- wajah yang mungkin menjadi lebih sempit;
- dagu atau rahangnya surut;
- gigi atas dan bawah yang tidak sejajar;
- wajah memanjang;
- mata terkulai;
- kesulitan menyegel bibir;
- gigitan terbuka ke depan;
- bibir atas yang menyempit.
Apakah Kebiasaan Bernapas lewat Mulut Aman?

- Bernapas lewat mulut tidak menyaring udara dengan baik sehingga kuman dan debu mudah masuk ke tubuh kita.
- Bernapas lewat mulut tidak mengatur suhu udara yang dihirup sehingga membuat paru-paru lebih rentan terhadap iritasi.
- Bernapas lewat mulut tidak melembapkan udara yang masuk sehingga menyebabkan mulut terasa kering dan gangguan saluran napas.
Saat bernapas, kita mungkin tidak terlalu memikirkan entah bernapas lewat hidung atau mulut. Proses ini berlangsung secara otomatis tanpa kesadaran kita. Namun, tahukah kamu ternyata cara bernapas kita juga bisa memengaruhi kesehatan tubuh secara signifikan, lho!
Secara alamiah, manusia didesain bernapas dengan hidung. Namun, pada beberapa kondisi tertentu, kita mungkin juga bernapas lewat mulut, misalnya saat tidur atau ketika ada kondisi medis, seperti flu, hidung tersumbat, atau sesak napas. Sayangnya, bernapas lewat mulut memiliki beberapa risiko kesehatan, seperti menyebabkan bau mulut, mulut kering, bahkan memengaruhi struktur gigi dan rahang.
Mengapa bernapas dengan mulut menyebabkan masalah kesehatan? Inilah alasan mengapa bernapas dengan mulut tak lebih baik dari hidung yang perlu kamu ketahui. Simak penjelasan di bawah ini sampai akhir, yuk!
1. Bernapas lewat mulut tidak menyaring udara yang masuk ke tubuh

Saat kita bernapas lewat hidung, struktur dalam hidung, seperti lendir dan silia (bulu-bulu halus), akan menjadi garda terdepan menyaring udara yang masuk. Itu semua akan menghilangkan debu, kotoran, alergen, bakteri, ataupun virus yang ikut terhirup. Dengan begitu, ada sistem pertahanan yang mencegah kotoran atau kuman masuk ke dalam tubuh.
Sementara itu, mulut tidak memiliki organ penyaringan udara. Jadi, udara yang masuk tidak disaring terlebih dahulu dan langsung dialirkan ke paru-paru. Akibatnya, tidak ada pertahanan pertama terhadap udara yang kita hirup sehingga memungkinkan adanya kotoran atau kuman yang turut masuk dan bisa meningkatkan risiko infeksi.
2. Bernapas lewat mulut tidak dapat mengontrol suhu yang kita hirup

Suhu udara yang masuk ke dalam tubuh harus disesuaikan dengan suhu tubuh di dalam paru-paru. Kenapa begitu? Paru-paru tidak bisa menerima udara yang terlalu panas atau terlalu dingin karena bisa merusak struktur organ tersebut.
Ketika bernapas dengan hidung, struktur di hidung akan mengatur suhu udara yang masuk, dihangatkan atau didinginkan, sesuai yang diperlukan tubuh. Dalam hal ini, hidung berperan seperti pemanas udara alami. Namun, saat bernapas lewat mulut, tidak ada proses pengaturan suhu terhadap udara yang masuk sehingga ada ketidakseimbangan suhu udara yang masuk ke dalam tubuh dengan suhu paru-paru.
3. Pernapasan mulut tidak bisa mengatur kelembapan udara

Selain suhu, udara yang kita hirup juga harus disesuaikan kelembapannya sebelum masuk ke paru-paru. Selain menjadi pemanas udara alami, hidung juga berperan sebagai organ pelembap udara alami. Jadi, udara yang masuk juga akan diatur kelembapannya sesuai kebutuhan tubuh.
Sementara itu, mulut tidak memiliki struktur untuk mengatur kelembapan udara. Jadi, udara yang masuk tidak dapat diproses kelembapannya sesuai kebutuhan yang diperlukan. Dilansir laman Baylor College of Medicine, paru-paru membutuhkan udara hangat dan lembap untuk berfungsi dengan baik. Udara kering dan dingin bisa menyebabkan hiperemia atau peningkatan suplai darah ke lapisan saluran udara. Akibatnya, ini bisa menyebabkan saluran udara berkedut, menyempit, atau mengering.
Nah, pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa saat bangun tidur mulut terasa kering, bau, atau sakit tenggorokan? Inilah penyebab itu semua. Bisa jadi kamu bernapas lewat mulut saat tidur.
4. Pernapasan mulut dapat memengaruhi struktur gigi dan rahang

Bernapas melalui mulut pada awal kehidupan atau masa anak-anak juga dikaitkan dengan risiko perubahan pada struktur wajah anak. Dilansir laman Medical News Today, pada anak kecil bernapas dengan mulut dapat menyebabkan perubahan struktur mulut atau rahang anak. Hal ini juga bisa memengaruhi sudut gigi tertentu di dalam mulut.
Selama masa pertumbuhan ini, posisi tulang rahang dapat berubah seiring waktu. Ketika terbiasa bernapas dengan mulut, mulut akan terbuka dan menyebabkan rahang mulai tumbuh ke bawah, ke arah yang tidak seharusnya mereka tumbuh. Inilah yang kemudian menyebabkan masalah pada bentuk wajah.
Anak-anak yang terbiasa bernapas dengan mulut dapat mengalami beberapa perubahan bentuk wajah:
5. Bernapas dengan mulut berkontribusi menyebabkan kerusakan gigi dan gusi

Tak hanya memengaruhi struktur rahang, bernapas melalui mulut juga bisa berkontribusi menyebabkan masalah gigi dan gusi. Dilansir laman WebMD, bernapas lewat mulut dapat mengeringkan gusi dan jaringan yang melapisi mulut. Hal ini bisa mengubah bakteri alami dalam mulut, yang bisa menyebabkan penyakit gusi atau kerusakan gigi.
Selain itu, kebiasaan ini juga dapat menyebabkan amandel yang membesar. Pembesaran amandel ini berkontribusi menyebabkan mendengkur saat tidur yang bisa memengaruhi tidur. Jika bicara tentang masalah tidur, posisi rahang dan tidur yang salah ketika bernapas dengan mulut juga terkait dengan kelelahan saat bangun tidur serta menyebabkan sakit kepala akibat kurangnya oksigenasi selama tidur.
Bernapas melalui mulut memang bisa menjadi alternatif ketika ada masalah pada hidung. Namun, beberapa orang mungkin ada yang memiliki kebiasaan ini karena beberapa alasan. Sayangnya, bernapas lewat mulut ternyata tidak memberikan dampak yang sama “sehatnya” seperti halnya pernapasan hidung. Jadi, tinggalkan kebiasaan ini, ya!
Referensi
“Heat Up Your Breath during Cold Weather.” Baylor College of Medicine. Diakses Oktober 2025.
“Mouth Breathing.” Cleveland Clinic. Diakses Oktober 2025.
“Mouth-Breathing: Why It’s Bad for You and How to Stop.” BBC Science Focus. Diakses Oktober 2025.
“Nose Breathing vs. Mouth Breathing: Which Is Better?” Cleveland Clinic. Diakses Oktober 2025.
“What Is Mouth Breathing? Cause, Effects, and Treatment.” WebMD. Diakses Oktober 2025.
“What to Know about Nose Breathing vs. Mouth Breathing.” Medical News Today. Diakses Oktober 2025.