Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatan

Termasuk kondisi gawat darurat

Retina adalah selaput peka cahaya yang berada di bagian belakang mata. Ketika cahaya melewati mata, maka lensa memfokuskan gambar pada retina, lalu retina mengubah gambar menjadi sinyal yang dikirim ke otak melalui saraf optik. Retina bekerja dengan kornea, lensa, dan bagian mata lain serta otak untuk menciptakan penglihatan normal.

Namun, ketika retina terpisah dari bagian belakang mata, ini mengakibatkan hilangnya penglihatan sebagian atau total, tergantung pada seberapa banyak retina yang terlepas. Kondisi ini disebut dengan ablasi retina.

Ablasi retina (juga dikenal sebagai ablasio retina atau retinal detachment) memisahkan sel retina dari lapisan pembuluh darah yang menyediakan oksigen dan juga nutrisi. Ablasi retina biasanya hanya terjadi pada salah satu mata. Bila tidak secepatnya diobati, maka akan makin besar risiko kehilangan penglihatan permanen pada mata yang terkena, seperti dilansir Mayo Clinic.

Untuk mewaspadai kondisi yang termasuk dalam keadaan darurat medis ini, berikut deretan fakta seputar penyakit mata ablasi retina yang perlu kamu ketahui.

1. Jenis ablasi retina berdasarkan penyebabnya

Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatanilustrasi ablasi retina (advancedretinaassociates.com)

Ablasi retina terjadi saat lapisan ini ditarik dari posisi normalnya. Terkadang, ada air mata kecil di retina. Ini juga bisa menyebabkan retina terlepas.

Ablasi retina terdiri dari tiga jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Ablasi retina regmatogen (rhegmatogenous)

Ini merupakan jenis yang paling umum yang disebabkan oleh lubang atau robekan di retina, yang memungkinkan cairan melewati dan terkumpul di bawah retina, dan menarik retina menjauh dari jaringan di bawahnya. Selain itu, area di mana retina terlepas akan kehilangan suplai darahnya dan berhenti bekerja, sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan.

Penyebab paling umum jenis ini adalah penuaan. Seiring bertambahnya usia, bahan seperti gel yang mengisi bagian dalam mata (vitreous) bisa berubah konsistensi dan menyusut atau menjadi lebih cair.

Biasanya, vitreous terpisah dari permukaan retina tanpa komplikasi. Ini kondisi umum yang disebut dengan posterior vitreous detachment (PVD). Salah satu komplikasi dari pemisahan ini yaitu robekan. Ketika vitreous memisahkan atau mengelupas retina, maka vitreous bisa menarik retina dengan kekuatan yang cukup untuk membuat retina robek. Jika tidak segera ditangani, cairan vitreous bisa melewati robekan ke dalam ruang di belakang retina dan menyebabkan retina terlepas. 

2. Ablasi retinal traksional (tractional)

Jenis ini bisa terjadi saat jaringan parut tumbuh di permukaan retina, menyebabkan retina menjauh dari bagian belakang mata. Ablasi retinal traksional biasanya terlihat pada pasien diabetes yang tidak terkontrol atau kondisi medis lain.

3. Ablasi retinal eksudatif (exudative)

Pada jenis ini, cairan menumpuk di bawah retina, tetapi tidak ada lubang atau robekan di retina. Jenis ini bisa disebabkan oleh degenerasi makula terkait usia, cedera mata, gangguan inflamasi, atau tumor.

2. Faktor risiko

Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatanilustrasi lansia (unsplash.com/Bertin Paquin)

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko ablasi retina, di antaranya:

  • Ablasi retina lebih sering terjadi pada individu yang berusia di atas 50 tahun.
  • Ablasi retina sebelumnya di satu mata.
  • Mengalami cedera mata parah sebelumnya.
  • Rabun jauh yang parah (miopia).
  • Riwayat keluarga dengan ablasi retina.
  • Operasi mata sebelumnya seperti pengangkatan katarak.
  • Memiliki penyakit atau kelainan mata lain sebelumnya, seperti retinoschisis, uveitis, atau penipisan retina perifer (degenerasi kisi).

Baca Juga: 10 Penyebab Mata Kering, dari Kebiasaan sampai Penyakit!

3. Gejala

Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatanilustrasi floaters mata (healthdirect.gov.au)

Tidak ada rasa sakit yang dirasakan saat pelepasan retina. Namun, biasanya ada gejala yang muncul sebelum retina terlepas. Dilansir Healthline, gejala primer ablasi retina meliputi:

  • Penglihatan kabur.
  • Kilatan cahaya yang tiba-tiba muncul ketika melihat ke samping.
  • Tiba-tiba melihat banyak floaters, yaitu serpihan kecil puing yang tampak seperti bintik hitam atau benang yang mengambang di depan mata.
  • Kehilangan penglihatan sebagian, yang membuatnya tampak seolah-olah tirai telah ditarik melintasi bidang penglihatan dengan efek bayangan gelap.

4. Diagnosis

Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatanilustrasi pemeriksaan mata (pixabay.com/Paul Diaconu)

Dokter mungkin menggunakan tes, instrumen, dan prosedur ini untuk mendiagnosis ablasi retina:

  • Pemeriksaan retina. Dokter mungkin menggunakan alat dengan cahaya terang dan lensa khusus untuk memeriksa bagian belakang mata, termasuk retina. Pemeriksaan ini memberikan tampilan yang sangat rinci dari seluruh mata dan memungkinkan dokter untuk melihat lubang retina, air mata, atau pelepasan.
  • Pencitraan USG. Dokter mungkin menggunakan tes ini jika terjadi pendarahan di mata yang menyulitkan dokter untuk melihat retina.

Dokter kemungkinan akan memeriksa kedua mata bahkan jika pasien hanya memiliki gejala pada satu mata. Jika robekan tidak teridentifikasi pada kunjungan ini, dokter mungkin meminta pasien untuk kembali lagi dalam beberapa minggu untuk memastikan bahwa mata tidak mengalami robekan yang tertunda akibat pemisahan vitreous yang sama. Juga, jika pasien mengalami gejala baru, penting untuk segera kembali ke dokter.

5. Pengobatan

Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatanilustrasi pembedahan atau operasi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Pembedahan hampir selalu digunakan untuk memperbaiki robekan, lubang, atau pelepasan retina, serta menemukan semua retinal break dan menutupnya. Tanpa operasi, akan ada risiko tinggi pasien mengalami kebutaan

Dilansir Medical News Today, pilihan operasinya meliputi:

  • Operasi laser atau fotokoagulasi: Sinar laser diarahkan melalui lensa kontak atau oftalmoskop. Laser membakar di sekitar robekan retina, dan menghasilkan jaringan parut yang kemudian menyatukan kembali jaringan tersebut.
  • Cryotherapy: cryosurgery, cryopexy, atau pembekuan, melibatkan suhu dingin yang ekstrem untuk menghancurkan jaringan abnormal. Prosedur ini akan menghasilkan bekas luka yang halus, yang membantu untuk menghubungkan retina ke dinding mata.
  • Tekuk skleral: Di lokasi di mana retina terlepas, karet silikon atau spons yang sangat tipis dijahit ke sklera (bagian putih luar mata). Jaringan di sekitar area tersebut kemungkinan membeku atau laser bisa digunakan untuk melukai jaringan tersebut.
  • Vitrektomi: Gel vitreous dikeluarkan dari mata dan gelembung gas atau gelembung minyak silikon digunakan untuk menahan retina di tempatnya, dan lukanya dijahit. Minyak silikon perlu dikeluarkan 2 hingga 8 bulan sesudah prosedur ini berlangsung.
  • Retinopeksi pneumatik: Ini bisa digunakan jika pelepasannya tidak rumit. Dokter bedah akan membekukan area air mata dengan menggunakan cryopexy sebelum menyuntikkan gelembung ke dalam rongga vitreous mata. Ini mendorong retina kembali ke robekan dan area yang terlepas, serta mencegah aliran cairan lebih lanjut di belakang retina. Sesudah beberapa hari, tekanan akhirnya membuat retina menempel kembali ke dinding belakang mata.

Seseorang yang mempunyai gelembung gas di matanya kemungkinan disarankan untuk menahan kepalanya dengan cara tertentu selama beberapa waktu. Melakukan perjalanan dengan pesawat tidak dibolehkan. Namun, bila gelembung minyak yang digunakan, perjalanan udara diperbolehkan. 

Para peneliti telah mempelajari penggunaan minyak silikon untuk mengobati vitreoretinopati proliferatif (PVR), yang merupakan komplikasi dari operasi pelepasan retina, yang bisa menyebabkan pelepasan retina lebih lanjut.

Menurut National Eye Institute, sekitar 90 persen perawatan untuk ablasi retina akan berhasil, meski beberapa pasien butuh perawatan lebih lanjut. Kadang, retina tidak bisa dipasang kembali dan penglihatan orang tersebut akan terus memburuk.

Penglihatan pasien yang terkena ablasi retina harus kembali dalam beberapa minggu setelah perawatan dilakukan. Namun, jika makula terlibat dalam detachment, maka penglihatan orang tersebut kemungkinan tidak akan sejelas sebelumnya.

Ada sedikit risiko komplikasi sesudah pasien menjalani operasi, yaitu seperti alergi obat-obatan, katarak, glaukoma, pendarahan di mata, penglihatan ganda, dan infeksi mata. Melakukan tes penglihatan secara teratur bisa membantu mengurangi risiko pelepasan retina, karena terkadang kondisi mata ini bisa dideteksi sejak awal.

6. Prospek jangka panjang pasien

Ablasi Retina: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatanilustrasi mata (unsplash.com/Elia Pellegrini)

Prospek jangka panjang ablasi retina tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan seberapa cepat pasien mendapat perawatan medis dari ahlinya. Beberapa pasien kemungkinan akan sembuh total, terutama jika makulanya tidak rusak.

Makula adalah bagian mata yang bertanggung jawab untuk penglihatan yang paling jelas, yang berada di dekat pusat retina.

Beberapa pasien mungkin tidak bisa sepenuhnya mendapatkan kembali penglihatannya. Ini bisa terjadi bila makula mata rusak dan tidak segera mendapat pengobatan.

Itulah fakta penting ablasi retina, kondisi yang bisa menyebabkan kebutaan. Jika kamu mengalami gejala-gejalanya, jangan buang waktu untuk mencari pertolongan medis ke dokter spesialis mata karena ini merupakan kondisi gawat darurat. Makin cepat terdeteksi dan mendapat pengobatan, maka makin besar pula peluang kesembuhannya.

Baca Juga: 9 Penyakit Serius dengan Gejala Berupa Rasa Sakit di Mata

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya