Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cegah Keracunan Makanan: Ini Ciri-ciri Hidangan yang Sudah Tidak Layak

Seorang siswa makan menu makan siang MBG dengan tangan.
Siswa SMPN 1 Parang saat menyantap menu MBG. (IDN Times/Riyanto)
Intinya sih...
  • Guru sampai petugas yang menyiapkan MBG harus teredukasi mengenai ciri-ciri makanan yang tidak layak dikonsumsi.
  • Cara mengenali makanan yang tidak layak dikonsumsi di antaranya: perhatikan perubahan warna; ada pertumbuhan di permukaan seperti lendir atau jamur; kemasan tak lagi bagus, hingga ada bau belerang, bau cat, atau bau apek.
  • Cara mengolah makanan dengan tepat: pisahkan bahan mentah; pakai talenan yang berbeda; melakukan pembersihan dan sanitasi yang tepat; simpan makanan dengan benar; pastikan suhu masak yang tepat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ingin anak-anak sekolah, guru sampai petugas yang menyiapkan Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk teredukasi mengenai ciri-ciri makanan yang tidak lagi layak dikonsumsi.

Dijelaskan oleh dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) IDAI, penyebab keracunan makanan ada banyak. Beberapa bakteri yang telahdilaporkan adalah Salmonella, Campylobacter, E. Coli, Vibrio cholerae, Listeria, C. Botulinum, dan Bacilus cereus.

"Kemudian dari virus juga ada, salah satunya bisa hepatitis A, parasit juga dilaporkan, parasit baik cacing maupun amoeba, toksin dari jamur, dari tumbuhan dan bahan kimia atau logam," ujarnya.

Cara mengenali makanan tidak layak

Berikut adalah cara mengenali makanan yang tidak layak dikonsumsi untuk menghindari keracunan makanan:

  • Perhatikan perubahan warna pada makanan yang tidak tampak seperti biasanya, seperti warna yang kekuningan, kecokelatan atau abu-abu.
  • Tampak adanya pertumbuhan di permukaan, seperti lendir dan jamur. Kita juga perlu melihat perubahan struktur, misalnya saja yang seharunya padat jadi lunak, atau cair yang kemudian menggumpal.
  • Jika dalam bentuk kemasan, maka tidak boleh segel terbuka, menggelembung, bocor atau gas yang tidak normal.
  • Saat dihirup, amati jika makanan berbau seperti bau belerang atau telur busuk (akibat penguraian protein), bau asam (fermentasi dari karbohidrat), bau cat (oksidasi lemak), bau apek (pertumbuhan jamur) atau bau alkohol (fermentasi dari ragi).

"Kalau dengan rasa, ini tentu harus sangat hati-hati. Disarankan analis makanan profesional sesekali mencicipi makanan untuk memastikan rusak atau tidak, sehingga bisa menyarankan kalau ini sudah tidak layak untuk dikonsumsi," kata dr. Yogi.

Cara menghindarinya

Ibu-ibu petugas SPPG Semarang Timur menyiapkan masakan untuk pelaksanaan MBG.
Ibu-ibu petugas SPPG Semarang Timur menyiapkan masakan untuk pelaksanaan MBG. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Lalu, dr. Yogi juga membagikan tips untuk menghindari keracunan makanan, di antaranya:

  • Cuci tangan dengan benar, menggunakan air dan sabun. Terutama setelah dari kamar mandi, sebelum mengolah makanan dan setelah menyentuh makanan mentah.
  • Bersihkan semua peralatan dan permukaan yang digunakan untuk menyiapkan makanan dengan air panas serta sabun untuk mencegah kontaminasi silang.
  • Jangan meminum air yang belum melalui proses penyaringan, pengolahan atau pemasakan.

"Di zaman COVID dulu, kita selalu mengajarkan tentang lapisan-lapisan untuk menghindari penyebaran. Cuci tangan ini adalah universal precaution. Karena dari beberapa laporan keracunan, ditemukan kontaminasinya dari kuman-kuman yang ada di saluran cerna. Jadi khawatir mungkin sudah dari kamar mandi, kemudian lupa mencuci tangan," dr. Yogi menjelaskan.

Olah makanan dengan aman

Dokter Yogi juga membagikan cara mengolah makanan yang aman, seperti penggunaan talenan terpisah, masing-masing untuk daging, unggas, buah sampai sayur. Pembersihan dan sanitasi juga wajib dilakukan dengan air panas dan sabun. Detailnya:

  • Memisahkan makanan mentah. Selalu pisahkan makanan mentah (daging, unggas, makanan laut) dari makanan lain sampai benar-benar matang unuk mencegah perpindahan bakteri berbahaya dari makanan mentah.
  • Menggunakan talenan yang berbeda. Sediakan satu talenan khusus untuk daging, unggas dan makanan laut mentah, serta pisahkan juga untuk buah, sayur juga makanan siap santap.
  • Melakukan pembersihan dan sanitasi yang tepat. Setelah menangani daging mentah, bersihkan semua peralatan, talenan dan permukaan dengan air panas serta sabun.
  • Menyimpan makanan dengan benar. Segera gunakan makanan yang mudah basi atau sudah dekat tanggal kedaluwarsa. Simpan makanan pada suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
  • Pastikan suhu masak yang benar.
    • Daging sapi minimal 71 derajat Celcius.
    • Ayam minimal 74 derajat Celcius.
    • Telur ayam masak hingga kuning telur padat.
    • Ikan aman dimakan pada suhu 63 derajat Celcius.
  • Menyimpan sisa makanan dengan benar. Simpan sisa makanan dalam wadah tertutup rapat dan masukkan ke kulkas maksimal 2 jam setelah dimasak.
  • Mencairkan makanan. Cairkan makanan di kulkas, microwave, atau air dingin. Jangan pernah mencairkan makanan di suhu ruang karena bisa memicu pertumbuhan bakteri.
  • Hindari produk yang tidak dipasteurisasi. Jangan berikan susu mentah atau makanan yang mengandung susu tidak dipasteurisasi karena dapat membawa bakteri berbahaya.
  • Cuci bahan makanan hasil pertanian. Cuci bersih semua sayuran dan buah mentah dengan air mengalir sebelum dimakan.
  • Buang makanan kedaluwarsa. Jika makanan sudah melewati tanggal kedaluwarsa, rasanya aneh, atau berbau tidak sedap, segera buang.

Makanan sehat bukan hanya soal gizi, tapi juga keamanan pangan, kata dr. Yogi. Oleh sebab itu, kata kuncinya adalah keamanan pangan dari dapur sampai ke meja makan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Cegah Keracunan Makanan: Ini Ciri-ciri Hidangan yang Sudah Tidak Layak

27 Sep 2025, 12:03 WIBHealth