kimia itu mengenai mata, maka akan menyebabkan penglihatan kabur, air mata berlebihan, hingga mata kemerahan. Pada mulut, gejala yang dirasakan adalah terbakar, iritasi, dan mengeluarkan air liur berlebih. Pada hidung, efeknya adalah menyebabkan sensasi terbakar dan pembengkakan.
Gejalanya akan semakin parah jika senyawa kimia ini memasuki paru-paru atau tertelan masuk ke perut. Jika masuk ke sistem pernapasan, gas air mata memicu terjadinya sesak napas, mengi, batuk, dan tersedak. Sementara itu, jika masuk ke sistem pencernaan, senyawa kimia ini menyebabkan mual dan muntah.
3. Cara efek mengatasi gas air mata

Gas air mata bekerja dalam hitungan detik, sehingga mustahil untuk mencegah efeknya. Namun kita tetap bisa meminimalisir efek paparan ini supaya mengenai kulit dan organ tubuh sesedikit mungkin. Untuk melindungi mata, hidung, dan mulut, kita bisa menggunakan masker penutup wajah, syal, bandana, buff, hingga kacamata hitam. Dilansir Healthline, jika kamu terpapar, segeralah menjauh dari sumber paparan dan cari udara segar.
Gas air mata yang disemprotkan juga biasanya mengendap di tanah, jadi ada baiknya kamu duduk di kursi atau permukaan yang lebih tinggi. Segera ganti pakaian yang terpapar dengan pakaian baru. Jika memungkinkan, segera mandi dengan sabun dan bilas sisa gas air mata hingga benar-benar bersih untuk membuat efeknya benar-benar hilang dari tubuh.
Gas air mata memang menyebabkan sejumlah efek buruk pada tubuh. Umumnya efek buruk ini akan hilang setelah 15 sampai 30 menit. Namun jika kamu mengalami gejala yang parah atau memiliki penyakit bawaan, ada baiknya segera mencari pertolongan medis untuk mencegah hal-hal yang gak diinginkan.
Referensi
"Tear gas". Encyclopedia Britannica. Diakses Agustus 2025.
"How Tear Gas Works". HowStuffWorks. Diakses Agustus 2025.
"Tear gas effects: Short- and long-term". Healthline. Diakses Agustus 2025.
"Riot Control Agents (e.g., Tear Gas): For Public Health". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Agustus 2025.
"What to Do If You’re Exposed to Tear Gas". SELF. Diakses Agustus 2025.
"Tear Gas and Public Health". Oregon Health Authority. Diakses Agustus 2025.